HOLD MY HAND

Indri Dwi
Chapter #8

7

Selepas latihannya Keanu yang memang telah menyadari kehadiran Bhanu segera menghampiri cowok itu dengan wajah sumringah walaupun keringat membasahi wajahnya.

“Lo datang Kak?!” pertanyaan retoris itu tidak Bhanu jawab melainkan ia mengatakan hal lain.

“Lap dulu keringet lo, ganggu mata gue.” kata Bhanu membuat Keanu terkekeh dan menuju tasnya yang berada di pinggir lapangan sekaligus mengambil botol air minum dan menenggaknya rakus. Setelahnya Keanu kembali berjalan ke arah Bhanu.

“Jadi menurut lo gimana Kak?”

“Permainan kalian cukup rapi, tapi kebanyakan kurang fokus. Latih fokus dulu, jangan gampang nengok penonton kalo gak penting.” kata Bhanu yang dibalas anggukan oleh Bhanu.

“Jangan takut ngeblock. Pertahanannya udah cukup bagus.” lanjut Bhanu, “Itu aja dulu. Gue mau balik ada urusan penting.”

Bhanu bersiap pergi kala Keanu menahannya.” Kapan-kapan one on one sama gue ya Kak?”

Bhanu melihat Keanu sepersekian detik sebelum mengangguk saja dan pergi darisana. Keanu tersenyum dan membiarkan Bhanu pergi, ia sendiri menuju teman-temannya disisi lain lapangan yang sepertinya sejak tadi sudah menunggu Bhanu dan Keanu selesai berbicara dan ingin tahu apa komentar kakak kelasnya itu.

Bhanu menyusuri lorong menuju parkiran sembari mencari nomor Bi Jina dan mendialnya.

“Papa Mama ada dirumah Bi?” tanya Bhanu ketika Bi Jina telah mengangkat panggilan itu.

Tuan sama Nyonya tadi pagi berangkat ke Makassar Den, katanya beberapa hari bakal ada kerjaan disana

Bhanu terkekeh miris, baru sehari dirumah sudah pergi lagi. Memang benar rumahnya hanya untuk singgahan saja. Seharusnya Bhanu sudah paham bahwa kepulangan orang tuanya tidak pernah berarti benar-benar pulang. Kedua orang tuanya hanya menjadikan kepulangan itu sebagai pertemuan bisnis yang kebetulan berjalan di Indonesia. Seharusnya Bhanu memang tidak pernah berharap pada secuil perhatian utuh untuknya. “Yaudah Bi, aku pulang telat ya.”

Tapi makan malamnya nanti gimana Den?

“Nanti aja, Bhanu belum lapar.”

Panggilan itu kemudian diakhiri dan Bhanu mengganti tujuannya sebelumnya yang berniat langsung pulang karena takut akan membuat kedua orang tuanya menunggunya lagi sehingga membuat ia barusan tidak ingin berlama-lama membicarakan basket dengan Keanu. Sekarang ia tidak tahu ingin kemana dan ia malas pulang, Bhanu memutuskan untuk keluar dari lingkungan sekolah terlebih dahulu sebelum memutuskan akan kemana. Mobil Bhanu berhenti ketika sampai di lampu merah, ia memutuskan untuk membukan kaca mobilnya dan berniat menyalakan rokoknya ketika disebelahnya sebuah motor tiba-tiba berhenti diikuti tawa dari pengendaranya. Bhanu menarik kembali rokoknya dan melirik pengendara itu bersamaan dengan pengendara itu yang menengok ke arah Bhanu. Bhanu terdiam ketika mengetahui bahwa itu adalah dua orang yang sekelas dengannya, Nusa dan Kira. Cowok itu mengalihkan pandangannya ke depan kembali, tidak berniat menyapa keduanya. Namun Kira ternyata bereaksi dengan menyapa Bhanu.

“Baru balik Nu?” tanya Kira membuat Bhanu menoleh dan mengangguk.

“Rumah lo dimana?” tanya Nusa.

“Venus Residence.”

Kira langsung ber’woah’ ria.”Woah, perumahan orang kaya.” celetuk gadis itu yang kemudian cengar-cengir, “Maaf, lebay ya?”

Bhanu mengabaikannya.

“Nu lain kali jangan ngerokok sambil nyetir terus buka jendela ya, bahaya kalo orang dibelakang lo kena abu rokoknya.” ucap Kira. Ia memang sudah berniat memberi tahu pengendara mobil tadi ketika melihat dari belakang pengendara itu mengeluarkan rokoknya ke jendela. Dan siapa kira ternyata itu adalah Bhanu. Ia belum terlalu mengenali mobil Bhanu karena cowok itu selalu datang telat dan pulang paling akhir sehingga ia tak sempat mengetahui kendaraan Bhanu sehari-hari.

Bhanu diam dan tepat setelahnya lampu berubah warna hijau, Bhanu menengok keduanya dan mengangguk sebagai tanda perpisahan sebelum menekan gasnya lebih dulu dibanding Nusa dan Kira.

Nusa menengok Kira dari spion, “Sabar ya. Aku tahu sakit dikacangin”

Kira tertawa melihat ekpresi Nusa yang berlebihan, “Ngeselin!”

“Mau pulang atau kemana lagi ini?”

Keduanya sebelumnya memang pergi ke café eskrim yang mereka rencanakan tadi, selepas itu berhenti di pinggir jalan ketika Kira melihat penjual cilok sehingga keduanya memutuskan memakan itu di halte dekat sana sampai barusan bertemu dengan Bhanu.

“Pulang, ini bau badan udah kek wajah lo, asem.”

“Sialan.” jawab Nusa sehingga cowok itu dengan jail memainkan gas motornya dan membuat Kira memekik kaget dan otomatis memeluk pinggang Nusa yang membuat cowok itu diam-diam tersenyum.

“Heh kalo gue jatuh gimana?!”

“Mampus lah.” ucapan Nusa itu mendapatkan balasan dengan geplakan di helmnya dengan keras sehingga cowok itu mengaduh.

“Tega!”

Nusa tertawa bagaimana ia akan bosan menganggu Kira jika gadis itu semenggemaskan ini. Ditengah sore itu kala surya sudah kembali ke peraduannya Nusa menjadikan hari ini sebagai salah satu hari kesukaannya.

-o-o-o-

Bhanu memelankan laju mobilnya ketika ia rasa sudah cukup menjauh dari kedua orang yang sekelas dengannnya itu. Ia kembali membuka jendelanya berniat menyalakan rokoknya yang tertunda tadi namun ia urungkan ketika mengingat ucapan Kira. Meskipun mengabaikan gadis itu, namun ucapan itu Bhanu pahami dan benar juga kata gadis itu. Ia memutuskan akan mengitari sudut-sudut kota ini sampai bosan. Lagipula ia kembali bebas karena  orang tuanya sedang pergi bukan?

Ia melihat sebuah taman yang cukup sepi didepan dan memutuskan untuk menepikan mobilnya dan melihat-lihat taman itu. Mungkin karena menjelang malam taman ini sepi dengan penerangan yang cukup terang, Bhanu duduk disalah satu bangku yang menghadap air mancur. Ia menghidupkan rokoknya, menikmati kesepian di taman itu sampai sesosok anak laki-laki berumur sekitar 10 tahunan dengan mengalungi dagangan berdiri didepannya membuat Bhanu sedikit kaget.

“Ada apa?” tanya Bhanu. Anak kecil itu tersenyum lebar dan dengan percaya diri duduk disamping Bhanu.

“Bang gak mau beli? Ada air, permen, kacang, keripik, roti juga ada nih.” katanya dengan ceria membuat Bhanu mengernyit,dengan muka anak laki-laki itu yang sudah kusam, sepertinya ia telah berjualan sejak pagi tapi masih mampu tersenyum.

“Bang kok bengong sih? Duh saya bau ya? Maaf-maaf hehe.” Kata anak laki-laki itu lalu berdiri kembali dan kini berdiri agak jauh dari Bhanu.

“Duduk aja.” Perintah Bhanu membuat anak kecil itu menggeleng, “Nggak deh Bang, harus lanjut lagi saya, kurang lima ribu buat beliin ibu beras.”

Bhanu benar-benar terbungkam. Anak sekecil ini sudah memikul beban seberat itu. Masa kecilnya dihabiskan dengan berdagangan seperti ini.

“Lo sekolah?” tanya Bhanu.

Lihat selengkapnya