Kenyataan yang diterimanya terlalu pahit dan terlalu berat bagi Ken. Selama beberapa waktu, dia berusaha melarikan diri dalam kemabukan dan obat-obatan yang membuatnya lekas tidur dan melupakan semua masalah. Namun saat dia terbangun, ingatannya selalu masih ada dan menghimpit jiwanya. Dalam kesepian dan kesendiriannya, para mahluk jahat dengan mudah datang dan suara-suara si pencelaka masuk ke dalam pikirannya. Tjempaka dan teman-temannya tidak akan pernah menbiarkannya dalam ketenangan.
“Anak haram! Hahahaha!”
“Kau hanya anak haram jadah! Mau mungkir? Itu kenyataannya, goblok!”
“Kau anak iblis! Bukan, kau anak banyak iblis!”
“Ibumu perempuan gila yang diperkosa banyak orang.”
“Sudah, akhiri saja sekarang. Tidak ada masa depan buatmu!”
“Kau tahu kau hanya menjadi bahan bisik-bisik dan tertawaan di belakangmu.”
“Amah-mu sudah mati. Siapa yang membelamu sekarang, anak manja?”
“Bukankah kau paling disayang Amah-mu? Sekarang, saat dia sudah tidak ada. Pergilah menyusulnya! Kau tahu caranya. Lakukan! Sekarang!!”