Hopefullove

M. T. Cahyani
Chapter #8

Hopefullove's Chapter 8

"Me ... ni ... kah ...." ujar Tuan Hutama lagi. 

"Iya, Ayah. Rey akan menikah tapi setelah Ayah sembuh dan sehat," sahut Tuan Fajar. "Sekarang Rey dan calon istrinya akan bertunangan dulu di hadapan Ayah. Rey sudah menyiapkan cincin untuk calon istrinya jauh-jauh hari. Benar kan Rey?" tanya Tuan Fajar sambil menatap ke arah Rey. 

"Iya!" sahut Rey. Dia mengeluarkan cincin dari saku celananya. "Kakek, ini cincin yang Rey persiapkan khusus untuk pernikahan impian Rey." Rey menunjukkan cincin itu kepada Tuan Fajar. " Rey pasti menikah tapi nanti setelah Kakek sembuh. Pernikahan Rey perlu direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu agar bermakna. Rey ingin menikah di hari kedelapan pada bulan ke delapan. Angka delapan jika diputar sembilan puluh derajat ke arah samping akan membentuk lambang infinity. Rey ingin pernikahan Rey dan Vely bisa abadi dan tak terbatas waktu."

"Ayah," panggil Tuan Fajar lagi. "Aku harap Ayah setuju jika Rey dan Vely bisa bertunangan terlebih dahulu sekarang. Bagaimana? Apakah Ayah setuju?" tanya Tuan Fajar. 

Ayolah Kakek, kumohon setujulah. Aku tak mungkin menikah dengan Rey, gumam Vely. 

Tuan Hutama menatap ke arah Tuan Fajar untuk waktu yang lama. Tatapan itu tajam tapi nampal penuh makna. Tak ada ucapan yang keluar dari mulut Tuan Fajar, hanya sebuah anggukan ringan. 

Syukurlah! Untungnya Kakek setuju. Jika tidak bagaimana nasibku nanti, gumam Rey. 

"Terima kasih, Ayah," ujar Tuan Fajar. 

"Ayo, Rey, segera mulai proses tunangannya," ujar Nyonya Indah. 

Proses tunangan sederhana itu pun segera digelar. Rey dan Vely saling berdiri berhadapan. Tuan Hutama terus menatap ke arah Rey dan Vely. Nyonya Lina berdiri di samping Vely sedangkan Nyonya Indah berdiri di samping Rey. Cincin milik Rey diletakkan di sebuah nampan yang dilapisi taplak warna putih. Nampan itu dipinjam dari dapur rumah sakit. Nyonya Lina nampak tersenyum bahagia saat membawa nampan itu. 

Gila! Biarpun bohongan tapi aku harus beneran ngelamar Vely. Gila! Seumur-umur belum pernah aku nembak cewek. Aku harus ngomong apa, nih? Kok aku dag dig dug, ya, gumam Rey. 

Biarpun bohongan tetap aja aku harus dilamar sama Rey. Duh, aku jadi ngerasa canggung, nih. Yang ada di posisi itu kan seharusnya Brian, gumam.Vely sambil menghela napas. 

Tenang, Rey. Tenang. Anggap Si Vely itu Monalilysa, karakter ciptaanmu. Tipe cewek yang kamu idamkan, gumam Rey. Rey menatap ke arah Vely. Dia menghela napas panjang. 

"Monalilysa," ucap Rey. Dia langsung membekap mulutnya. 

Duh, kok bisa salah ngomong sih! Gawat! gumam Rey. 

"Hah?!" terdengar celetuk keterkejutan dari para orang tua yang berada di ruangan itu. 

Lihat selengkapnya