HOMECOMING

Lucky
Chapter #17

Bab #17

20 Juli 2015

Hari ini Sandy terkejut karena mamanya sekali lagi membangunkan dia untuk sarapan bersama. Memang dalam beberapa hari ini seperti ada yang berubah dari mamanya Sandy. Dan tentunya mau tidak mau Sandy mulai menunjukkan sedikit kegembiraan walaupun belum sepenuhnya, dan untuk membalasnya dia mengantarkan mamanya berangkat ke kantor beserta Natasya yang akan mengikuti pelatihan.

Setelah kepergian Natasya dan mamanya, ia seperti kembali menjadi anak kos yang mengatur semuanya serba sendiri.

Sudah beberapa hari ini juga Sandy tidak melihat kehadiran Januar didepan rumahnya, entah memang dia sedang tidak berada dirumah atau memang waktu saja yang tidak menakdirkan mereka untuk saling berpapasan. Ada kelegaan tersendiri Sandy tidak melihat Januar atau mamanya yang tidak lagi menyinggung namanya, namun ada sedikit rasa bersalah, jika saat ini Sandy bisa berkumpul bersama teman SMAnya, mengapa dia tidak bisa berkumpul kembali bersama teman masa kecilnya. Dalam lubuk hati yang terdalam tersirat pertanyaan, apakah Januar sudah benar-benar melupakan kenangannya bersama Sandy, karena mereka berdua sekarang sudah sama-sama dewasa, mungkinkah sikap kedewasaan itu muncul dan mendamaikan mereka berdua untuk saling memaafkan atas kejadian yang sudah berlalu.

Sandy meragukannya, apalagi kini hari-hari ia berada dirumah semakin berakhir dan tidak lebih dari sepuluh hari lagi sudah pulang ke Bandung. Sungguh tidak terasa hari-hari begitu cepat berlalu, tidak seperti kehilangan yang begitu terasa disetiap detiknya atas kepergian orang yang kita cintai.

21 Juli 2015

Hari ini sebenarnya Sandy ingin membereskan baju dan barang lainnya yang akan dibawanya ke acara reuni sekolah di puncak untuk esok lusa, namun Sandy sungguh malas sekali beranjak dari tempat tidur, sebenarnya Natasya berjanji akan membantunya tetapi hari ini ada pelatihan yang sangat penting yang tidak bisa ia tinggalkan sehingga ia berjanji besok akan membantunya dan akan izin sementara dari pelatihan.

Sementara itu Sandy teringat acara tukar kado yang merupakan bagian dari acara reuni serta perjalanan esok ke puncak yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga membutuhkan cemilan yang tidak sedikit dalam perjalanan, maka kenapa tidak ia beranjak dari tempat tidurnya dan segera membeli kado dan makanan ringan di minimarket terdekat dari rumahnya.

Ketika memilih kado apa yang akan dia beli, Sandy teringat ketika masih berpacaran dengan Lala dan Icha, sepertinya dia tidak pernah memberikan hadiah spesial kepada kedua kekasihnya itu, menurutnya itu adalah sikap yang egois, pantas saja hubungannya dengan mereka tidak begitu lancar, jadi bisa disimpulkan bahwa Sandy bukanlah tipe cowok baik hati. Lalu ia teringat kembali pada Cindy, apakah jika dulu cintanya diterima dia juga akan bersikap seperti itu menjadi cowok yang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Ditengah kebingungan memilih kado apa untuk acara reuni nanti, Sandy juga menghitung sisa hari ia berada dirumah dan kapan akan kembali lagi pulang ke rumah, pastinya pada liburan semester depan ia baru bisa kembali lagi ke Jakarta, maka dari itu mengapa tidak sekalian ia membelikan hadiah untuk Natasya sebagai tanda bahwa ia tidak egois dan berharap selalu ingat pada sepupunya itu.

22 Juli 2015

Hari ini Natasya menepati janjinya untuk membantu Sandy mempersiapkan barang yang akan dibawa ke puncak.

“Gitar, cek, kamera, cek, buku tahunan, cek, baju, cek, parfum, cek, deodoran, cek, camilan ringan, cek, pakaian da-,“ Natasya tidak melanjutkan kalimatnya.

Sandy menyela. ”Bukannya tadi gue suruh urus baju aja, kalau pakaian dalam gue aja,” kata Sandy yang sedikit malu Natasya melipat pakaian dalam milik Sandy.

“Sekalian, lagian pakaian dalamnya kan bersih, kalau kotor tuh mana mau aku pegang-pegang,” sahut Natasya.

“Oh ya bungkusan yang disamping meja jangan lupa,” Sandy menunjuk bungkusan kecil dimeja samping tempat tidur.

“Kayak anak kecil aja pake tukeran kado segala,” tuding Natasya yang dihiraukan oleh Sandy.

Sandy melihat Natasya semakin hari semakin terlihat bahagia, itu memang pertanda bagus, tetapi apakah bahagianya Natasya terlihat karena ia sudah menerima jalan hidupnya atau karena sedang jatuh cinta, dan Sandy teringat tingkah laku Kevan saat terakhir kali mereka berkumpul disekolah, terlihat ada pembicaraan serius dengan Natasya disalah satu sudut.

Sandy berusaha mencari tahu. ”Ehem, dari tadi beresin bajunya sambil berdendang terus, kayaknya happy banget, kayak orang lagi jatuh cinta gitu,” sindir Sandy.

Wajah Natasya mulai memerah. ”Enggak tuh, emang orang lagi senang enggak boleh,” bantah Natasya.

“Boleh aja, tapi cerita-cerita dong kalau lagi jatuh cinta,” Sandy berusaha menyudutkan Natasya. ”Apalagi waktu di sekolahan, kayaknya senang banget pas Kevan datang, udah gitu ngobrolnya berdua-duan gitu,” Natasya merasa salah tingkah ternyata Sandy memperhatikan sampai begitu detailnya.

Natasya lalu teringat akan malam itu. ”Oh yang waktu malam minggu kemaren, enggak ada apa-apa cuma ngobrol biasa aja.”

“ Masa?”

“ Bener.”

“ Swear?”

“ Sumpah.”

“ Habis mas Sandy perhatikan Kevan kayak ada rasa sama kamu, dan kamu sendiri gue perhatiin juga sebaliknya,” desak Sandy. “Ngaku aja deh, enggak usah bohong.”

“Aku malah menganggap mas Kevan seperti kakak aku sendiri, begitu juga mas Joshua dan mas Anwar. Dan aku yakin mereka juga begitu,” kata Natasya mantap.

Sandy masih tidak percaya. ”Terus kemaren kamu berdua-duaan ngomongin apa?” tanya Sandy.

“Tentang kuliah mas Kevan, keluarganya, khususnya ayahnya yang otoriter. Juga tentang...,” Natasya melirik-lirik Sandy dengan senyuman genit.

Sandy penasaran. ”Tentang apa?” seperti ada yang tidak beres, pikir Sandy.

“Tentang mantan-mantan mas Sandy terus juga cewek bernama Cindy yang mas Sandy taksir waktu SMA, hahaha,” lalu Natasya tertawa puas sedangkan Sandy dalam sekejap meninggalkan Natasya dengan perasaan malu. Bukankah awalnya mereka membicarakan tentang Kevan dan Natasya, mengapa sekarang jadi membahas dirinya dan Cindy.

Sekarang Natasya akhirnya mengetahui masalah kehidupan asmara Sandy, dan itu membuat Sandy selalu menghindari kehadiran Natasya di sepanjang sisa hari ini.

23 Juli 2015

Siang ini Sandy dan teman-temannya sewaktu SMA akhirnya pergi ke Puncak, tempat diadakannya reuni angkatan mereka. Mereka berangkat lebih pagi agar bisa sampai puncak tidak terlalu sore sehingga bisa beristirahat karena besok selama dua hari akan dilangsungkan serangkaian acara yang sangat menguras waktu dan tenaga apalagi ini adalah reuni pertama sejak mereka lulus SMA sehingga banyak dari mereka ingin temu kangen dengan semuanya. Panitia menyewa tiga villa yang cukup besar karena yang datang hanya sekitar 100-an anak, sedangkan 160-an teman-teman seangkatan mereka tidak bisa hadir.

Sesampainya disana, mereka yang saling kenal saling berkumpul dan bercerita mengenai kuliah mereka sekarang bahkan dari mereka ada yang sudah kerja atau sudah lulus kuliah, bagi yang mengambil D3. Tak lupa Sandy juga bertemu dengan Agung teman sebangkunya dulu sewaktu kelas tiga. Dan dia masih sama seperti yang Sandy kenal tiga tahun lalu namun dengan janggut yang sudah makin panjang sedikit beserta kumis yang makin terlihat jelas.

Anwar sempat bertemu dengan Farah tetapi mereka hanya saling pandang tanpa arti dan langsung berpaling tak lama kemudian. Itu pertanda bagus bagi Anwar karena itu berarti dia sudah bisa melupakan semua kenangan mereka selama enam tahun. Kalau bagi Farah, entahlah, mungkin sekarang dia bisa mencari cowok yang sesuai kriterianya selama ini.

Ketika hari sudah malam, Sandy, Kevan, Joshua dan Anwar memutuskan kembali ke kamar dimana mereka beruntung sekali mendapatkan jatah satu kamar berempat karena ada teman lain yang mendapat jatah satu kamar berenam.

Karena lelah mereka langsung berbaring di tempat tidur karena besok acara resminya dimulai pukul tujuh pagi diawali dengan acara olahraga bersama, tetapi sebelum tidur Sandy menyempatkan untuk menelepon Natasya, namun tidak diangkatnya. Baru saja ingin meneleponya kembali temannya yang lain langsung menghalaunya.

“Baru aja enggak ketemu beberapa jam udah kangen aja,” kata Anwar.

Sandy langsung menyahut. “Bukan gitu cuma mau ngabarin kalau kita udah sampai dengan selamat jadi orang rumah enggak khawatir.”

“Oh,” balas yang lain. Tetapi ada sedikit perasaan tidak enak menghampiri Sandy, namun sekejap ia lupakan, bukankah ada mamaya dirumah jadi semuanya pasti akan baik-baik saja.

24 Juli 2015

Hari ini, pagi sekali teman seangkatan Sandy berkumpul di taman, acara dimulai dengan olahraga pagi. Seperti halnya kegiatan outbound, kebugaran adalah hal yang utama. Tetapi sebelum Sandy mengajak yang lainnya kelapangan untuk olahraga, ia menceritakan perihal mimpinya mengenai Natasya. Entah mengapa ketika nanti pulang kerumah Natasya sudah tidak tinggal lagi dirumahnya dan Sandy merasa seperti ada sesuatu yang akan terjadi pada dirinya.

Kevan menyuruh Sandy menelepon saat ini juga, namun dihalangi oleh Joshua. ”Enggak usah kata orang kalau mimpi jelek jangan dituruti nanti malah benar kejadiannya.”

“Tapi gimana kalau memang terjadi apa-apa sama Natasya,” tanya Kevan.

Lihat selengkapnya