Bhanu sedang duduk dengan memangku gitar di kamarnya ketika suara Bi Jina memanggilnya di depan pintu kamarnya.
“Gimana hari pertama sekolah Den?” tanya Bi Jina ketika Bhanu mempersilahkan wanita paruh baya itu duduk dikasurnya.
Bhanu mengedikkan bahunya, “Biasa aja.”
“Udah dapet teman belom?” tanya Bi Jina.
Bhanu menampilkan wajah tak nyaman mendengar itu, “Gak butuh, nyusahin doang kalo punya.” balasnya.
Bi Jina menepuk pundak Bhanu, wanita paruh baya itu sadar bahwa pemuda yang sudah ia anggap seperti anaknya ini sudah hilang kepercayaan terhadap orang lain setelah insiden penangkapannya. Tidak perlu bercerita namun Bi Jina tahu bahwa orang-orang yang dulunya berkeliaran disekeliling Bhanu tidak pernah memunculkan lagi wajah mereka saat Bhanu berada di tempat rehabilitasi. Perubahan sikap Bhanu yang juga semakin dingin membuat Bi Jina semakin dirundung penyesalan. Karena dirinya telah lalai menjaga pemuda ini. Bi Jina tidak pernah menyadari itu dulu, tidak pula melihat hal aneh dari diri Bhanu yang telah memakai obat terlarang itu. Fakta bahwa ternyata di kamar Bhanu juga tersimpan barang itu dengan rapi dan sangat tersebunyi membuat Bi Jina semakin merasa bodoh karena tidak pernah seteliti itu dalam merapikan kamar tuan mudanya ini.
Kemarahan kedua orang tua Bhanu terhadapnya semakin membuatnya bersalah karena tidak bekerja dengan baik. Tidak, ini bukan karena ia takut dipecat oleh tuan dan nyonyanya. Ini murni karena ia menyanyai anak yang sudah ia rawat dari kecil itu, penyesalan yang nyata selayaknya orang tua kandung kepada anak mereka. Bi Jina yang telah ditinggalkan suaminya menuju dimensi lain dan tidak adanya anak karena dirinya yang mandul membuat ia merasa senang ketika pergi ke kota dan mendapatkan pekerjaan dirumah ini hingga bisa merawat Bhanu sejak kecil.
“Maafin Bibi ya, kalo aja Bibi…” perkataan Bi Jina terpotong oleh Bhanu, “Apasih Bi? Lagian Bibi gak salah apa-apa. Udah ya, Itu udah masa lalu.” kata Bhanu lembut berharap dengan perkataanya ini Bi Jina melupakan rasa bersalahnya karena menurut Bhanu wanita yang telah merawatnya ini memang tidak salah apa-apa, ini murni kebodohannya.
Bi Jina mengangguk lalu tak sengaja melihat meja belajar Bhanu yang rapi seperti tidak tersentuh.
“Aden gak belajar?” tanya Bi Jina.
“Iya nanti, aku mau ketemu Fika sebentar lagi.”
“Mbak Fika yang kemarin itu?”
Bhanu mengangguk, tadi sore memang Fika menghubunginya dan mengajak Bhan bertemu setelah hampir seminggu tidak berkabar. Bi Jina tersenyum setidaknya Bhanu masih memiliki satu orang yang bisa di percayainya ditengah krisis kepercayaanya kepada orang lain.
-o-o-o-
Suasana tempat makan sushi ini ramai dan membutuhkan usaha bagi Bhanu untuk menemukan sosok Fika bila saja wanita itu tidak melambaikan tangannya ke arah Bhanu. Wanita itu berada di meja pojok dengan setelan dress sederhananya. Fika tersenyum ketika mendapati Bhanu yang berjalan ke arahnya.
“Widih gak sabar nungguin cerita hari pertama masuk sekolah nih!” tukas Fika ketika Bhanu duduk didepannya.
Bhanu memasang wajah datar, “Gue pulang aja kali ya?” kata Bhanu dengan postur bersiap pergi sebelum Fika menahan lengan cowok itu dengan terkekeh.
“Gak bosen ansos lo?”
Bhanu diam saja dan memilih membaca buku menu didepannya sebelum memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya. Fika juga turut memesan dan kembali memfokuskan dirinya pada Bhanu.
“Lo masih suka insom ga?” tanya Fika kali ini dengan raut serius.
“Udah gak sering,” jawab Bhanu dan meminum ocha-nya setelah pelayan menaruhnya di meja.
Fika menaruh sebuah lilin aromatherapy diantara keduanya.
”Bagus deh, Ini bisa ngebantu lo lebih banyak lagi.” ujar gadis itu.
Disisi lain dari restoran itu Kira melihat Bhanu sedang tersenyum kepada wanita cantik dihadapannnya. Mereka terlihat akrab menurut Kira. Wajah perempuan didepan Bhanu terlihat asing, apakah itu juga kakak kelasnya, tapi terlihat cukup dewasa? eh tapi kan siswa SMA jaman sekarang memang suka boros muka juga sih,pikirnya.
“Kak! Woy!” panggilan Keanu, adiknya disertai goncangan dibahunya membuat Kira menoleh.
“Kesambet sadako lo?” tanya Keanu yang dibalas Kira dengan mencubit lengan Keanu,
“Kalo ngomong sekata-kata aja emang!” desis Kira.
Keanu dan Kira datang bersama kedua orang tuanya. Mereka sedang berada disana karena ingin menyambut kedatangan Papanya yang baru pulang dari perjalanan bisnisnya.
“Eh itu Kak Bhanu bukan sih? Kak Bhanu yang itu tuh, yang baru keluar dari rehab. Lah itu cewek siapa gak pernah keliatan di sekolah, cakep juga tuh.” ujar Keanu sembari melirik ke arah objek yang Kira lihat tadi.
“Hm.” gumam Kira berarti cewek itu bukan kakak kelasnya. Mungkin pacarnya? Ah apa pula urusannya dengan Kira?!
“Rehab?” Mamanya turut menengok ke objek pembicaraan anak-anaknya membuat kedua anaknya langsung menatap mamanya dengan tegap.
“Iya Ma, sempet kena razia dan terbukti konsumsi itu,terus dia direhab.” jelas Keanu.
“Sekelas sama aku Ma, terus anaknya diem banget. Gak keliatan mau temenan sama kita, terus ana-anak kelas juga gak ada yang mau ngajak temenan.” ujar Kira dengan menekankan kata 'diam' yang panjang.
”Loh kok gitu?” kata Mamanya menanggapi Kira.
‘”Kalo anak kelas sih katanya takut sama dia. Padahal menurutku kan kasian dianya, emang enak ya gak punya temen? Mana dia betah banget lagi duduk sendirian gak ngobrol sama siapa-siapa.” cerita Kira.
“Emang lo bawel” cibir Keanu membuat Kira menatapnya sengit.
“Mungkin dia juga takut memulai kali? Apalagi stigma kebanyakan orang terhadap orang-orang yang pernah begitu kan seringnya negatif.” kata Mama.