Kenyataan yang diterimanya terlalu pahit dan terlalu berat bagi Ken. Selama beberapa waktu, dia berusaha melarikan diri dalam kemabukan dan obat-obatan yang membuatnya lekas tidur dan melupakan semua masalah. Namun saat dia terbangun, ingatannya selalu masih ada dan menghimpit jiwanya. Dalam kesepian dan kesendiriannya, para mahluk jahat dengan mudah datang dan suara-suara si pencelaka masuk ke dalam pikirannya. Tjempaka dan teman-temannya tidak akan pernah membiarkannya dalam ketenangan.
Aku telah lama meninggalkan dunia ini, tetapi kematianku tidak menghentikanku untuk menjaga cucuku. Aku menyaksikan semuanya dari dunia yang berbeda, di mana waktu tidak berjalan seperti yang dipahami manusia. Aku melihat Ken semakin hari semakin tenggelam dalam kesedihan, menolak makan, menolak berbicara, dan hanya mengurung diri di kamar dengan gelas-gelas kosong dan pil-pil berserakan di meja belajarnya. Sang Mahakuasa mengabulkan permohonanku untuk mendampinginya di saat terendahnya.
Saat malam tiba, saat seluruh rumah tenggelam dalam kesunyian, aku melihat bayangan-bayangan hitam mulai berdatangan. Mereka berbisik di telinganya, membelai rambutnya dengan tangan-tangan yang tak terlihat oleh mata manusia, menghembuskan racun ke dalam pikirannya.
"Anak haram... anak haram..."
"Tak ada masa depan untukmu. Kenapa kau masih bertahan?"
"Ibunda tercintamu gila, diperkosa, dan kau lahir dari itu semua. Hahahaha!"
“Kau anak iblis! Bukan, kau anak banyak iblis!”
Aku melihat semakin banyak mahluk mengelilinginya, melihatnya dengan tatapan nyalang seperti ingin menelannya hidup-hidup. Beberapa berbisik padanya, “Cepatlah. Amah mu menunggumu. Kau akan segera menemukan kedamaian yang tidak kau dapat selama hidupmu.”
Aku melihat Ken menunduk, menggenggam rambutnya sendiri seolah ingin mencabutnya satu per satu. Tangannya gemetar, matanya merah, air matanya menetes ke atas selembar surat yang sudah lama dipersiapkannya. Aku tahu isi surat itu. Surat perpisahan.
Aku melihatnya menatap lalu menggenggam gelas di meja. Gelas dengan racun serangga yang hanya butuh beberapa teguk untuk merenggut hidupnya. Aku melihat Tjempaka berdiri di sudut ruangan, tersenyum puas. Wajahnya yang cantik tampak menakutkan bagi siapa pun yang bisa melihatnya. Tidak bagiku. Namun aku tahu siapa dia. Aku tahu apa yang telah dia lakukan. Aku tahu apa yang bisa dia lakukan, dan akan segera dilakukannya. Aku tahu dia tidak akan berhenti sampai Ken benar-benar menjadi miliknya, sampai jiwanya hilang dalam genggamannya.
Seorang yang akan mengakhiri hidup akan mendengar suara mahluk-mahluk neraka itu dalam pikirannya, dan aku tahu Ken dalam titik terlemahnya. Aku harus cepat bertindak. Aku mengingat kata-kata kakekku dulu, Orang yang mati bunuh diri akan ditolak langit dan bumi.
Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kumatikan lampu kamar itu dengan satu kedipan mata. Aku bergerak mendekati Ken. Dengan kekuatan yang masih diberikan Sang Maha Kuasa kepadaku, kuhempaskan gelas dalam genggamannya hingga pecah berkeping keping di lantai.
Setelah itu kujatuhkan sebuah potret lama, potretku, yang selalu tergantung di dinding kamar itu. Beberapa detik kemudian, saat lampu kembali kunyalakan, Ken tersadar. Dipandanginya serpihan gelas yang jatuh dan pecah, menumpahkan seluruh isinya. Dipandanginya juga potretku yang jatuh di lantai dengan kaca pigura yang pecah berantakan. Tidak ada paku yang lepas dan tidak ada tali yang putus. Kujatuhkan juga botol minuman yang diandalkannya melupakan persoalan hidup, juga kitab suci yang tidak pernah lagi disentuhnya.
Aku tahu Ken akan mengenali tanda yang kuberikan, bahwa aku hadir di sisinya. Aku tahu dia akan menangis melihatnya, dan aku tahu, air mata yang jatuh itu akan menghapus keinginan untuk mengakhiri hidupnya malam ini.
Kulihat Tjempaka menjerit-jerit. Suaranya seperti kelelawar betina yang disembelih. Para pengikutnya menutup telinga mereka, tak tahan dengan jeritan Tjempaka. Dia menatap ke arah Ken dan aku dengan dendam kesumat yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata manusia. Dia memang bukan manusia. Dan saat ini dia kalap. Kematianku tidak menghentikanku melindungi Ken yang diincarnya sejak dulu.