HOMECOMING

Lucky
Chapter #6

Bab #6

6 Juni 2015

Hari ini tak banyak yang dilakukan Sandy dan Natasya di rumah. Bahkan Natasya sepertinya tidak terlalu banyak bicara kepada siapapun dan cenderung menghindari Sandy, dan ketika Natasya bosan hanya berada di kamarnya saja akhirnya ia mencoba keluar. Dia ingat TK yang mama Sandy ceritakan, maka ia bergegas kesana seorang diri. Mungkin setelahnya ia bisa barang sekali berjalan-jalan sendiri. Ia merasa sudah besar dan usianya sudah tujuh belas tahun, seperti anak remaja lainnya selepas lulus sekolah, ia berusaha bisa belajar mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.

Terlintas ada keinginan untuk mencari ayahnya, ia tahu kalau ayahnya sedang berurusan dengan polisi, tetapi ia ragu bisa mengunjunginya karena tidak tahu bagaimana cara bisa bertemu dengan ayahnya. Ia sangat asing dengan kota Jakarta, dengan berbagai jalan yang terjal didepannya, dan ia sadar bahwa ia tidak begitu mengenal ayahnya. Andai saja dulu ibu sering menceritakan lebih banyak mengenai kehidupan ayahnya, pikir Natasya.

Hari sudah menjelang senja ketika Natasya baru sampai ke rumah dan dia melihat Sandy sedang di teras memainkan gitar kesayangannya. Awalnya ia ragu untuk masuk tapi tak ada alasan lagi baginya untuk menghindar, lagipula hari ini ia cukup lelah berjalan sendirian.

“Dari mana?” tanya Sandy memulai percakapan.

“Habis cari angin,” jawab Natasya singkat.

“Terus anginnya udah ketemu,” dan seketika suasana menjadi cair kembali.

Natasya hanya bisa tersenyum kecil sambil menghampiri Sandy. “Hmm... hari ini mas Sandy nggak kemana-mana?”

“Enggak, di rumah aja. Mama juga tadi pergi mau ketemu pasien katanya,” Mama Sandy yang seorang psikolog memang sering menerima konsultasi dari banyak orang yang bermasalah, tetapi Natasya sangsi apakah Sandy pernah berkonsultasi dengan mamanya sendiri.

“Udah kayak dokter aja ya bude.” 

“Kan emang dokter, tapi istilahnya dokter jiwa. Cuma masalahnya karena keseringan mengobati masalah orang lain jadi lupa sama masalah sendiri,” komentar Sandy menyudutkan mamanya, entah apa yang akan dipikirkan mama Sandy jika mendengar perkataan Sandy barusan. Tetapi memang apa yang diucapkan Sandy ada benarnya, seperti kata pepatah ‘gajah dipelupuk mata tidak kelihatan tetapi semut diseberang lautan kelihatan’.

“Jangan gitu mas, bukannya hal baik jika kita mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri,” kata Natasya menenangkan pikiran Sandy.

Sandy jelas tidak setuju. “Ya bedalah, kalau ini sama aja kayak nyuruh orang jangan melakukan itu tapi dia sendiri ngelakuin,” Sandy menaruh gitarnya dan melanjutkan. ”Udahlah enggak usah dibahas lagi, mending kita bahas mau makan apa malam ini, aku bosen makan di rumah,” dan dijawab langsung oleh Natasya tanpa ragu. “Ide bagus.”

Selepas maghrib, mereka berdua langsung bergegas keluar untuk cari makan. Sepanjang perjalanan dan sewaktu makan disalah satu tenda pinggir jalan, Sandy dan Natasya bertukar cerita mengenai kenangan mereka di sekolah dulu, tak lupa saling bercerita tentang guru kesayangan serta guru killer di sekolah masing--masing. Ternyata disetiap sekolah memang sudah sewajarnya memiliki tipe guru seperti itu, tetapi itulah yang membuat kita jadi begitu mengenang masa-masa sekolah dulu.

“Jadi kamu tukang usil di sekolah yah,” Sandy terkejut mendengar cerita Natasya yang pernah menjahili gurunya disekolah dulu sewaktu kelas dua.

“Habis dia pilih kasih sama teman aku yang lebih cantik, padahal nilai ulangannya kita sama-sama dapat lima tapi aku selalu ditunjuk buat jawab pertanyaan.”

“Makanya kamu dandan biar kelihatan cantik juga.”

“Kita kan ke sekolah buat belajar bukan buat cari muka, dasar guru genit,” kata Natasya yang sepertinya belum melupakan perlakuan salah satu guru yang tidak disukanya. ”Kalau dari kalian berempat siapa yang paling usil?” 

“Siapa ya,” jawab Sandy pura-pura berpikir sambil menuangkan sambal kedalam piring Natasya yang berisi mie rebus.

Tidak perlu berpikir panjang karena Natasya sudah tahu jawabannya. 

7 Juni 2015

Hari ini adalah minggu yang tenang dan santai menurut Sandy. Awalnya ia tidak memiliki rencana apapun sampai Natasya memberi masukan untuk mengajaknya nonton film. Karena bioskop tidak jauh dari rumah Sandy makanya mereka sempatkan untuk menonton. Sebelum menonton ada sedikit pertengkaran film apa yang akan ditonton. Namun akhirnya pilihan mereka jatuh pada film-film superhero yang sudah menjamur belakangan ini, yaitu The Avengers yang kebetulan sedang tayang, ditambah salah satu anggotanya bernama Natasha, bukan karena itu superhero kesayangan Natasya, tetapi lebih kepada namanya yang sama walapun ejaannya berbeda, tetapi Natasya senang saja jika nama itu disebut-sebut sebagai salah satu anggota The Avengers, berasa dirinya yang menjadi superhero.

Tetapi sewaktu menonton Sandy begitu terkejut karena ternyata Natasya sendiri menggemari adegan film-film action, walaupun Sandy sedikit terganggu dengan komentar Natasya menyemangati jagoannya yang sedang berkelahi dengan musuhnya, untungnya bangku disebelah Sandy dan Natasya kosong jadi tidak ada yang merasa terganggu akan ucapan Natasya sepanjang durasi film berlangsung, kalau tidak mungkin mereka sudah diusir dari studio.

Lihat selengkapnya