HOLD MY HAND

Indri Dwi
Chapter #9

8

Kira sedang menghabiskan sisa jam istirahatnya di perpustakaan untuk meminjam beberapa buku sebagai bahan belajar tambahan. Tak butuh waktu lama untuk menemukan buku-buku yang dibutuhkannya, gadis itu segera mengurus peminjaman buku itu. Kira membawa beberapa buku dipelukannya dan berniat langsung ke kelasnya untuk menaruh buku-buku itu,namun dii koridor depan ia melihat Bhanu yang berbelok ke koridor menuju lapangan belakang dimana berada gedung olahraga lama yang sudah jarang dipakai. Hendak memanggil Bhanu namun cowok itu keburu menghilang sehingga dengan rasa penasarannya Kira memilih mengikuti langkah Bhanu. Tak ia sangka ternyata Bhanu menuju ke lapangan basket lama ini. Kira sudah lama tidak kesini dan ternyata masih cukup terawat meskipun lapangannya tidak sebersih dulu.Bhanu ada disana duduk disalah satu bangku disana sedang merokok.

Pintar sekali cowok itu mencari tempat, pikir Kira. Gadis itu memutuskan mendekat, terkesan nekat karena bisa saja Bhanu mengusirnya mengingat Bhanu itu tegaan. Dan Bhanu yang peka menengok ke arah Kira yang tak sengaja menginjak daun kering disana hingga menimbulkan bunyi ‘srek’.

“Ngapain lo?” tanya Bhanu dengan mata memicing.

“Gak sengaja ngikutin elo.” jawab Kira santai, gadis itu kini duduk disamping Bhanu membuat Bhanu langsung menggeser duduk sedikit menjauh.

“Jadi ini tempat persembunyian lo ya?” tanya Kira . Bhanu tidak menjawab.

Kira bukan tipe orang yang tahan dengan bau asap rokok karena selama ini ia juga dikelilingi orang yang tidak pernah menyentuk barang itu. Sehingga ketika ia tak sengaja menghirupnya membuat gadis itu otomatis terbatuk pelan.Bhanu tak berbicara banyak,namunn ia langsung membuang rokoknya dan mematikannya dengan sepatunya.

“Mending lo pergi.” suruh Bhanu, ia masih sedikit terganggu dengan kehadiran Kira apalagi setelah perkataan gadis itu terakhir ketika kerja kelompok.

“Gak dulu deh, enak juga disini. Rasanya tenang ya, pantes aja lo betah buat ngebolos disini.”

Bhanu diam saja, sedangkan Kira lagi-lagi mengajak cowok itu berbicara.

“Gue denger lo udah mau bantuin Keanu. Ternyata lo gak seacuh itu ya Nu.”

“Dia adik lo?” tanya Bhanu. Kira mengangguk dengan senyum ke arah Bhanu.

‘Pantes aja sama-sama berisik.” tukas Bhanu membuat senyum di wajah Kira berganti dengan wajah cemberut.

“Heh!”

Bhanu mengangkat alisnya sebelum mengalihkan pandangannya ke depan kembali.

“Oh ya Nu, lo udah tau belom mau lanjut kemana?”

Bhanu pikir setelah terlihat kesal barusan Kira akan diam atau pergi, namun ternyata gadis itu kembali berbicara seperti semula. Bhanu hanya menggeleng.

“Gue tuh juga belum tau mau kemana. Pengennya sih yang bakalan dekat sama anak-anak, entah anak jalanan atau anak panti asuhan. Pokoknya gue suka lihat mereka. Tapi gak tau lagi deh gue masih mau cari-cari info tentang jurusan. Oh ya kalo lo Nu, lo suka apa?”

Bhanu diam dan ia tak tahu harus jawab apa karena pikirannya juga seakan dipenuhi kabut tiba-tiba. Bhanu berdiri dan pergi darisana begitu saja membuat Kira melongo.

“Benar-benar manusia satu ini.” cibir Kira lalu menyusul Bhanu. Sesampainya di kelas yang sudah ramai itu karena bel sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu dan beruntungnya belum ada guru. Gadis itu duduk disamping Alin yang sedang berbincang dengan Dinda dan Jessi. Memasukkan buku-buku ke dalam kolong mejanya.

“Udah dapet bukunya? Susah ya nyarinya? Lo lama abisan.” kata Alin.

KIra mengangguk saja sebagai jawaban. Sebelum ke perpustakaan, keempatnya memang berada dikantin sebelum Kira pergi ke perpustakaan sendirian karena ketiganya tidak mau diajak,malas kata mereka. Gadis itu melirik bangku Bhanu yang ternyata laki-laki sudah disana dengan menelungkupan kepalanya diantara lengannya. Entah tidur atau bagaimana.

“Eh diajakin futsal sama anak sebelah, pada mau kagak?” Nusa yang masuk kelas berbicara keras pada gerombolan cowok di belakang yang sibuk main games bareng.

“GASSSS!” jawab mereka kompak namun tidak melirik Nusa sama sekali dan masih fokus dengan ponselnya. Nusa mengangguk dan melirik satu cowok yang tak bereaksi sama sekali. Ia menuju meja Bhanu dan mengetuk meja lelaki itu hingga Bhanu mengangkat kepalanya dan duduk tegak kembali.

“Mau join gak Bhan ntar malem?”tanya Nusa.

No, thanks. Gue ada urusan.” jawab Bhanu. Nusa mengangguk paham.

“Besok-besok kalo free, join aja bro. Kalo malam sabtu selalu ada aja ajakan futsal emang.” kata Nusa.

Cowok itu lalu berlalu dari sana menuju bangku Kira. Tentu saja akan mengganggu gadis itu yang kini tengah menonton reality show Korea dari ponselnya. Telinga gadis itu disumpal earphone dan Nusa dengan sengaja melepasnya membuat Kira melirik tajam pada Nusa.

“Masih siang bolong tapi setannya udah bertingkah aja.” cibir Kira membuat Nusa tertawa, gadis itu memang jagonya kalo urusan mencibir.

“Ntar gue futsalan nih, mau ikut kagak?”

“Mending gue dirumah nontonin oppa-oppa gue.”

Nusa memajukan wajahnya ke wajah Kira dan berucap sambil menaik-turunkan alisnya dengan senyum menyebalkan. “Lah ini oppa jago futsalan jangan dilupain dong.”

“Najis trulala.” balas Kira lalu mendorong wajah Nusa.

-o-o-o-

Kelas terakhir berakhir dan Kira harus membawa tugas teman-temannya ke ruang guru. Awalnya Nusa hendak membantu cewek itu namun cowok itu sudah keburu digeret oleh teman-temannya entah untuk apa. Sedangkan Alin harus pulang cepat karena ada urusan. Alhasil Kira harus membawa 36 buku itu sendirian. Koridor antar kelas sudah sepi dan hanya ketukan sepatu Kira yang mengisi keheningan itu. Jarak kelas dan ruang guru memang cukup jauh. Dan untungnya meskipun koridor antar kelas telah sepi masih ada beberapa anak-anak yang sedang ekskul di ruangan musik yang barusan dilewatinya. Ada pula ekskul karate yang sedang latihan di aula. Hari Jumat ada 3 ekskul aktif yaitu karate, musik, dan pramuka.

Selepas meletakkan buku-buku temannya, Kira berniat menengok ruangan pramukanya sebentar. Ternyata sepi dan ketika ia melihat ke arah lapangan upacara, disana ramai orang yang sedang duduk melingkar dengan slayer khas pramuka. Sepertinya mereka sedang rapat terbuka.

Kira tidak akan mengganggu sehingga ia memutuskan untuk pulang saja. Ia menelpon Keanu namun tak ada jawaban.Padahal tadi pagi ia berangkat dengan Keanu dan otomatis Keanu harusnya pulang dengannya sesuai amanah Mamanya.

Ia menelpon lagi Keanu dan kali diangkat.

“Dimana lo?!”

Duh kakakku sayang, gue lupa bilang gue ada janji sama Vania

“Vania siapa lagi ini heh?!” Kira sebal sekali mana Keanu ngomongnya bisik-bisik.

Ada! Baru nawaitu blom difixin sih

“TERUS LO SEENAK JIDAT NINGGALIN GUE? AWAS YA LO NTAR DIRUMAH!”

Kira mematikan sambungan itu sepihak. Ia memutuskan menggunakan bus saja karena gopay-nya sudah habis untuk memesan ojek online. Lagipula ia juga sudah lama tidak naikbus. Halte di depan sekolah itu tidak terlalu sepi, masih ada 5 orang yang menunggu bus juga. Biasanya bus akan datang lagi setiap 15 menit selepas keberangkatan pertama. Menit-menit itu Kira gunakan untuk mendengarkan musik lewat earphone-nya hingga bus akhirnya tiba. Kira memilih duduk di dekat jendela.

Bus itu sudah meninggalkan sekolah dan membutuhkan 2 pemberhentian hingga sampai ke halte dekat komplek rumahnya. Kira mengamati orang-orang dijalanan, jam-jam ini merupakan jam pulang kerja jadi wajar aja kemacetan itu tidak terhindari. Tapi Kira tidak mengeluh, lagipula macetnya tidak terlalu parah.

Halte pertama sudah dilewati, Kira mengernyit kala melihat dua sosok yang dikenalnya dari jendela bus. Namun ia merasa aneh karena dua orang itu tidak seharusnya kenal atau tidak mungkin kenal mengingat lingkungan keduanya yang berbeda.

“Bang berhenti depan ya Bang!” ucap Kira dan bus itu berhenti sesuai permintaan Kira. Kira menunggu beberapa saat untuk menunggu agar bisa menyebrang.

Ia melangkahkan kakinya ke kedua orang yang sedang duduk di bangku depan sebuah taman.

“Ical, Bhanu.” panggil Kira.

Kedua orang yang sebelumnya sibuk dengan ponsel digenggaman Bhanu itu mengangkat kepala mereka dan menatap Kira. Bhanu membesarkan bola matanya tampak kaget meskipun tetap dengan muka datar sedangkan Aksal langsung memekik senang.

“Kak Kira!”

Kira tersenyum pada Aksal yang memeluknya dan mengelus kepala anak itu. Ia menatap Bhanu yang diam.

“Kalian saling kenal?”

Bhanu dan Aksal mengangguk.

“Kemarin Bang Bhanu bantuin beli daganganku sama anterin aku pulang.” cerita Aksal.

Kira jadi tergugu, sedikit tak menyangka bahwa Bhanu yang menurutnya terlalu apatis itu tidak sepenuhnya begitu. Setelah mengetahui ia mau membantu Keanu dan kini juga membantu Aksal ia rasa Bhanu hanya terlalu gengsi untuk mengakui kebaikannya. Meskipun masih teguh dengan kesendiriannya tanpa mau berbaur.

“Wah udah bilang makasih kan?” tanya Kira. Aksal mengangguk.

Lihat selengkapnya