Home Sweet Home

diannafi
Chapter #3

Hidup Adalah Pilihan

Mel baru saja hendak meninggalkan kantornya ketika mobil Rudi datang memasuki pelataran parkir. Sudah tiga hari ini gadis itu berhasil menghalangi pertemuan dengannya. Dengan berbagai alasan dan kucing-kucingan.

“Mel. Jangan menghindari aku lagi!” suara Rudi menampar wajah Mel, membuatnya merah padam. Paduan antara rindu yang melesak-lesak dan kekisruhan batinnya sendiri.

“Rudi….please. Beri aku waktu berpikir. Jangan mendesakku terus,” keluh Mel kelu.

Rudi sekarang sudah persis berdiri di hadapannya. Tanpa meminta ijin, meraih dan menaruh kedua tangan Mel di dada bidangnya. Gadis mungil yang tingginya hanya sebahu kekasihnya itu tak bisa menahan emosinya lagi. Dia menyerah. Kepalanya turut jatuh ke pelukan Rudi.

“Aku tak pernah seyakin ini dengan seseorang, Mel. Aku sudah mengatakannya berkali-kali,” bisik Rudi dekat telinganya.

“Aku tak bisa pergi dari sini, Rudi. Ini rumahku, masa depanku,” bisikan Mel nyaris tak terdengar, seperti tertiup angin senja.

Pelataran parkir mulai sepi. Pemandangan mereka berpelukan mungkin tak lagi menarik perhatian karena semua orang bergegas pulang.

“Aku bukan masa depanmu?” Rudi memegang dagu Mel dengan lembut dan mengangkat wajahnya. Bola matanya yang bening mencari-cari kejujuran di mata kekasihnya.

“Rudi..bukan begitu…” Mel menahan isaknya.

“Bisakah kita menjalaninya dengan saling berjauhan? Kamu mungkin bisa mendapatkan peluang proyek di Jakarta usai proyekmu di Kalimantan. Kita masih punya waktu, bukan?” sambungnya.

Mel mengerjapkan mata, mengusir embun di sana yang mulai melukai perasaannya sendiri.

“Aku tidak akan pernah memaksamu. Hanya saja aku tidak mau kamu mengalami hal yang sama lagi,” singkat kalimat Rudi mengantarkan ingatan Mel pada kegagalan percintaannya tempo hari.

Apakah kali ini dia akan mengalami nasib yang sama? Ditinggalkan kekasih hanya karena ketidaksiapannya sendiri?

“Aku hanya punya waktu seminggu lagi, Mel. Aku tak bisa pergi tanpa kepastian, sebenarnya. Tapi jika memang terpaksa, aku tak punya pilihan lain,” Rudi melepaskan pelukannya pelan-pelan.

Kaki Mel melemas. Rasanya dia ingin ambruk saat itu juga. Tapi akal waras menahannya untuk tetap berdiri.

Lihat selengkapnya