Horor family

angkaribut
Chapter #5

5. Pertanda aneh di rumah baru


Langit mulai berubah warna menjadi jingga keemasan ketika mobil hitam yang membawa Randy dan Irfan melaju perlahan melewati jalanan sempit menuju rumah baru mereka. Suasana magrib yang tenang dan sunyi membuat perjalanan terasa semakin aneh dan sedikit menakutkan bagi Irfan. Dia menatap ke luar jendela mobil, melihat bayangan pepohonan yang menjulang tinggi di sepanjang jalan, seolah menyembunyikan sesuatu di balik kegelapan yang mulai merambat.


Randy duduk di sampingnya, mencoba membaca buku yang diberikan oleh Bu Lina sebelum mereka berangkat, tapi pikirannya tidak bisa fokus. Ada perasaan aneh yang mengganjal di dadanya sejak mereka meninggalkan panti. Meski ia berusaha bersikap tenang dan dewasa, ada sesuatu tentang keluarga baru ini—tentang tempat ini—yang membuatnya merasa tidak nyaman.


“Rumah kami tidak terlalu jauh lagi,” kata Pak Bayu yang mengemudikan mobil, memecah keheningan. Suaranya terdengar tenang dan penuh kehangatan, tapi ada sesuatu di balik nada suaranya yang sulit dijelaskan oleh Randy dan Irfan.


Irfan tidak menanggapi. Dia masih menatap keluar jendela dengan penuh perhatian. Semakin jauh mereka masuk ke daerah ini, semakin gelap dan sunyi suasananya. Lampu jalanan semakin jarang terlihat, hanya ada bayangan-bayangan pepohonan yang bergerak pelan tertiup angin. Dan tiba-tiba, di sudut pandangannya, Irfan melihat sesuatu yang membuat bulu kuduknya meremang.


“Banyak... boneka?” gumam Irfan tanpa sadar, matanya masih terpaku pada pemandangan di luar.


Randy menoleh, mencoba melihat apa yang membuat adiknya begitu terpana. Di sisi jalan, di antara pohon-pohon besar yang tampak tua dan kering, ada puluhan—mungkin ratusan—boneka kecil bergelantungan. Boneka-boneka itu digantung di dahan-dahan pohon dengan tali, berayun pelan tertiup angin. Sebagian boneka terlihat kotor dan rusak, dengan wajah yang sudah pudar, mata yang hilang, atau rambut yang acak-acakan.


“Apa-apaan itu?” bisik Randy, meskipun ia tahu tidak ada yang bisa memberikan jawaban.


Bu Lina, yang duduk di kursi depan, menoleh dan tersenyum melihat kebingungan di wajah kedua anak itu. “Oh, itu hanya hiasan lama di desa ini. Masyarakat di sini percaya bahwa menggantung boneka-boneka itu bisa mengusir roh jahat.”


Irfan menelan ludah, matanya masih belum bisa lepas dari pemandangan menyeramkan itu. "Roh jahat?"


Pak Bayu tertawa kecil. "Itu hanya cerita lama, Fan. Jangan terlalu dipikirkan. Banyak orang di desa ini yang masih memegang tradisi lama. Mereka percaya dengan hal-hal seperti itu. Tidak ada yang perlu ditakuti."


Lihat selengkapnya