HOMECOMING

Lucky
Chapter #18

Bab #18

26 Juli 2015

Hari ini entah mengapa Sandy merindukan Natasya, lalu ia baru teringat bahwa pesannya belum dibalas oleh Natasya dari tiga hari yang lalu, Sandy benar-benar lupa akan hal itu karena terlalu sibuk dengan pertemuannya kembali dengan Cindy. Namun karena pagi ini mereka sudah meninggalkan puncak maka waktu siang hari nanti ia pasti sudah bisa bertemu dengan Natasya. Sebelum masuk kedalam bus masing-masing, mereka saling berpelukan dan tidak lupa bertemu Cindy untuk bertukar nomor handphone. Walaupun Sandy belum sempat menyatakan perasaanya pada Cindy tetapi masih banyak waktu-waktu lain yang lebih tepat, lagipula bukankah jarak antara Bandung dengan Depok hanya dipisahkan dua jam saja.

Dalam perjalanan pulang Sandy mencoba menelepon Natasya namun tidak ada jawaban, bahkan setelah menelepon untuk yang ketiga kalinya, tiba-tiba nomornya tidak bisa lagi dihubungi. Lalu ia menghubungi nomor mamanya, tetapi tidak juga diangkatnya. Sandy merasakan ada sesuatu yang tidak beres dirumah.

“Mungkin masih tidur kali jadi handphonenya dimatikan,” kata Kevan mencoba berpikir positif, begitu juga dengan pendapat temannya yang lain. Tetapi tidak mungkin mamanya jam segini masih tidur, mamanya bukan Sandy yang selalu bangun siang. Lalu Sandy berusaha sabar dan berharap agar bisa segera sampai dirumah.

Sesampainya mereka disekolah, tak lama satu persatu dari teman seangkatan Sandy pulang dengan wajah bahagia sekaligus letih, mereka semua saling berpamitan dan tidak lupa berswafoto untuk yang terakhir kalinya. Kemudian Sandy dan sahabatnya akhirnya berpisah juga. Sandy sampai rumah sekitar pukul tiga sore, ketika ia masuk gang rumahnya ada sebuah keanehan, tetangga-tetangga Sandy terlihat berkumpul antara tiga sampai lima orang seperti orang yang sedang bergosip ria. Ketika ia makin mendekati rumahnya dilihatnya dua orang polisi berdiri diteras rumahnya. Spontan Sandy masuk dengan langkah cepat dan mencari mamanya.

Setelah masuk kedalam Sandy bertemu dengan mamanya dengan wajah muram tetapi sepanjang mata memandang ia tidak melihat keberadaan Natasya.

“Natasya menghilang San, pergi dan sudah dua hari tidak pulang, dihubungi juga nomornya tidak aktif,” terlihat wajah cemas mamanya seperti kehilangan anaknya sendiri, dan memang Natasya sudah dianggap sebagai anaknya.

“Pergi atau menghilang ma?” tanya Sandy meminta penjelasan, karena setahu dirinya pergi dan menghilang adalah hal yang berbeda. Menghilang bisa jadi Natasya diculik atau pergi tanpa pamit, sedangkan pergi bisa saja ia pergi kesuatu tempat untuk hanya sekedar jalan-jalan atau menginap bersama temannya, mungkin dia juga ingin seperti Sandy bisa berlibur singkat bersama teman-teman sekolahnya.

Tetapi mamanya menjelaskan kalau Natasya menghilang. Sejak Sandy berangkat ke puncak, pada sore hari ketika mamanya pulang rumah sudah kosong, namun dikamarnya masih tertinggal baju miliknya serta barangnya yang lain, yang tidak ada hanya tas yang biasa dia bawa beserta dompetnya. Sampai malam hari Natasya belum juga pulang, dihubungi juga tidak aktif. Mamanya sudah bertanya dengan tetangganya khususnya depan rumah, mamanya Januar, namun semua bilang tidak melihat Natasya. Akhirnya keesokan harinya setelah 1x24 jam, mama Sandy melaporkan hal ini ke polisi, makanya tidak heran dia melihat satu atau dua polisi dirumahnya.

Awalnya Sandy marah mengapa dia tidak diberi tahu secepatnya, tetapi mamanya beralasan tidak mau merusak acara reuni Sandy dengan teman lamanya. Sandy sangat menyayangkan hal itu, seharusnya jika mamanya menghubunginya mungkin Sandy bisa memberikan masukan dalam pencarian terhadap Natasya.

Ditengah kebingunganya akan hilangnya Natasya, akhirnya Sandy menghubungi sahabat-sahabatnya untuk meminta pertolongan ataupun sekedar saran. Kevan dkk terkejut akan hal itu dan meminta Sandy untuk tetap tenang, karena mereka berjanji besok akan membantu Sandy dalam pencarian Natasya, karena malam sudah begitu larut ketika Sandy memberitahu perihal hilangnya Natasya.

Lihat selengkapnya