Holidaylicious: Hola, Meksiko!

Noura Publishing
Chapter #2

Preparation

Seperti biasa saat akan berangkat ke mana pun, aku packing dibantu Bi Ning. Aku memilih beberapa pakaian di lemari, dan menaruhnya di atas tempat tidur.

“Non Tora, mau memakai tas yang mana?” tanya Bi Ning sambil memegang dua buah travel bag besar.

“Aduh, Bi Ning! Jangan yang gede gitu, ah. Yang hitam aja, enggak terlalu besar,” kataku menunjuk sebuah travel bag ukuran sedang di atas lemari.

Bi Ning pun mengambil travel bag yang kumaksud. Oh ya, Bi Ning selalu tahu pakaian yang akan aku kenakan. Ya iyalah, sejak aku lahir, Bi Ning sudah di rumah Mama dan Papa. Bahkan, mungkin Bi Ning lebih banyak tahu tentang aku, daripada kedua orangtuaku.

“Bi, pakaiannya jangan banyak-banyak, ya!”

“Iya Non. Nanti bibi siapin yang simple-simple aja, ya.”

“He eh!”

“Non, enggak mau bawa jaket yang ini?” Bi Ning memperlihatkan sebuah jaket berwarna merah.

“Gak usah, Bi.”

Bi Ning terus saja sibuk menyiapkan segala keperluanku. Dia sangat sabar menghadapiku yang tak acuh dan cuek. Meskipun tak acuh, sebenarnya aku sangat care pada semua orang rumah. Setiap kembali dari bepergian, aku pasti tidak lupa membawakan oleh-oleh buat Bi Ning, Pak Mo, Bang Jo, dan Pak Li.

Tak lama, Bi Ning selesai membereskan semua keperluanku untuk berangkat. Ah, aku sungguh sayang sama perempuan tua yang sedikit gemuk itu. Meskipun kadang beliau lebih bawel dari Mama, hehehe ....

***

Pagi ini, Pak Mo bersiap untuk mengantarkanku ke bandara. Papa telah menelepon Pak Mo dan memberikan instruksi, ke pintu masuk nomor berapa nanti aku harus masuk. Pak Mo selalu mencatat semua instruksi Papa dan Mama dengan baik di sebuah notes.

Aku keluar dari kamar, seperti biasa dengan rambut basah sehabis mandi tanpa sisiran. Aku menatap bayanganku sepintas di cermin besar ruang tengah. Celana jin panjang dengan atasan kemeja kotak-kotak berlengan panjang yang di gulung hingga ke siku. Hmm. Aku suka penampilanku yang sepintas terlihat sangat cowok. Tentu tidak ada yang bisa protes dengan gaya berpakaianku yang seperti ini. Kecuali ....

“Non, kok rambutnya enggak disisir, sih?” protes Bi Ning kepadaku.

“Duuuh Bibiii! Tiap hari rambut mulu diomongin, deh!” jawabku sambil senyum.

Lagi-lagi, Bi Ning hanya geleng-geleng dan sibuk menyiapkan sarapan untukku di meja makan.

Lihat selengkapnya