Hopefullove

M. T. Cahyani
Chapter #13

Hopefullove's Chapter 13

"Lagunya bagus, ya. Jika orang yang nggak paham pasti ngira suara manusia bukan suara mesin," ujar Vely. Dia berusaha mencairkan suasana. 

"Iya, teknologi semakin maju. Generasi kita hidup di masa dimana teknologi perkembang sangat pesat. Penyanyi pun sekarang ada yang virtual yang suaranya bisa dibuat dengan mesin khusus. Mungkin dimasa depan kelak akan ada penemuan-penemuan yang hari ini dianggap mustahil," balas Rey. 

"Kau benar, mungkin di masa depan orang-orang tidak lagi memgendarai mobil. Mungkin saja bisa terbang dengan alat seperti di film-film science fiction. Zaman yang penuh teknologi merupakan kesempatan bagi yang bisa melihat peluang tapi bisa juga menjadi ancaman bagi yang berpikiran sempit," ujar Vely. 

"Bagaimana kau bisa berpendapat seperti itu?" tanya Rey. Dia mulai menekan gas kembali. Mobil itu kembali melaju. 

"Di masa ini banyak pekerjaan manusia yang hisa digantikan dengan mesin. Contoh mudahnya saja di pabrik, pasti sudah banyak mesin yang memggantikan tenaga kerja manusia. Tapi, di sisi lain ini merupakan era dimana industri kreatif berkembang. Ada banyak pekerjaan yang peluangnya terbuka lebar seperti vlogger, blogger, komikus, yutupber, analis di bidang teknologi komunikasi, social media marketing, social media admin, content kreator, dan masih banyak lagi. Itu bisa jadi ladang rejeki di masa kini. Yah, tapi kadang pandangan orang yang pikirannya belum terbuka memgganggap peluang di industri kreatif hanya sesuatu yang kurang menjanjikan," jawab Vely. 

"Ya, itu benar. Para generasi yang lebih tua daripada kita pasti mengganggap pekerjaan di bidang itu belum menjanjikan. Mereka mayoritas pasti ingin anaknya bekerja di kantor atau di instansi pemerintahan. Padahal peluang kerja di bidang itu jumlahnya terbatas. Apalagi jika anak muda seperti kita ingin membuka start up atau usaha baru yang memiliki inovasi, pasti di bilang aneh oleh orang lain, terutama generasi yang lebih tua di bandingkan generasi kita," sahut Rey. 

"Padahal jika punya channel Yutup yang banyak subscriber dan banyak ditonton, pendapatan dari iklannya katanya lumayan besar. Sayang, orang tuaku pikirannya belum terbuka terhadap hal itu," keluh Vely. 

"Kamu punya akun Yutup?" sela Rey. 

"Punya dong! Ini!" Vely menunjukkan akun Yutup yang dia punya kepada Rey. "Ini akun Yutup-ku sama Brian. Isinya dance cover berpasangan gitu. Lumayan lah, subscriber-nya mau 100.000. Aku berharap bisa segera dapat silver play button, nih!" ujar Vely. Matanya nampak berbinar-binar. 

"Aku doain semoga bisa segera. Eh, kamu punya berapa akun Yutup?" tanya Rey sambil menatap ke arah Vely. 

"Ada dua, sih. Satu yang ini, satu lagi punyaku sendiri," sahut Vely. Dia menunjukkan akun Yutup miliknya pribadi. 

"Wah, subscriber-nya udah lumayan banyak, tuh. Nanti bisa promosiin karya kita lewat akunmu!" celetuk Rey. 

"Ide bagus! Ide bagus! Bisa jadi next project buat kontenku!" balas Vely dengan semangat. 

Baru kali ini, aku bertemu cewek yang bisa sefrekuensi waktu kuajak ngobrol, gumam Rey. 

Rey, ternyata di luar dugaanku. Dia itu pikirannya terbuka ternyata. Padahal tampangnya kayak orang yang nggak open minded, gumam Vely. 

Lihat selengkapnya