Chiko melirik ponselnya yang berkedip, menampilkan pop up LINE dari orang yang sedang sangat tidak ingin dia urusi. Tidak sekarang, saat dia sedang asyik mendengarkan cerita dari Cindy, adik kelas yang menjadi incarannya saat ini. Semakin lama dia mengabaikan LINE yang masuk, ponselnya semakin ramai. Cindy yang sedang asyik bercerita tentang lomba cheerleader yang akan timnya ikuti bulan depan, seketika diam, melempar tatapan bertanya kepada Chiko.
“Bentar, ya. Nyokap.” Chiko melempar senyum tidak enak, seraya meraih ponselnya dan membuka aplikasi chat itu.
Velyanata: ko ....
Velyanata: kodok ....
Velyanata: Chikooo ....
Velyanata: Chikkkkkk ... d mn?
Velyanata: DI MANA, SIH!?
Velyanata: FEDERICO SAPI AYAM KAMBING! KALO GAK BALES JUGA KITA MUSUHAN!!!
Federico: Apaan, sih? Gangguin Gusti aja sana! Gue sibuk.
Velyanata: Gusti lagi sama Sabri katanya. Jemput gue, dong ....
Federico: Gue juga lagi sama Cindy. Udah, ah, nggak usah ganggu. Nanti gue beliin es dungdung. Bye!
Usai balasan terakhir terkirim, Chiko mematikan ponsel dan menyimpan benda itu di dalam ranselnya.
“Mamanya Kakak gaul juga, ya, pake LINE.”
Teguran itu membuat Chiko gelagapan. “Eh ... itu pakai ponselnya adik gue, kok.”
Cindy tidak menanggapi dan memilih menghabiskan makanannya. Suasana menyenangkan yang tadinya terasa, seketika berubah bak tengah mengheningkan cipta. Chiko mengutuk Velya dalam hati. Kalau bertemu nanti, dia akan mencekik leher sahabatnya itu sampai putus. Kebiasaannya mengganggu kesenangan orang benar-benar harus mulai diatasi.
Ini bukan kali pertama cewek itu mengacaukan acara kencannya. Seolah memiliki kekuatan telepati, Velya selalu tahu saat dia atau Gusti sedang bersama cewek lain. Lalu, tiba-tiba saja cewek itu mengacau. Entah hanya lewat sambungan ponsel, entah muncul secara langsung seperti hantu. Benar-benar mengesalkan.
Hingga Chiko mengantarnya pulang, Cindy masih tidak bersuara. Baru saat turun dari motornya, cewek itu mengucapkan terima kasih seraya mengembalikan helm.
“Besok mau dijemput, nggak? Berangkat sekolah bareng?” tawar Chiko, setengah berharap Cindy tidak akan menolak.
“Rumah Kakak sama rumahku, kan, nggak searah sama sekolah. Nanti muter jauh, dong ....”
Tanggapan itu membuat Chiko menahan senyumnya. “Nggak apa-apa. Muter sedikit doang. Mau, ya?”