Hong, Qilin, dan Dua Negeri

Petrus Setiawan
Chapter #27

Bencana di Hari Imlek

Namaku Ong Ie Ken. Di sekolah dan di surat-surat resmi, namaku Ken Ongkowijoyo. Saat orang-orang Tionghoa ramai-ramai ganti nama, nama “Ongkowijoyo” dipilih ayahku karena mirip dengan “Ong”, marga kami. Hmm, sebetulnya bukan Papi yang memilih nama itu, tapi petugas di kantor kependudukan yang memilihkan nama itu atas permintaan Papi yang bingung memilih nama “Indonesia” untuk “Ong”.

Tumbuh dalam keluarga yang “berbeda” punya plus dan minusnya. Baiklah, akan kucoba ceritakan padamu cerita-cerita masa aku tumbuh. Sebagian lucu, lainnya sedih. Apa pun, itu semua bagian dari cerita hidupku.

Aku tumbuh dengan barang-barang seperti handuk merek Good Morning, pulpen dan harmonika merek Hero, Cemilan kesukaanku adalah permen susu cap kelinci yang dulunya selalu kubuang bagian tengah bening yang kupikir bungkusnya, tapi ternyata sejenis agar yang lumer di mulut dan menjadi bagian terbaiknya. Aku pun suka menyemil benda pipih berwarna ungu yang disebut sanca, dalam bahasa Inggris disebut haw flakes. Semuanya tentu buatan Republik Rakyat Tiongkok.

Obat-obatan yang selalu ada di rumahku adalah balsem Cap Macan yang sangat disukai Amah, pil sakit perut merek Po Chai yang harus diminum satu tabung, dan memang selalu manjur. Jika masuk angin, Mama selalu membalurku dengan minyak angin cap PPO (Pak Pung Oil), dan segera sesudahnya aku akan bersendawa keras, artinya angin sudah berhasil diusir dari tubuhku. Jika aku jatuh dan terluka, obat yang dibalur ke luka beda lagi. Warnanya coklat, mereknya Tieh Ta Yao Gin. Perihnya minta ampun, namun juga sangat manjur. Entah dari mana para pembuat obat itu mendapat ramuannya.

Makanan ulang tahun kami biasanya bukanlah kue ulang tahun. Yang selalu harus ada adalah mie atau misoa, yang menggambarkan umur panjang yang didoakan oleh orang-orang yang ikut memakannya. Jika di rumah ada telur rebus berwarna merah, itu artinya ada saudara yang merayakan usia sebulan bayinya. Dulu-dulu, saat ilmu kesehatan belum semaju sekarang, dipercaya bulan pertama adalah bulan yang paling berbahaya bagi hidup si bayi. Bisa melewati bulan pertama adalah sesuatu yang harus dirayakan.  

Lihat selengkapnya