Hong, Qilin, dan Dua Negeri

Petrus Setiawan
Chapter #6

Hong

Itulah kelebihanku yang dilihat juga oleh si ahli nujum tua di kuil. Seperti sudah kuceritakan, sejak kecil aku sudah sering melihat mahluk-mahluk beraneka rupa di rumahku dan di tempat-tempat lain. Mereka yang membuatku sering sakit, karena mereka kerap menggangguku dalam tidurku, membuatku tak bisa istirahat dengan tenang.

Ada wutougui yang tak punya kepala, yuangui yang lidahnya selalu keluar seperti anjing atau orang yang mengejek, guipo, hantu para pembantu yang tinggal sampai mati di rumah kami dan masih ingin bekerja membantu, bajiaogui, hantu perempuan yang seringkali menggendong anak dan meratap di dekat pohon pisang, dan sebangsanya.

Beberapa dari mereka datang seolah menyampaikan pesan. Saat mereka hadir, tak lama kemudian ada saja kejadian buruk atau yang mati di rumah atau sekitarnya. Beberapa hanya sekadar hadir. Aku tak pernah takut. Mereka tahu aku tak takut. Beberapa dari merekalah yang memberitahuku rahasia-rahasia yang pernah terjadi di rumah besar itu. Meskipun begitu, ada juga mahluk-mahluk yang hanya bisa kurasakan, kudengar, kuhidu baunya, namun tak bisa kulihat bentuknya.

Mahluk-mahluk seperti itu di kemudian hari masih akan mengikuti aku seumur hidupku, dengan berbagai maksudnya. Namun, ada mahluk-mahluk lain yang juga kutahu ada meski tak selalu terlihat. Mereka tak pernah menyerang atau mengancam, malah seperti mendampingi dan melindungi. Aku yakin mereka juga yang melindungi Agong dan aku saat-saat itu. Bukan ilmu golok Agong, apalagi cermin patkwa itu. Jika mereka tidak ada, bukan tak mungkin para mahluk jahat itu sudah mencelakakan kami sejak dulu.

“Jangan takut, Leng,” kata Agong saat napasnya sudah tenang.

“Bahwa kau dan aku diserang, bukan sesuatu yang aneh. Mereka ada sebelum manusia, dan memang selalu membawa celaka sejak manusia ada. Mereka iri pada manusia.”

Nugui dan teman-temannya selalu ada di balik semua peristiwa gelap di rumah ini. Berjaga-jagalah. Kau akan menghadapi macam mereka seumur hidupmu.”

Satu persatu penghuni rumah besar itu memang mengalami celaka yang aneh. Rumah itu memang menyimpan banyak rahasia jahat para leluhur kami. Dan aku selalu tahu sebelum semua celaka itu terjadi. Kenyataan itu membuatku takut.

Lihat selengkapnya