3 Juli 2015
Saat ini Joshua sedang menginap di rumah Anwar, sebelum Joshua sepenuhnya yakin mau mengikuti rehabilitasi narkoba, karena ketika banyak permasalahan yang mendera Joshua, selama ini pelariannya hanya kembali pada barang-barang haram tersebut, untuk itu Sandy dan kawan-kawan berusaha menjauhkan Joshua dari masalah-masalah yang bisa mendekatkan Joshua kembali pada barang-barang haram tersebut.
Dan mungkin keluarga Anwar adalah pilihan yang tepat saat ini, mengingat hanya keluarganya yang mau menerima Joshua apa adanya. Bahkan ibunya Anwar tidak membedakan perlakuan terhadapnya sama sekali, sehingga sampai Joshua mengikuti program rehabilitasi, rumah Anwar dijadikan basecamp tempat berkumpul mereka berlima, termasuk Natasya yang selalu berada ditengah-tengah mereka selama sebulan terakhir. Namun justru malah kehadiran Natasya yang membuat teman-teman Sandy makin merasa nyaman karena Natasya adalah cewek pertama yang bisa akrab dengan mereka berempat.
“Masa sih enggak ada cewek yang mau dekat sama kalian,” tanya Natasya sambil melihat wajah teman-teman Sandy satu persatu, pada penglihatannya mereka semua cukup keren terutama Kevan dengan wajah tampan yang terlihat lebih terawat.
“Jangankan teman, Farah mantannya Anwar aja enggak bisa dekat sama kita,” jelas Sandy.
“Habisnya awal-awal gue pacaran terus gue kenalin Farah sama kalian, diledekin terus gimana kita bisa akrab sama cewek,” balas Anwar.
“Habis Farah baperan orangnya,” timpal Joshua yang sepertinya mempunyai permasalahan sendiri dengan Farah. ”Tapi bukannya dia paling enggak suka sama gue ya, padahal kan gue yang paling ganteng,” Joshua memuji diri sendiri sembari melirik Natasya, ada sedikit perasaan berbunga menerpa Natasya.
“Ganteng tapi sering kumat buat apa,” cetus Anwar.
Semuanya tertawa. “Cie yang masih suka sama mantan,” Anwar hanya bisa cemberut.
“Dekat sih mau sebenarnya, tapi banyak yang enggak cocok aja,” jawab Kevan.
“Khususnya lu kan Van, banyak yang titip salam tapi semuanya ditolak, sebenarnya tipe cewek kayak apa sih yang lu mau?” benar sekali, dari mereka berempat, Kevanlah yang banyak disuka oleh siswi lainnya tetapi Kevan selalu bilang tidak mau berpacaran dan fokus untuk belajar padahal tanpa belajar pun temannya yang lain yakin bahwa Kevan akan lulus sebagai yang terbaik dari mereka.
“Sandy paham cewek seperti apa yang gue suka, iya kan San,” Kevan tak berani memalingkan wajahnya kepada Sandy, karena dia tahu Sandy tidak akan suka kalau ia dekat dengan Natasya. Sedang Sandy sendiri hanya diam saja, dan Anwar hanya bisa tersenyum.
Dari obrolan hari ini dirumah Anwar, Sandy bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal perihal lirikan sahabat-sahabatnya kepada sepupunya Natasya. Ia tak menampik karena tidak menyukai ide bahwa suatu hari nanti teman baiknya bisa berpacaran dengan sepupunya, toh ia juga baru dekat dengan Natasya satu bulan ini, tetapi tetap saja hubungan yang sekarang ini sudah membuatnya sangat nyaman, Natasya bisa membaur dan menjadi bagian dari persahabatan ini. Ia tahu bahwa istilah sahabat bisa menjadi cinta itu hal yang lumrah, namun yang selalu ada dipikirannya adalah apakah hubungan itu akan berakhir baik atau malah sebaliknya.
Sekarang ini yang jelas terlihat adalah Kevan, dimana dalam setiap kesempatan ia selalu sembunyi-sembunyi memandang Natasya dengan lirikan mautnya yang dalam sekejap bisa melelehkan hati cewek manapun, dalam pikiran Sandy apakah selama ini tidak ada cewek yang bisa menarik hatinya dan Natasya adalah jawaban akan pujaan hatinya, ataukah ini yang dinamakan dengan takdir. Lalu Joshua dengan segala masalah yang menerpa keluarganya membuat hati Natasya terenyuh seolah-olah nasib mereka sebagai anak yang lahir dari keluarga berantakan adalah takdir dan memang hal itu yang membuat mereka menjadi dekat, ada rasa saling membutuhkan satu sama lain. Jika hal ini bisa membuat kehidupan Joshua lebih baik dan menjauhi barang haram itu mungkin Sandy akan senang mendengarnya, tetapi apakah mamanya akan senang mendengarnya. Lalu yang terakhir ada Anwar yang baru putus dengan Farah, seperti ada sinyal bahwa ia akan menjadi cowok penakluk hati Natasya, karena setiap Anwar melontarkan kata-kata romantisnya, Natasya terlihat begitu bahagia, lagipula siapa cewek yang tidak luluh dengan kata-kata manis seorang cowok, walaupun memang Sandy tidak menggeneralisasi semua cewek seperti itu, namun dengan kisah Natasya yang begitu mendambakan sosok seorang ayah, mungkin saja Anwar adalah pilihan yang tepat.
Namun dari semua pikiran buruknya tersebut, Sandy hanya ingin membuat Natasya bahagia, setelah semua yang dia alami, ia ingin menjadi kakak yang baik bagi Natasya yang bisa melindungi dan membuatnya melupakan semua kesedihan serta kehilangan ibunya.
4 Juli 2015
Malam minggu ini Sandy dan kawan-kawan berkumpul di rumah Anwar lagi, minus Kevan yang tak bisa hadir karena sibuk membantu kakaknya yang minggu depan akan dilamar oleh kekasihnya. Kevan sendiri sebenarnya malas menghadiri acara formal seperti itu, tetapi ini adalah kakaknya sendiri sehingga tidak ada alasan untuk menghindar. Maklum keluarga Kevan termasuk keluarga besar dan berada, sehingga setiap ada acara khusus seperti pertunangan kakaknya, pasti mama Kevan mengadakan pesta besar dengan mengundang teman-teman sosialitanya serta kolega ayahnya.
Tercetus ide dari Kevan sendiri untuk mengundang teman-temannya ke acara pertunangan kakaknya, tetapi ternyata mereka sama tidak menyukainya dengan acara formal seperti itu padahal Kevan sudah mengatakan bahwa mereka boleh makan apa saja yang disajikan bahkan boleh dibawa pulang semua makanan yang tersaji, tetapi semuanya kompak lebih baik makan dipinggir jalan tetapi bisa bebas ngobrol daripada acara mewah dan megah tetapi harus menjaga sikap dihadapan keluarga Kevan ataupun tamu undangan lainnya.
Meninggalkan Kevan yang sedang mengurusi acara pertunangan kakaknya, Sandy berkunjung kembali kerumah Anwar untuk melihat keadaan Joshua tanpa ditemani Natasya yang dijadwalkan rapat dengan anak-anak karang taruna, dan entah mengapa hal itu membuat Sandy nyaman untuk mengunjungi sahabatnya kali ini. “Gimana Jo, udah baikan?” tanya Sandy sedikit khawatir.
“Enggak lebih buruk dari kemaren-kemaren yang pasti,” jawab Joshua yang pikirannya sudah agak lebih tenang semenjak terjadi kekacauan dirumahnya dua hari lalu. ”Nyokap Anwar baik banget.”
“Kalau anaknya gimana?” sambung Anwar yang siap mendengar pujian dari mulut sahabatnya.
"Yang jelas gue suka lu yang sekarang, lebih bebas, nggak terikat sama cinta buta lu itu.”
“Lu sendiri nggak lihat kejadiannya sih Jo,” Sandy mulai tertawa jika mengingat kejadian malam itu, pasti lebih seru kalau Joshua juga hadir disana. “Kalau ada lu pasti Farah lebih kesel lagi, secara nama lu juga disebut-sebut sama Farah.”