Satu minggu setelah kejadian itu, Yusuf memberi kabar padaku dan Aga, kalau kami akan diajak ke Bandung untuk mengobati pasien. Tentu aku dan Aga siap siaga. Kemanapun kami diajak, kami akan ikut. Kecuali ada hal yang sangat penting yang tidak bisa membuat kami menemaninya. Kebetulan sekolah juga sudah libur panjang. Jadi kegiatan ku dan Aga masing-masing tidak terganggu.
"Di bawa bekal baju saja. Dikhawatirkan kita menginap beberapa hari di sana. Siap-siap hari ini. Nanti ane ke rumah ente. Terus kita jemput Aga dan langsung berangkat." Kata Yusuf melalui chating WhatsApp. Aku segera packing. Dan tak lupa bilang kepada kedua orang tuaku.
"Naik apa ke sana Di?" tanya bapakku.
"Mobil bah." Jawabku.
"Bertiga aja, sama Yusuf dan Aga?" tanyanya lagi.
"Iya bah. Adi minta doanya aja," kataku sembari salaman kepada mereka.
"Hati-hati. Ni uang buat bekal." Kata ibu tiri ku yang kemudian menyodorkan uang padaku.
"Gak usah mak, Adi juga punya," kataku.
"Ih sudah bawa saja. Buat tambah-tambah." Katanya yang langsung memasukan itu ke sakuku.
Tak lama kemudian Yusuf datang. Klakson dibunyikannya. Aku dan kedua orang tuaku keluar. Yusuf tak sempat turun dari mobil. Ia hanya pamitan saja ke bapakku.
"Bah kami semua berangkat ya. Minta doanya," kata Yusuf.
"Iya hati-hati Suf." Kata bapakku.
Mobil pun melaju dengan mulus.
"Kok ente yang disuruh ke sana ? biasanya kan pasien yang datang ke abah haji?" tanyaku.
"Katanya lagi gak bisa dateng ke sini. Jadi si pasien ini masih anak buahnya abah," jawab Yusuf.
"Biasanya kalau yang dikirim ke jauh untuk menangani pasien kan mang Bule?" tanyaku lagi.
"Di rumah abah juga lagi banyak pasien. Mang Bule sama yang lain lagi bantu abah," kata Yusuf. Jadi mang Bule adalah murid kesayangan K.H. Darhami. Dia setia membantu keluarga Yusuf. Selain sebagai seorang murid, mang Bule sudah dianggap anak sendiri oleh K.H Darhami. Karena dari sejak kecil mang Bule diurus dan diasuh oleh keluarga Yusuf. Hidupnya dari kecil di lingkungan pesantren. Dan dia adalah seorang yatim piatu.
Sampai di depan rumah Aga, dia sudah menunggu kami selama beberapa menit yang lalu.
"Wih lama banget," celetuk Aga yang melangkah ke dalam mobil.
"Kaya rumah ente deket aja," balasku.
"Udah tinggal di padepokan aja Ga, biar gak bulak-balik terus," kata Yusuf yang menyandainya.
"Mau sih. Apalagi kalau dicariin buat istrinya juga," celetuknya lagi.
"Enak sekali." Kataku memelototinya.
Di perjalanan kami mengobrol ke sana kemari. Supaya waktu terasa lebih sebentar. Maklum, jarak dari Banten menuju Bandung cukup jauh. Setengahnya perjalanan perutku mulai keroncongan. Aku merengek pada Yusuf untuk berhenti sejenak. Mengisi perut dulu yang sudah miscall sedari tadi. Diam-diam rupanya Aga juga terasa lapar. Yusuf menepikan mobilnya di salah satu rumah makan. Kami pun istirahat dan menikmati santapan. Beberapa menit kemudian handphone Yusuf berdering. Pak Uung yang meminta Yusuf ke sana itu memberi tahu bahwa istrinya kumat lagi. Dan yang ini semakin tidak karuan. Mengamuk-amuk tak sewajarnya. Setelah selesai makan, kami segera melanjutkan perjalanan. Yusuf menambah laju kecepatan mobilnya.
Alhamdulillah sekitaran jam 5 sore kami sampai tujuan dengan selamat. Tanpa ada hambatan. Mobil sudah masuk garasi. Kami segera disambut dengan baik. Dituntun oleh pembantu pak Uung. Aku dan Aga melihat sekeliling rumahnya yang cukup besar. Namun kami sudah merasakan aura yang tidak baik. Rumah sebesar itu kesannya sangat horor sekali. Mungkin karena terkontraminasi oleh aura-aura negatif makhluk gaib. Menurut kami, wajarlah banyak yang ingin menjatuhkan seorang pak Uung. Banyak yang iri dengki padanya. Karena beliau adalah orang terpandang dan salah satu pengusaha sukses di daerahnya. Saat kami berada di dalam, istri pak Uung sudah tidak dalam kondisi kerasukan lagi. Dia hanya terbaring lemah. Matanya menandakan bahwa dia sangat merasakan kelelahan. Kami bertiga shalat Ashar berjamaah di sebuah mushala kecil, yang sengaja dibangun pak Uung di dalam rumah untuk para tamu yang datang ke rumahnya. Yusuf berencana akan memulai pengobatan ini setelah Maghrib nanti. Aku dan Aga diminta untuk mempersiapkan diri. Dengan membaca zikir-zikir dan amalan-amalan kami masing-masing. Yusuf bilang bahwa makhluk yang sedang mengganggu istri pak Uung ini sangat kuat. Ada beberapa orang yang syirik kepada pak Uung bekerja sama untuk menjatuhkannya. Namun yang kena imbasnya malah istrinya. Mungkin karena pondasi bentengan diri pak Uung lumayan kuat, sebab beliau adalah salah satu murid K.H Darhami.