KITA PUTUS! JANGAN HUBUNGI AKU LAGI!
Vely terus memandangi chat itu. Enam kata yang membuat hatinya sakit. Hati Vely luluh lantak, hancur berkeping-keping akibat kiriman gambar yang ada di bawah pesan chat itu. Nampak gambar seorang wanita sedang dirangkul erat oleh seorang pria. Keduanya berfoto dengan gaya yang cenderung romantis.
AKU SUDAH PUNYA PENGGANTIMU!
Tiga kata yang membuat hati Vely bertambah murka dan sedih. Seolah hal itu tak cukup. Brian juga memblokir kontak Vely sehingga tak bisa mengirimkan pesan chat lagi.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapa dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi!" suara dari operator itu terdengar kembali. Entah kali keberapa Vely menghubungj nomor itu.
Brian, kenapa kamu jahat sekali. Aku salah apa, Yan? Salahku apa? Apa kamu cemburu aku upload video dance cover sama Rey? Tapi, aku kan sudah jelasin lewat chat. Kamu juga kenapa nggak bisa dihubungi? gumam Vely. Dia merebahkan kembali tubuhnya ke atas tempat tidur. Sudah seminggu aku tak masuk kuliah. Untung saja, Mama dan Papa sedang ada di luar kota untuk menghadiri acara keluarga. Tak akan ada yang menanyakan kenapa aku tak masuk kuliah. Brian sudah memblokir seluruh aksesku terhadap media sosialnya. Aku tak tahu apa alasannya. Seluruh media sosialnya juga sudah dinonaktifkan. Dia seperti berusaha menghilang dari Bumi. Brian, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu melakukan ini padaku? Salahku apa? Apa aku tak ada artinya sama sekali untukmu? Dua tahun hubungan kita, kau anggap apa? gumam Vely. Dia menatap ke arah kardus yang teronggok di dekat kaki tempat tidur. Nampak sebuah kardus yang ukurannya cukup besar. Di dalam kardus itu nampak foto-foto polaroid, boneka, serta berbagai barang lainnya. Vely menatap ke arah kardus itu.
Brian, jika memang ini yang kau inginkan, baiklah! Jangan salahkan aku jika kau benar-benar kuhapus dari duniaku. Sudah seminggu aku berusaha meminta kejelasan darimu, tapi kau justru menghilang begitu saja. Baiklah, tak masalah. Hidupku perlu kulanjutkan, aku tak bisa terus terpuruk seperti ini, gumam Vely.
Vely segera mengangkat kardus besar itu. Dia membawa kardus itu keluar dari dalam kamarnya. Kaki Vely berusaha secepat mungkin menuruni tangga. Vely mengarahkan kakinya ke arah dapur untuk mengambil sesuatu. Kakinya kembali lagi ia arahkan menuju halaman belakang rumah. Nampak sebuah bak berbentuk lingkaran sempurna. Bak itu terbuat dari adonan semen. Sisa-sisa abu pembakaran nampak di bak itu. Bak itu adalah tempat yang biasa digunakan untuk membakar sampah. Vely menumpahkan seluruh isi kardus itu ke dalam bak sampah itu. Jerigen berisi minyak tanah segera dia tuangkan ke dalam bak itu. Percikkan api dari korek gas meluncur ke dalam bak itu. Dalam sekejap bak itu dikuasai oleh si jago merah.
"Selamat tinggal, Brian! Aku benci kamu! Kau sudah kuhapus dari hidupku selamanya!" ucap Vely. Dia segera mengambil smartphone-nya. Kontak Brian dihapus Vely dari seluruh aplikasi chat dan seluruh akun media sosialnya. Vely mengarahkan kamera belakangnya ke arah kobaran api itu. Nampak hasil foto berupa kobaran api yang besar. Foto itu diunggah Vely ke media sosial miliknya. Pada caption dia menulis pesan berbunyi 'Saatnya move on! Lupakan masa lalu! Hidup harus diteruskan!'
"Nona!" terdengar suara dari arah belakang. Seorang wanita menghampiri Vely. "Non, ngapain di sini? Ya ampun, Non. Nona, bakar apa? Duh, kalo sampah biar nanti saya aja yang bakar, Nona," ujar Bi Nani, asisten rumah tangga di keluarga Vely.
"Nggak papa, Bi. Aku cuma bakar sampah nggak penting!" sahut Vely.
"Oh, ya, Non. Itu ada tunangan Nona," celetuk Bi Nani.
"Tunanganku? Maksudnya Rey?" Vely menatap tajam ke arah Bi Nani.
"Iya, Non," sahut Bi Nani sambil memggangguk.
"Ya udah, Bi. Nanti tolong bawain minum sama cemilan ke ruang tamu."
"Baik, Non," sahut Bi Nani.
Rey ngapain, ya, kemari? Udah semingguan ini dia nggak nyariin aku. Ehm, aku juga belum ngabarin dia tentang kondisiku. Duh, kok aku egois, sih. Aku dan Rey kan masih punya proyek bareng. Aku seharusnya izin dulu ke Rey. Wah, aku harus minta maaf, nih, gumam Vely. Dia segera melangkah menuju ke ruang tamu. Nampak seseorang sudah duduk di kursi ruang tamu itu.
"Silahkan, Den, diminum dulu," ucap Bi Nani. Dia menghidangkan gelas berisi jus jeruk ke hadapan Rey. Rey hanya menanggapinya dengan menggangguk.
"Rey!" panggil Vely. Rey menoleh ke arah Vely. Vely mendekat dan duduk di sofa yang ada di dekat Rey.
Kok, Rey keliatan beda, ya? Beda aja gitu gaya rambutnya. Dia juga nggak pake kacamata, tapi kayaknya pake softlens. Bau parfumnya juga wangi banget. Dia sengaja tampil beda, ya, gumam Vely. Mata Vely mengamati Rey dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rey nampak canggung saat Vely menatapnya.
Penampilanku keliatan aneh, ya. Kok, Vely natapnya gitu amat. Ah, Rey, jangan overthinking. Kamu itu cowok. Cowok itu harus gede nyalinya, gumam Rey.
"Ehm ... gimana kabarmu, Vel?" tanya Rey. Dia berusaha memulai pembicaraan.
"Baik, Rey. Makasih waktu itu udah nganterin aku pulang. Ehm, maaf udah egois semingguan ini. Aku nggak ngabarin kamu. Padahal kan kita baru punya proyek bareng. Maaf, Rey. Pikiranku baru kacau semingguan ini."
"Nggak papa, aku ngerti kok. Oh, ya, uang hadiah dari lomba fan art dan juga lomba nge-dance kemarin udah cair, nih!" Rey mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya. Nampak beberapa lembar uang warna merah. "Ini baru yang yang dari hadiah lomba nge-dance. Yang dari lomba fan art masih di rekeningku."
"Wah, hadiahnya lumayan juga!" Vely menatap ke arah uang itu. "Kamu simpan dulu aja Rey. Buat benerin kameramu aja. Nanti pembagiannya gampang."
"Oke," sahut Rey."Oh ya, Vel, kamu ... ehm, ada waktu nggak? Ehm, aku tahu kamu baru sedih, tapi ... ehm ... keluargaku nanyain kamu terus. Apalagi Kakek, dia nggak bisa berhenti buat maksa aku biar ehm ... ngajak kamu keluar bareng. Apalagi katanya mama dan papamu baru di luar kota. Mereka minta aku buat sering-sering nengokin kamu. Aku tahu kamu baru sedih, tapi ...ehm bisa nggak kita keluar sebentar aja? Kakek dan mamaku terus maksa aku buat ngajak kamu keluar dan nengokin kamu. Nanti kita keluar buat makan terus balik nggak papa kok. Yang penting ada bukti foto yang bisa kukirim ke Mama, biar dia percaya kalo aku beneran udah ngajak kamu keluar dan nengokin kamu."
Semoga ini berhasil. Aku harus bisa ngajak Vely pergi, gumam Rey.