"VELY!" teriak semua teman-teman Vely. "Kamu kenapa?" tanya mereka hampir bersamaan.
"Aku ... aku ... di ... putusin ... pacarku ...." sahut Vely dengan terbata-bata. Dia menangis sambil memeluk lulutnya.
"Astaga!" ujar Rey. Dia segera berjongkok di dekat Vely.
Apa yang harus kulakukan? Aku belum pernah menghadapi cewek yamg baru putus cinta, nih. Apa aku antar pulang saja, ya, gumam Rey.
"Yang kuat, Vel," celetuk Rita, teman sekelas Vely.
"Iya, Vel. Yang kuat, kamu cewek cantik dan baik. Kamu pantas dapat yang lebih baik," hibur Nana, teman sekelas Vely.
"Brian jahat!" sahut Vely sambil menangis tersedu-sedu. Cukup lama Vely menangis. Untung saja sesi foto itu dilakukan di luar ruangan auditorium sehingga tak terlalu memancing perhatian.
Brian, kamu jahat. Jahat! Kenapa kamu melakukan ini? Aku salah apa? Aku pengen pulang sekarang, gumam Vely sambil menghapus air matanya.
"Sudah, jangan nangis, Vel. Dia memang bukan jodohmu. Mungkin ini pilihan yang terbaik," hibur Rita.
"Iya, Vel. Jangan menangis lagi. Ini hapus dulu air matamu pake tisu!" Nana menyerahkan tisu kepada Vely. Tangan Vely meraih beberapa lembar tisu lalu mengusap air mata di wajahnya. Kedua matanya nampak sembab.