Pagi itu, suasana di Panti Asuhan Pelita Kasih terasa berbeda dari biasanya. Biasanya, suara riuh anak-anak yang berlarian memenuhi halaman sudah terdengar sejak matahari mulai terbit, namun hari ini segalanya lebih tenang. Ada semacam keheningan yang melingkupi setiap sudut panti, seolah semua orang tahu bahwa hari ini bukan hari biasa.
Randy dan Irfan sudah bangun lebih awal dari biasanya. Mereka berdiri di depan jendela kamar mereka, memandangi langit yang mulai cerah. Di luar, beberapa anak lain juga terlihat beraktivitas, meski tak seceria biasanya. Seperti ada sesuatu yang menggantung di udara—perasaan yang mereka tidak bisa abaikan.
Irfan duduk di tepi tempat tidurnya, wajahnya murung. "Kak, kita beneran bakal pergi hari ini?"
Randy, yang berdiri di dekat jendela, menoleh ke adiknya. Meskipun ia sendiri merasakan kekhawatiran yang sama, ia tahu dia harus tetap tenang, setidaknya demi Irfan. "Iya, Fan. Sepertinya ini saatnya."
Irfan menunduk, memainkan ujung selimut dengan jarinya. Dia tidak yakin bagaimana perasaannya tentang semua ini. Di satu sisi, ada harapan bahwa hidup mereka akan berubah lebih baik, tapi di sisi lain, ada ketakutan meninggalkan tempat yang sudah menjadi rumah selama bertahun-tahun.
Langkah-langkah kaki terdengar mendekat ke kamar mereka. Pintu kemudian diketuk, dan saat terbuka, tampak Bu Ratna berdiri di sana dengan senyum lembutnya. Di belakangnya, terlihat beberapa pengasuh lain, termasuk Pak Haris yang berdiri dengan ekspresi yang sulit ditebak.
"Anak-anak, sudah siap?" tanya Bu Ratna dengan suara lembut. Dia masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Pak Haris dan pengasuh lainnya.
Irfan mengangguk pelan, meskipun hatinya masih penuh keraguan. "Aku... masih bingung, Bu. Kita beneran harus pergi?"
Bu Ratna mengangguk dengan sabar, lalu duduk di samping Irfan. "Iya, Fan. Hari ini waktunya. Keluarga baru kalian sudah menunggu di luar. Mereka ingin bertemu kalian dan membawa kalian ke rumah baru."
Randy menatap Bu Ratna dengan penuh haru, mencoba menahan emosi yang tiba-tiba menyeruak di dadanya. "Kita nggak akan bisa sering-sering ke sini lagi, kan?"
Pak Haris, yang berdiri di dekat pintu, akhirnya berbicara. "Kalian bisa kembali kapan pun kalian mau. Kami di sini akan selalu menunggu kalian. Tapi kalian tahu, ini kesempatan besar untuk kalian memulai hidup baru. Keluarga baru ini sangat menyayangi kalian."
Kata-kata Pak Haris membuat segalanya terasa lebih nyata bagi Randy dan Irfan. Ini bukan sekadar perpisahan sementara—ini adalah awal dari kehidupan yang benar-benar baru. Meski Pak Haris berusaha meyakinkan mereka, ada rasa berat yang tidak bisa diabaikan oleh kedua anak itu.