Holly Grail

Anastasia Elisabeth
Chapter #2

Chapter 2 || Menjadi Seorang Pria

Mungkin bagi sebagian orang, menyamar adalah hal yang mudah. Cukup tanyakan saja dari teman, keluarga, atau pacarmu tentang penampilanmu.

Sayangnya, Elisabeth tidak bisa melakukannya. Karena apa? Karena ia tidak pernah memiliki itu.

Ahahha... Sudah cukup baginya merasakan yang namanya kehilangan. Iya tidak mau lagi, kegiatan yang sempat membuatnya tenggelam itu kembali terjadi lagi.

Jadi, ia memutuskan untuk mengingat masa lalu. Masa dimana seorang wanita berteriak penuh ambisi padanya.

"Kau adalah anak pertama! Bagaimana bisa kau terlahir sebagai seorang perempuan, hah? Bagaimana caramu untuk menopang adik adikmu?"

Itulah pertanyaan yang sering menggema di pikirannya, bahkan hingga sekarang.

"Sebenarnya, aku kasihan padamu. Mengetahui wanita itu berteriak padamu seperti itu, sangat membuatku ingin membalas dendam padanya."

"Berhenti berbicara seperti itu, Angelia. Dia bukanlah 'wanita itu', dia adalah ibuku. Dan lagi, aku tidak mempunyai dendam padanya."

Yah, wanita yang meneriaki nya itu adalah ibunya. Bagaimana bisa, seorang ibu meneriaki kata-kata seperti itu kepada anaknya?

Bukankah kata itu tidak pantas? Hah... Awalnya, Elisabeth juga berpikir demikian. Tapi, kenapa tidak kita coba saja untuk menuruti keinginannya?

"Ya, kenapa tidak dicoba?"

...

Terbiasa hidup sendirian membuat Elisabeth telah mahir dalam menggunakan pisau. Karena, lihat saja. Rambutnya yang sebahu itu kini telah memiliki model under cut.

Sangat pria sekali, bukan?

Tapi bagaimana ia dapat mengetahui model-model rambut pria dengan mudah? Tanyakan saja kepada teman-temannya.

Tentunya bukan teman yang baik. Malah kalau bisa dibilang, mereka bahkan tak layak mendapatkan julukan teman.

Siapa mereka? Ahahah... Mereka hanyalah orang-orang yang pernah mengambil keperawanannya. Dulu sekali, saat berusia 10 tahun.

Bisakah kau bayangkan, betapa depresinya dia saat itu? Saat itu, ia bahkan sangat ingin melakukan kegiatan yang sangat aneh.

Berteriak-teriak tak jelas, menyalahkan Tuhan atas kondisinya, bahkan memiliki niat untuk membunuh pria yang pernah memperkosanya.

Tapi, apa gunanya itu semua? Apakah melakukan itu sama dengan mengembalikan semua seperti sedia kala?

Tidak, bukan? Itu juga tidak membuat keluarganya itu menjadi prihatin padanya. Malahan, lebih parah.

Mereka berada di garis terdepan, sebagai penghina yang setia. Menyalahkannya atas segala masalah keluarga yang ada.

Menjadikannya momok keluarga.

Ahaha... Mari kita berhenti membahas keluarga gadis itu, dan mengikuti kemana ia melangkah sesaat lagi.

Lihat selengkapnya