Tuan Fajar nampak terdiam sejenak. Suasana hening kembali terjadi. Tak ada satu pun orang yang berani berbicara. Tuan Setyawan dan Nyonya Lina juga terdiam begitu saja.
"Aku setuju!" celetuk Nyonya Lina memecah keheningan. "Lebih baik memang bertunangan terlebih dahulu. Jangan langsung menikah. Pernikahan yang dadakan dapat menimbulkan gosip murahan yang bisa saja menyebar. Lebih baik jika putra-putri kita bertunangan terlebih dahulu. Beri keduanya waktu untuk lebih mengenal satu sama lain terlebih dahulu!" ucap Nyonya Lina tegas.
"Pendapatmu benar juga, Ma," sambung Tuan Prasetyo. "Menikah itu bagus tapi di zaman sekarang tak bisa dipungkiri jika pernikahan yang dadakan sering kali memunculkan gosip murahan, " ujar Tuan Fajar.
"Sahabatku," panggil Tuan Prasetyo sambil memegang bahu kanan Tuan Fajar. Tatapan Tuan Prasetyo bertemu langsung dengan pandangan Tuan Fajar. "Aku harap kamu mengerti. Aku memang sudah setuju putriku untuk berjodoh dengan putramu, tapi apa yang dikatakan istriku ada benarnya. Lebih baik pernikahan ini kita rencanakan terlebih dahulu dengan matang."
Tuan Fajar nampak tertunduk kembali. Dia nampak berpikir. Pandangan matanya kembali tertuju pada Tuan Setyawan.
"Baiklah, Saudaraku, jika ini memang keputusan terbaik. Aku akan menerima permintaan Rey," sahut Tuan Fajar.
"Kalau begitu, mari kita segera langsungkan pertunangannya!" ujar Nyonya Lina.
Untunglah para orang tua ini setuju. Tapi, aku beneran bakal tunangan sama Rey, nih. Ah, sudahlah jalani dulu saja. Hal lain pikir belakangan saja, gumam Vely.