2014
Suara binatang malam terdengar jelas di tengah kesunyian di sebuah ruangan bawah tanah yang menjadi tempat persembunyian seorang laki-laki bernama Alex. Sudah dua jam dia mengitari ruangan itu dengan bermodalkan cahaya dari lampu petromaks, untuk mencari jalan keluar.
Malam ini, Alex memutuskan untuk melarikan diri dari ancaman para iblis yang bersemayam di tubuh para manusia untuk menghancurkan hidup Alex sekaligus mengancam nyawanya. Dia tidak bisa jika harus terus berdiam diri di tempat ini.
Sebuah tangga kayu melingkar terlihat dari bawah yang menghubungkan ke arah atas. Ya, Alex yakin itu jalan keluar!
Dengan perasaan was-was dan jantung berdegup kencang, Alex menaiki anak tangga itu satu per satu tanpa menimbulkan suara yang bisa saja mengundang perhatian para penjaga. Sialnya, ketika langkahnya sudah sampai di anak tangga terakhir, justru tangga itu tertutup tembok. Aneh. Tidak mungkin seseorang menutup tangga ini dengan tembok, sedangkan para manusia keji itu mondar-mandir keluar masuk ruangan persembunyian Alex lewat tangga itu.
Alex yakin, ada yang tidak beres!
Dia berusaha mendorong tembok itu, barangkali itu sebuah pintu rahasia yang menembus langsung ke arah jalan keluar. Atau paling banter ke sebuah ruangan yang tak berpenghuni. Dan benar saja, tidak perlu tenaga cukup kuat, tembok itu bergeser dan membukakan jalan untuk Alex bisa melihat langsung sebuah ruangan gelap yang ada di balik tembok.
Senyuman merekah tersungging di bibir laki-laki itu. Udara kebebasan sudah tercium harum di depan mata, meski Alex tidak yakin kalau di luar sana akan aman oleh sejumlah penjaga yang berpatroli di sekitar. Tapi Alex tidak peduli, dia berambisi kuat untuk bisa lolos dari tempat mengerikan yang dia sebut ‘Neraka'.
Bagaimanapun caranya dan bagaimanapun risikonya!
Di ujung ruangan gelap itu terlihat pintu kayu yang tertutup rapat, di sebelahnya ada jendela kayu yang juga tertutup rapat. Alex perlahan mendekati pintu, pandangannya tidak lepas menelanjangi sekitar dengan penerangan lampu yang dia bawa. Berjaga-jaga dari seseorang yang mungkin saja tiba-tiba menerkamnya tanpa aba-aba.
Aman.
Satu kata yang terlintas di pikiran Alex ketika menyadari ruangan itu betul-betul sunyi-senyap dan tidak menampakkan bahwa ada seseorang yang bersembunyi di sana. Alex membuka kenop pintu. Terkunci.
“Ah, sial!” Dia berdecak kesal. Tangan kanannya sudah mengepal kuat dan mengambil ancang-ancang untuk menonjok pintu itu. Tapi dia urungkan, karena sama saja membangun perhatian para penjaga.
Akhirnya dia berpaling ke jendela kayu model zaman dahulu. Cahaya dari luar masuk dari celah-celah jendela, perlahan Alex membuka selot jendela dan akhirnya terbuka. Dia tersenyum lebar, akhirnya Alex bisa menghirup udara segar sekaligus udara kebebasan dari kurungan ruangan bawah tanah yang dia dapatkan selama dua tahun ini.
“Kebebasan.” Satu kata penuh makna dan harapan selama ini sudah di depan mata.
Tanpa mengulur banyak waktu, Alex melompati jendela itu dan...
Hap!
“ALEX!!”
Bertepatan kedua kakinya menyentuh tanah, terdengar suara teriakan menggema dari arah kanan Alex. Dia berpaling ke arah sumber suara dan mendapati sosok laki-laki yang dia kenal.
Mr. Jarot.