Hari sudah berganti tapi tetap aja aku kepikran peristiwa kemarin. Untung aja aku nggak sekelas sama Si Rey. Aku masih canggung ketemu sama dia. Apalagi kalo inget peristiwa wajah nempel itu, gumam Vely. Dia memandangi catatan yang selesai dia buat di bindernya.
"Kuliah hari ini kita akhiri sampai di sini," terdengar suara dosen mengakhiri perkuliahan hari itu.
"Akhirnya kuliah selesai juga," ucap Vely. Dia segera memasukkan binder dan alat tulisnya ke dalam totebag-nya. Vely segera bergegas keluar dari ruang kuliah itu.
"Vel!" panggil seseorang. Bahu Vely ditepuk dari arah belakang. Vely segera menoleh ke arah sumber suara itu.
"Eh, Rino. Ada apa?" tanya Vely sambil menghentikan langkah kakinya.
"Ini soal lomba kesenian buat acara HUT fakultas yang waktu itu. Gimana kamu udah ada persiapan? Butuh nyewa atau buat properti nggak? Kalo perlu bilang aja ke aku. Nanti duitnya diganti pake dana iuran angkatan. Asal ya ada notanya, hehehe." Rino tertawa.
Duh, iya. Aku lupa belum bikin persiapan buat lomba itu, gumam Vely.
"Eh, iya. Tenang aja, aku udah siap-siap kok," sahut Vely.
"Semangat, ya. Ingat lombanya bentar lagi. Semangat latihannya! Kalo butuh apa-apa kabari aku, ya." Rino beranjak pergi.
"Oke!" sahut Vely. Dia berjalan keluar dari gedung kuliah itu. "Siapa ya yang bisa jadi partner dance cover-ku. Kalo tampil sendiri bisa aja, tapi aku lebih pede kalo ada temennya. Canggung aja gitu kalo tampil sendiri. Oh, iya!" Vely teringat sesuatu. "Kan ada Rey. Bisalah dia kubujuk biar nemenin aku tampil di lomba itu. Eh, tapi hari ini ketemuan dimana, ya?"
Vely segera membuka smartphone-nya. Ada pesan dari nomor yang tidak dikenal. Pesan itu berbunyi : Kutunggu di parkiran kampus fakultas. Ini nomerku, Rey. Sebuah pesan yang singkat dan padat tanpa disertai bumbu berupa emoticon atau sticker. Vely segera melangkah menuju ke parkiran fakultas. Nampak Rey duduk di kursi taman dekat parkiran itu.
"Ayok, cus ke rumahmu!" ujar Vely.
"Ehm," sahut Rey singkat. Keduanya segera naik ke dalam mobil jeep milik Rey. Mobil jeep itu segera melaju keluar dari dalam parkiran fakultas itu.
"Jadi, Rey, hari ini kita mau ngapain?" tanya Vely.
"Editing video sama bikin komik. Kamu bakal aku ajari cara bikin komik!" Rey menatap ke arah Vely.
"Hah? Aku?" Vely tertegun.
"Iya, kamu! Tenang, kamu nggak bakal kusuruh gambar kok. Aku kasih part yang mudah."
"Kasih part yang susah juga nggak papa, Rey!" ujar Vely.
"Hah? Kamu pengen belajar gambar komik?" tanya Rey. Dia terkejut dengan ucapan Vely.
"Iya. Ini kan era revolusi industri 4.0. Industri kreatif sedang berkembang pesat. Kemampuan desain digital cukup dibutuhkan. Kan lumayan kalo aku bisa gambar pakai pentab, hehehe."
"Oke, nanti aku ajari." Rey kembali fokus menyetir. Setelah lama berjalan sampailah mobil itu di rumah Rey. Rey dan Vely segera turun dari mobi.
"Aku pulang, Ma," ucap Rey sambil mencium tangan Nyonya Indah.
"Eh, Vely. Duh, aku senang kalo kamu sering-sering main kemari. Oh, iya, mumpung kamu di sini. Ayo ketemu sama Kakek," ajak Nyonya Indah.
"Kakek? Kakek udah pulang hari ini, Ma?" tanya Rey. Nyonya Indah menggangguk. "Kok, Mama nggak bilang sih kalo Kakek pulang dari rumah sakit. Kan aku nggak tahu jadinya. Kalo tahu kan aku juga bisa ikutan jemput, Ma," protes Rey.
"Kakek pulangnya waktu kamu masih ada jadwal kuliah. Masih ada Mama yang bisa ngurus. Udah, ayo masuk. Kakekmu ingin ketemu sama kamu dan Vely, Rey. Dia tadi nanyain kok kalian nggak ikut jemput gitu. Aku bilang aja Rey sama Vely belum pulang masih ada jadwal kuliah sampe sore," ujar Nyonya Indah sambil melangkah masuk ke dalam rumah. "Nah, ini kamar Kakek." Nyonya Indah membuka suatu pintu kamar di lantai satu.
Nampak kamar berwarna biru muda. Furnitur kamar itu didominasi warna coklat tua. Seorang pria lanjut usia nampak sedang duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Pria itu nampak sedang menikmati tayangan dari televisi layar datar yang ada di kamar itu.