Hormat, Bapak Abdi Negara!

Nurhidayah
Chapter #1

Chapter 1 KKN

Sudah beberapa kali Inti menghela napas secara kasar dan terkesan tidak tenang, membuat Hidayah yang berdiri di sampingnya hanya mampu mengerutkan dahi dengan bingung saat melihat kelakuan sahabatnya ini. Mereka tengah berada di toko buku, lebih tepatnya di lantai tiga, tempat khusus semua novel terpajang. Karena hari ini tidak ada kelas alias free, sehingga keduanya memutuskan untuk pergi ke sana.

"Lo kenapa sih, Ti? Perasaan dari tadi tarik-buang napas terus? Asma lo?" tanya Hidayah yang jengah dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Astaghfirullah, jahat banget lo doain gue punya penyakit bengek."

Hidayah memutar bola matanya. "Lagian lo sih, gelisah amat dari kemarin-kemarin. Ada apa?"

Hidayah kesal karena tingkah aneh sahabatnya ini. Sedari tadi Inti hanya diam, tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Gadis itu hanya terus menghela napas, tanpa menghiraukan dia yang mengajak berbincang.

"Gue tuh lagi mikir ...." Belum sempat Inti menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Hidayah langsung menyela.

"Sok punya otak lo, sampe bilang gue tuh lagi mikir," sela Hidayah dengan nada mengejek yang langsung mendapat jitakan kepala dari Inti.

Inti mulai kesal. "Terus, terus aja hina gue, Day. Mumpung gratis, mumpung masih mode aman."

Hidayah tertawa pelan saat melihat wajah Inti yang memang sangat lucu saat sedang kesal. Bibirnya yang mengerucut dengan pipi menggelembung, menjadi objek utama Hidayah dalam menampilkan tawa.

"Sorry, sorry. Abisnya lo kenapa sih? Gue perhatiin kayak banyak beban aja," ujar Hidayah seraya bertanya.

Inti berdecak sebal. "Ck, lo merasa ada yang janggal nggak sih?" Hidayah menggelengkan kepala. "Ish, gue tuh lagi mikir, Day. Kok kita berdua nggak bisa milih tempat KKN ya? Sedangkan yang lain itu bisa, kok kita nggak?"

"Mana gue tahu, kan gue mah ikan."

"Ngomong sama lo mah berasa ngomong sama gayung, nggak ada faedahnya."

Hidayah tertawa pelan. "Cie, ngambek."

Inti menatap kesal ke arah Hidayah. Rasanya ingin sekali memukul gadis di hadapannya ini. Entah kenapa dia menjadi gemas sendiri. Inti memalingkan wajahnya, enggan menatap Hidayah.

"Malah beneran ngambek," gumam Hidayah sambil mengedikkan bahunya dengan tak acuh.

Bukannya membujuk Inti agar tidak marah, Hidayah malah pergi ke rak novel paling ujung yang ada di lantai tersebut. Inti yang melihat itu langsung mengentakkan kakinya.

"Emang dasar lemot mah susah. Gue lagi ngambek bukannya dibujuk, malah ditinggal. Nasib punya sahabat kurang seliter ya begini," gerutu Inti seraya melangkah ke arah Hidayah yang sedang melihat sambil membaca bagian-bagian belakang novel.

"Lo ngapain sih beli novel terus? Padahal di rumah punya banyak novel, ditambah novel karya lo sendiri."

Hidayah menatap sekilas ke arah Inti, lalu menjawab, "Entah kenapa, kalau lihat novel, gue berasa ngelihat cogan. Bawaannya pengen bawa pulang terus."

Lihat selengkapnya