Hopefullove

M. T. Cahyani
Chapter #11

Hopefullove's Chapter 11

"Materi kuliah hari ini sampai di sini," terdengar suara dosen mengakhiri sesi kuliah hari itu. Kalimat itu seperti alarm tanda pulang bagi para mahasiswa di kelas itu. Para mahasiswa yang sudah lesu seolah energinya terisi kembali. "Apakah ada yang ingin ditanyakan?" tanya dosen itu lagi. Seluruh kelas yang berisi sekitar 30 mahasiswa itu kompak diam. 

Kayaknya kalau siang kayak gini nggak bakal ada yang tanya deh, gumam Vely. Dia tanpa sadar menatap ke arah jari tangannya. Nampak cincin pertunangannya dengan Rey yang terpasang di jari tangannya. Aku nggak sadar kalau cincin ini masih kupake sejak tadi malam. Rasanya kayak mimpi aja, aku udah tunangan sama cowok. Oh ya, nanti pulang kuliah aku kan ada janji mau ketemuan sama Rey. Pokoknya rencana itu harus berhasil, gumam Vely. Dia mulai memgemasi binder dan alat tulisnya ke dalam totebag

"Baiklah, saya akhiri kuliah hari ini," ujar dosen itu sambil memasukkan laptopnya ke dalam tas. 

"Gaes, jangan pulang dulu!" terdengar suara Rino, Si Ketua Kelas. Dia sudah maju ke depan kelas, beberapa saat setelah dosen meninggalkan ruangan itu. "Bentar lagi ada HUT Fakultas Ekonomi, nih. Nah, tiap angkatan dari masing-masing prodi wajib menampilkan pertunjukan kesenian buat ngisi malam puncak peringatan. Gue di sini mau dengerin pendapat kalian, sebaiknya angkatan kita nampilin apa? Nah, karena angkatan kita ada dua kelas, gue dimintain tolong sama ketua kelas B buat voting usulan dari kelas ini. Ehm, kalau kelas B sih usul biar angkatan kita nampilin bakat paling bersinar di angkatan kita ...." ujar Rino panjang lebar. 

Apaan sih ini. Pembahasan nggak jelas. Bahas kayak ginian kan bisa di grup aja, gumam Vely. Dia tak antusias mengikuti pembahasan itu. Matanya sibuk menatap ke arah layar smartphone-nya yang tergeletak di meja. 

"Kelas sebelah usul buat nampilin Vely sebagai perwakilan!" celetuk Rino dengan suara meninggi. 

"Apa aku?!" teriak Vely. 

Kok, aku sih yang jadi sasarannya. Wah, parah, nih, gumam Vely. 

"Kenapa aku? Kan bakat di angkatan kita banyak ...." Vely mencoba menyanggah. 

Lihat selengkapnya