2023
Ketika berbicara tentang sekolah, yang ada di benak setiap orang adalah masa-masa paling indah yaitu masa SMA, bukan?
Masa SMA adalah masa di mana kamu bisa merasakan kebahagiaan tanpa harus menanggung banyak masalah orang dewasa.
Tentang di mana kamu menemukan teman-teman sefrekuensi dan membuatmu lupa dengan masalah rumah yang sedang kamu hadapi.
Tentang kisah cinta mendebarkan yang membuatmu selalu mimpi indah setiap malam.
Tentang di mana kamu bisa bertindak senakal-nakalnya dan dapat dimaklumi oleh standar moral sosial dengan berdalih ‘Namanya juga remaja’.
Dan masa di mana kamu bisa tertawa lepas tanpa beban karena seluruh hidupmu masih ditanggung orang tua.
Namun, sepertinya definisi itu tidak berlaku untuk anak-anak yang didaftarkan orang tua mereka di sebuah sekolah yang dinamakan...
Home school.
“Kenapa Tuan ingin anak Tuan belajar di Home School?”
Sesi tanya jawab pada setiap orang tua dimulai oleh Master Jason, sebagai pemilik sekaligus pendiri Home School.
Bukan tanpa alasan, Master Jason ingin betul-betul mendengar alasan logis dari setiap orang tua terkait anak-anaknya yang dimasukkan ke Home School. Karena pembelajaran sekolah ini berbeda dari sekolah pada umumnya, sangat intensif dan istimewa. Ketika anak-anak mereka terpilih masuk bergabung dengan Home School, itu artinya setiap orang tua harus bersiap melepaskan anak-anaknya belajar tiga tahun penuh tanpa bertemu.
“Saya percaya, bahwa Home School bisa merubah Mikayla menjadi orang yang lebih baik.”
Master Jason mencibir dan menganggukkan kepalanya. Berpaling menatap orang tua lain dan melemparkan pertanyaan yang sama...
“Kalau Tuan?”
“Saya ingin memberikan sesuatu yang baik untuk putri saya, Ameta, dan saya tidak ingin dia dikelilingi oleh lingkungan yang tidak menyenangkan di luar sana.”
“Kalau Nyonya?”
“Saya ingin Putri saya, Fahira, mendapatkan perawatan dan perhatian ekstra karena itu yang sangat dia butuhkan dan home school adalah jawaban terbaik dari harapan saya.”
Master Jason mengangguk-angguk dan berpaling menatap salah satu orang tua murid yang lain. “Kalau Nyonya?”
“Putra kembar saya Vicko dan Vicky, mereka adalah anak-anak baik tapi sayangnya tidak pernah akur, karena Vicko selalu iri pada Vicky yang selalu dibanggakan oleh Ayahnya. Jadi, tujuan saya jelas, untuk menyekolahkan anak-anak saya di sini supaya mereka bisa akur dan saling menyayangi. Apalagi di bawah pengawasan Anda, Master Jason.”
“Baik,” Master Jason berpaling menatap laki-laki paruh baya sebagai salah satu orang tua murid. “Kalau Tuan? Apakah anak Tuan mampu menahan tekanan yang diakibatkan oleh pembelajaran intensif home school?”
“Saya yakin, keluarga Antonio mampu menahan tekanan apa pun yang datang. Dan saya percaya, Doni bisa melakukan itu.”
Master Jason mengangguk-angguk. Berpaling bertanya pada yang lain. “Kalau Nyonya?”
“Saya ingin home school benar-benar ketat pada keponakan saya, Alin. Dan saya bersedia membayar 100juta untuk per-semester. Demi merubah dia menjadi lebih baik.”
Master Jason kembali mengangguk dan berpaling bertanya pada yang lain. “Mengapa Home school harus menerima anak Tuan untuk bersekolah di sini?”
“Karena anak saya, Bayu, anak istimewa dalam artian berbeda dengan anak yang lain. Dan saya rasa, dia layak belajar di sekolah khusus seperti home school.”
“Baik, tentu saja agar anak Tuan dan Nyonya bisa mengikuti pembelajaran khusus yang kami siapkan ini, kalian diharuskan membayar biaya sekolah dan biaya awal.”
“Tentunya, kami sepakat untuk itu, Master Jason.”
“Karena tidak ada yang bisa mengubah anak saya, Evelyn, menjadi lebih baik selain home school,” ucap salah satu laki-laki paruh baya sebagai orang tua salah satu murid.
“Apalagi untuk anak saya, Yugo,” ucap salah satu laki-laki paruh baya lain. “Saya bersedia membayar berapa pun nominalnya, asalkan anak saya bisa diterima di Home school. Besar sekali harapan saya untuk itu, Master.”
Master Jason mengangguk-angguk, menyambar tongkatnya yang dia simpan di samping kursi yang dia duduki dan kemudian berdiri.
“Baik, mari semua ikut saya untuk melaksanakan ujian. Karena masuk atau tidaknya anak-anak kalian, dilihat dari hasil ujian para orang tua.”
Master Jason berlalu, meninggalkan ruangan sekaligus para orang tua yang sekarang justru saling menatap satu sama lain. Bingung. Tanpa bertanya, mau tidak mau mereka mengikuti Master Jason.
Hari ini, adalah hari di mana pendaftaran sekolah baru dimulai dan ujian masuk ke sekolah dilaksanakan. Namun, yang mengikuti ujian ini bukanlah para siswa-siswi yang bersangkutan, melainkan para orang tua atas nama anak-anak mereka.
***
Sementara para calon siswa-siswi baru, selagi menunggu kabar dari orang tua masing-masing, mereka dikumpulkan di sebuah lapangan luas, di bawah teriknya matahari dan tidak boleh melipir ke mana-mana, kecuali dapat interupsi dari salah satu staf home school.
“Ah, shit! Sekolah macam apa ini?” Seorang gadis cantik dengan wajah juteknya yang khas dan rambutnya diikat kepang dua, menghembuskan napasnya kasar dan mendongak. Dia mengutak-atik ponselnya dan tidak hentinya kata-kata kasar lolos dari bibirnya.