HOLD MY HAND

Indri Dwi
Chapter #4

3

Pelajaran olahraga adalah salah satu pelajaran yang menyenangkan bagi sebagian siswa dan menyebalkan bagi sebagian lainnya yang tidak unggul dalam olahraga atau malas berkeringat. Materi olahraga kali ini adalah basket, materi yang disenangi kebanyakan siswa laki-laki dan cewek-cewek yang suka heboh meneriaki para cowok yang katanya terlihat keren jika sedang sibuk merebut bola oranye itu.

“Baiklah kali ini kita coba praktik shooting. Tiap anak Bapak kasih jatah 1 menit untuk memasukkan bola sebanyak mungkin ke dalam ring. Materi ini juga akan diujikan waktu ujian praktik nanti.” jelas Pak Yanto.

Setelahnya Pak Yanto memberikan penjelasan mengenai postur tubuh dan gerakan yang tepat tentang memasukkan bola ke dalam ring dengan tepat.

“Saya panggil secara acak yang pertama yaitu Aditya Herlambang, ayo Adit.” panggil Pak Yanto.

Adit hanya cengar-cengir, cowok itu memanglah salah satu anak basket jadi hal seperti ini bukanlah hal sulit. Dan benar saja dalam waktu satu menit cowok itu berhasil memasukkan bola sebanyak 30 kali ke dalam ring. Peluit penanda akhir waktu yang ditiup oleh Pak Yanto membuat gemuruh teriakan dan tepuk tangan datang dari anak 12 IPS 1 lainnya. Adit sendiri dengan gaya selengeannya menaikturunkan alisnya membuat beberapa anak juga mencemoohnya.

“Gaya lu jamet!” cibir Kira.

“Iri bilang bos!” balas Adit tertawa.

Selanjutnya satu persatu dipanggil dengan jumlah bola yang juga tak kalah banyak untuk sebagian cowok. Sedangkan yang cewek kebanyakan heboh sendiri sambil melemparkan bola tanpa postur yang benar dan justru meloncat bak penari balet. Membuat tak ayal anggota kelas yang lain tertawa akibat kelakuan cewek-cewek di kelas 12 IPS 1.

Hingga tiba giliran seorang cowok yang sejak tadi diam dan duduk menjauh dari gerombolan yang lain, Bhanu Jatipati dengan wajah kalemnya cowok itu berdiri dan menuju ke Pak Yanto.

Pak Yanto tersenyum melihat siswa kesayangannya sejak dulu itu.

“Kamu bisa mulai setelah hitungan ketiga dari saya.” ujar Pak Yanto.

Bhanu hanya mengangguk mengiyakan. Cowok itu tidak terlihat bersemangat ketika memegang bola basket dan ketika hitungan ketiga, Bhanu melemparkan bolanya tanpa terarah dan berakhir gagal masuk. Yang lainnya hanya diam disana meskipun samar-samar terdengar bisikan tentang Bhanu.

“Dulu kapten basket kok sekarang jadi gitu mainnya?” bisik Nita yang kebetulan duduk di sebelah Kira. Awalnya Kira hanya diam mendengarnya. Lalu lama kelamaan bersamaan dengan Bhanu yang juga tak berhasil memasukkan bola ke dalam ring, obrolan Nita dengan Mila semakin intens didengarnya.

“Masa kalah sama kita yang cewek. Seenggaknya bisalah masukin 5 bola.”

"Gue aja 8 bisa, masa dia ini baru 3?”

Kira mulai memutar bola matanya mendengar percakapan keduanya. Ia tidak suka mendengarnya, terlalu merendahkan. Kira dididik agar tidak merendahkan orang bagaimanapun itu. Meskipun dia cablak dan bawel ia menjauh pembicaraan yang merendahkan orang lain. Ia tahu rasanya pasti tidak nyaman.

Bhanu mungkin tidak mendengarnya karena ia jauh di depan sana, tapi Kira sendiri mulai muak mendengarnya meskipun itu bukan topik tentangnya.

“Mil, Nit.” panggil Kira membuat kedua orang itu mengalihkan pandangan mereka dari Bhanu ke arah Kira. “Siapa tahu Bhanu males aja sekarang makanya gak bisa masukin bolanya kan?” kata Kira.

“Gak ada yang tahu sebenar-benarnya alasan kenapa orang itu ngelakuin sesuatu hal selain orang itu sendiri. Orang lain seringnya itu malah sok tau, ya gak sih?” ucap Kira lagi diiringi senyum. Nita dan Mila sadar bahwa Kira sedang menegur keduanya secara halus.

“Ya kan?” tanya Kira lagi ketika Mila dan Nita tak kunjung menyahut.

“Ah iya Kir. Kayaknya gitu sih.” Nita yang menjawab sebelum kedua gadis itu memilih diam dan melihat bahwa sudah berganti orang di depan sana.

Alin yang juga disebelah Kira terkekeh. Menjadi teman Kira selama hampir 3 tahun membuat ia paham bagaimana Kira membuat lawannya terdiam. Meskipun tadi ia juga merasa aneh bagaimana kapten basket yang dibanggakan dulu menjadi seperti pemain basket pemula yang tak mampu memasukkan bola ke ring, namun ia memilih diam, itu bukan urusannya.

Lihat selengkapnya