HO'OPNOPONO (I'M SORRY, FORGIVE ME, THANK YOU AND I LOVE YOU

chaidar asqolani achmad
Chapter #6

ASMARA

ASMARA

Ku tidak akan memohon tuk dijadikan hamba yang penyabar, karena sabar selalu mengundang cobaan.

Aku akan memohon agar selalu dijadikan orang yang bersyukur, karena syukur akan berbuah ikhlas.

Renjana kepada Mu penuh dengan asa, tapi asa ku bukan bersyarat pahala.

Ini adalah adab walaupun sebenarnya tidak harus kuberi tahu karena Kau maha tahu, bahwa tidak sebutir debu pun aku berprasangka buruk kepada Mu, Aku pasrah.

                                                           

            Seir Malik,

                                                                                        Yogyakarta.

Bramodo telah pergi dan mungkin tidak akan menginjakan kakinya di rumah Chandramaya. Chandramaya telah mengusirnya dan meminta Bramodo agar tidak mengganggu hidupnya lagi. Terakhir Bramodo datang ke rumah Chandramaya dalam keadaan tidak sadarkan diri karena terlalu banyak meminum alkohol. Bramodo kala itu datang sambil mengamuk seperti orang kesurupan. Satu-satunya alasan Chandramaya mau berkomunikasi dengan Bramodo adalah hanya untuk masalah Yalada saja.

Hari tetap berjalan dan berganti seperti tidak mau tahu atas apa yang terjadi pada setiap permasalahan makhluk di bumi. Hari tetap patuh atas fitrah yang telah ditugaskan kepadanya dari Sang Pencipta. Kerinduan Chandramaya terhadap Pandhita semakin hari semakin menjadi-jadi. Namun yang terjadi adalah Pandhita sudah tidak mau menemuinya lagi. Chandramaya tidak tahu alasan kenapa sampai-sampai Pandhita berubah tidak mau menemuinya lagi. Chandramaya sudah mengirim pesan singkat lewat aplikasi WhatsApp dan tetap mencoba menghubungi Pandhita lewat telepon, tetapi semua yang dilakukan itu sia-sia. Karena Pandhita sudah memblokir semua nomor handphone Chandramaya.

Akhirnya Chandramaya pergi ke sekolah Yalada hendak menemui kekasihnya itu. Hatinya menggebu-gebu tidak tenang seperti burung Murai Batu liar yang terkurung di dalam sangkar. Tapi apa yang didapat Chandramaya atas usahanya itu hanyala seperti menenggak sebuah pil pahit untuk hasratnya. Pandhita tidak ingin menemui Chandramaya, hatinya telah beku. Hanya siraman air hangat yang berasal dari telaga cinta lah yang dapat mencairkan hati beku Pandhita. Setelah bujukan dan nasihat yang diberikan Bintari kepada Pandhita, akhirnya Pandhita mau menemui Chandramaya. Chandramaya seperti mendapatkan kesempata melihat pelangi setelah hujan badai menerpa dirinya. Namun apa yang terjadi adalah Pandhita mau menemuinya dan berbicara dengan Chandramaya, tetapi wajahnya ia palingkan dari wajah Chandramaya. Chandramaya bertanya-tanya tentang perubahan diri Pandhita terhadap dirinya. Sambil mata indahnya mengeluarkan air mata kesedihan, Channdramaya bertanya,

“Apa yang terjadi dengan diri mu, aku sangat membutuhkan mu.”

“Kau lebih tahu atas apa yang terjadi pada diri mu. Kau tahu jawabannya.” Jawab Pandhita.

“Jika kau hanya marah dan terdiam tanpa memberitahukan alasannya, aku tidak akan mengerti.” Balas Chandramaya.

“Aku marah tetapi tetap menggunakan akal dan kadar ukurannya. Aku tidak ingin marah tanpa ukuran karena akan membakar diriku dan sekitarku. Yang paling mengenal siapa diri kita hanyalah diri kita sendiri. Dengan mengenal diri sendiri barulah kau dapat menegenal sekitar mu.”

Lihat selengkapnya