Terima kasih sudah hadir dalam hidupku. Terima kasih sudah menghibur hari-hariku. Meski raga kita telah terpisah, tapi cintaku abadi untukmu. Cintaku takkan pernah kering meski musim berganti. Maaf sudah membohongimu. Aku hanya tak ingin melihat kau menangis untukku. Air matamu adalah lara untuk diriku. Jika kau merindukanku, katakanlah pada angin yang berhembus di sampingmu. Aku pasti menerima senandung rindu itu. Vely, kuharap kau bisa memiliki seseorang yang bisa menemani dan melindungimu hingga akhir hayatmu. Carilah pria yang seperti itu. Jangan sia-siakan hidupmu, aku takkan tenang jika kau larut dalam sendu. Vely, sayangku, selamat tinggal. Sekali lagi maafkan aku. Kuharap kita bisa bertemu di surga kelak.
Vely membaca pesan itu lagi. Pesan di secarik kertas yang sudah dibungkus dengan laminating oleh Vely. Goresan tulisan tangan pada pesan itu nampak bergetar. Meski terkesan goresan yang tak sempurna di mata tapi pesannya penuh makna.
Brian, sudah seminggu sejak kau pergi. Aku pasti akan selalu mengirim doa untukmu. Kita hanyalah manusia yang harus menjalani garis takdir. Aku janji, Yan, takkan larut dalam duka. Aku akan bahagia dan menemukan pria yang baik untuk mendampingiku. Kau jangan khawatir, Yan. Kau akan selalu punya tempat khusus di dalam hatiku, gumam Vely. Dia menyimpan kertas itu ke dalam bagian tengah buku diary miliknya. Buku itu disimpan kembali ke dalam lemari.
Vely segera menyiapkan kamera dan juga tripod. Tak lupa ring light juga dia siapkan. Vely sudah berdandan dengan pakaian serba hitam. Dia melihat dirinya di cermin sekali lagi.
Sudah saatnya mengakhiri kisah ini sampe di sini, gumam Vely. Dia meletakkan cermin itu ke atas meja riasnya. Dirinya duduk di depan kamera yang sudah menyala. Vely menarik napas panjang.
"Hey, VB's Friends. Aku Vely. Mungkin ini akan menjadi video terakhir yang di-upload di channel ini. Aku menyampaikan terima kasih kepada kalian yang sudah setia mendukung channel ini. Terima iasih sudah setia menyaksikan video, memberi like dan komen. Maaf, aku mewakili diriku dan Brian, kami ingin pamit. Ini bukan settingan, ya, Brian sudah meninggal. Dia meninggal seminggu yang lalu karena terkena kanker ...." Vely berusaha menahan air matanya. "Dia tak pergi ke luar negeri untuk student exchange tapi untuk berobat. Dia sengaja menyembunyikan ini dariku. Aku mewakili Brian, memohon maaf apabila Brian ada kesalahan atau perilaku yang kurang berkenan. Aku mohon teman-teman turut mendoakan Brian. Hanya itu yang bisa kusampaikan. Sekali lagi, terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Ehm, jika masih ada yang menyaksikan channel ini, aku memutuskan untuk menyumbangkan hasil pendapatan dari adsense untuk amal. Setiap bulan aku akan membuat laporannya di description box video ini. Aku mohon doanya untuk Brian. Sekali lagi terima kasih kuucapkan kepada kalian, VB's Friends ...." Vely mengakhiri sesi perekaman video itu. Dia tak sanggup lagi menahan air matanya. Dia menghentikan perekaman video itu.
Sudah, Vel. Kamu harus kuat! Jangan menangis lagi! Ingat, Brian nggak suka kalo kamu sedih. Kamu harus melanjutkan hidupmu, gumam Vely. Dia menghapus air matanya. Vely mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana pendek. Setelah mencuci muka, Vely turun menuju dapur.
Hari ini ulang tahun Rey. Aku ingin membuat kejutan untuknya. Sekaligus memberikan jawaban untuknya, gumam Vely. Dia segera memakai celemek. Berbagai bahan masakan dia keluarkan dari dalam kulkas. Vely memulai kegiatan memasak.
"Vely," terdengar suara dari arah belakang. "Kamu ngapain pagi-pagi udah masak? Ini masih jam setengah lima pagi. Kamu lapar, ya? Tumben."
"Ma, hari ini ulang tahunnya Rey. Aku pengen bikin bento buat dia," sahut Vely.
"Bento? Masakan apa itu?" tanya Nyonya Lina.
"Bento itu bekal makanan, Ma. Rey dan aku itu sefrekuensi. Kita suka hal-hal berbau Jepang. Udah, ah, nanti masakanku gosong lagi!" Vely kembali fokus memasak.
"Sepertinya ada yang sudah move on dan baru kasmaran, nih!" celetuk Nyonya Lina. Kalimat itu membuat pipi Vely memerah.
"Apaan sih, Ma. Rey kan tunanganku. Wajar aja kan kalo aku ngasih hadiah ke dia."
"Ya sudah, jangan lupa masak buat mama dan papa, ya!" celetuk Nyonya Lina.
"Iya, iya," sahut Vely.
Setelah cukup lama berkutat di dapur, akhirnya bento kreasi Vely jadi. Vely menata bento itu dengan hati-hati ke dalam wadah plastik berbentuk kotak. Tak lupa dia memasukkan sumpit ke dalam tas yang digunakan untuk membawa bento itu.
"Ma, Pa, sarapan sudah siap!" Vely menghidangkan sarapan di atas meja. Nyonya Lina dan Tuan Setyawan segera menuju ke dapur. Keluarga kecil itu pun sarapan dengan bahagia.
"Aku pergi ke rumah Rey dulu, ya, Pa, Ma." Vely mencium tangan kedua orang tuanya.
"Ini pagi banget, Sayang. Apa nggak nanti aja? Agak siangan."
"Aku mau kasih kejutan buat Rey, Pa. Sekalian mau bantu-bantu juga. Kan nanti sore pesta ulang tahunnya Rey."
"Ya, sudah, sana pergi. Biar cepet kamu diantar Pak Dody aja!" Nyonya Lina menyerahkan kunci mobil kepada Vely.
"Oke, Ma. Aku berangkat dulu!" Vely segera naik ke mobil yang sudah terparkir di halaman depan rumah. Mobil itu melaju kencang di jalanan yang masih sepi. Dalam waktu singkat mobil itu tiba di tempat tujuan.
"Eh, Vely. Ya ampun, Nak. Kamu datang pagi banget. Ayo, sini masuk!" sambut Nyonya Indah.