Horror Picnic

Cathy Rosella
Chapter #2

Rombongan TKI

Jam sudah hampir pukul 14.00 namun Syifa masih saja belum datang, sementara teman – temannya sudah berkumpul di terminal 3.

“Buset dah! Emak mana sih nih?” Tanya Widya.

“Kok lama ya?” Sambil melihat jam tangannya Indah bertanya.

“Hadeehh...” keluh Caca sambil mendongak ke atas.

“Tri bawaan lu banyak amat romannya kek orang mau pindahan.” Lantas yang lain langsung melihat ke 4 buah tas koper yang di bawa Tri Novi.

“Emang ngapa? Gak boleh?” Tri Novi langsung mengomelinya.

“Bukannya begitu, nanti mau taruh di mana kalo bagasi gak muat?” Kata Berni.

“Tahu! Udah gue bilangin juga kalo mau tambah bagasi tuh bayar.” Tambah Sela.

“Nah! Tuh emak!” Dian menunjuk ke arah Syifa yang baru saja sampai.

“Gimane? Udeh pada komplit semua?"

“Lu kata martabak komplit?” Sahut Pipit.

“Kok lama amat sih mak?” Tanya Nurul.

“Iya, biasanya lu gak pernah telat.” Tambah Triwidya.

“Itu uwak gue minta di anterin dulu ke rumah mertuanye makanye gue telat, ayo deh! Pesawatnye belum berangkat kan?”

Lantas Ita langsung melihat jam tangannya, “belum, 15 menit lagi.” “Ya udeh, ayo dah!” Ajak Syifa dan dengan cepat mereka lekas masuk ke dalam bandara.

Selama perjalanan Syifa dan rombongannya tampak asyik di kursi masing – masing. Ada yang seru mengobrol, tidur, sibuk mencari tontonan, bahkan makan camilan yang sudah di bawa.

“Lu mau nonton yang mana?” Sambil menggeser daftar film di layar tab Dandi tampak bingung.

“Yang tadi aja.” Jawab Reza sambil membuka tutup botol air mineral.

“Yang tadi nomor berapa?”

“Sini deh! Begini aja norak lu.” Akhirnya Reza yang mengambil alih untuk memilih filmnya.

“Nah kan? Bingung kan?” Sambil menunjuk Dandi menyeringai ke arahnya seraya meledeknya.

“Berisik lu ah!” sahut Reza sambil sibuk memilih. Saat ia meng-klik salah satu film dan muncul adegan dewasa lantas mereka berdua saling bertatapan lalu tersenyum semringah.

“Tutup.”

“Oke!”

Dengan cepat mereka berdua langsung menutup sliding door-nya. Sementara itu Firda tampak sibuk mengatur isi tasnya yang penuh dengan kosmetik dan skincare.

“Lu ada camilan apa Fir?” Tanya Sela.

“Gue bawa corn flakes, kitkat, susu cokelat sama roti sobek.” Firda menunjukkan isi tote bag-nya yang berisi banyak camilan.

“Gue bagi kitkat deh, lagi pengen makan yang manis – manis gue.”

Lantas Firda langsung memberikan cokelat kitkat-nya, “lu kalo mau yang manis lihat gue aja.”

Sontak ekspresi wajah Sela langsung datar, “malah eneg gue yang ada.” Sahutnya lalu Firda tampak menyeringai.

“Nih! Lu mau gak?” Septi menawarkan camilan yang ia bawa pada Pipit.

“Boleh deh.”

Lantas Septi langsung mengambil salah satu camilannya dan memberikannya pada Pipit.

“Thank you.” Setelah membuka kemasannya Pipit langsung memakannya.

“Astagfirullah!” Kejut Indah yang seketika membuka mata saat sedang bersandar karena teringat sesuatu.

“Kenapa lu? Sawan?” Canda Ita sambil terkekeh.

“Gue lupa bawa pembalut.” Jawabnya dengan mata membesar dan suara yang pelan.

“Ya elah, gue kira kenapa? Udah pake punya gue aja dulu, gue bawa nih!” Kata Ita sambil menunjukkan kotak kecil berisi pembalut.

“Gak apa – apa nih?”

“Gak apa – apa, lagian juga gue udah tinggal sedikit kok.” Ita langsung memberikan beberapa pembalutnya.

“Thank you.” Ucap Indah dan dengan cepat ia memasukkan pembalutnya ke dalam tas.

“Kenapa lu? Mabok?” Tri Novi dengan mata membesarnya bertanya karena sejak tadi ia melihat tingkah Nurul yang menurutnya aneh.

“Enak aja! Gue gak se-udik itu ya?” Sahutnya sambil mengerutkan dahinya.

“Habis dari tadi gelagat lu kek mencurigakan.”

“Lu kata gue maling? Sembarangan kalo ngomong.”

Sementara itu di kursi Triwidya dan Syerlina, “lu ngomong gimana ke bos lu?” Tanya Syerlina sambil bercermin.

“Ya gue bilang kalo gue mau cuti 5 hari.” Lalu Triwidya langsung membuka tutup botol airnya.

“Terus bos lu kasih izin?” Tanpa menjawab Triwidya hanya menganggukkan kepalanya.

“Enak lu ya? Gue mah boro – boro.”

“Emang atasan lu gak kasih?”

“Awalnya gak kasih, cuma gue ancam kalo gak di kasih izin besok gue resign tanpa pamit.” Lantas mereka berdua langsung tertawa.

Sambil memandangi pemandangan lewat jendela Caca tampak menikmati cokelat yang ia bawa, “lu mau?” Tawarnya.

“Gak, makasih.” Tolak Berni sambil tersenyum semringah.

“Kalo gak nih! Lu ambil tuh!” Caca menyuruh Berni untuk mengambil camilan yang ia bawa di dalam tasnya dan sontak Berni membesarkan matanya.

“Buset! Lu mau liburan apa nge-warung di Korea?”

Satu per satu Widya memilih lagu yang tersedia di layar tab untuk di dengar. Namun tiba – tiba saja Dian mulai kambuh.

"Kenapa lu?” Tanyanya sambil menaikkan alisnya dan tanpa menjawabnya Dian langsung pergi begitu saja.

“Hhh (menghela nafas), mabok deui.”

Setelah 7 jam perjalanan akhirnya mereka sampai di bandara Internasional Incheon, “temen lu udah dateng mak?” Tanya Ita.

“Tunggu sebentar, gue telepon dulu orangnye.”

Lantas aku langsung mengeluarkan ponselku dan meneleponnya, sementara Ida tampak menguap karena sepertinya dia sudah sangat lelah.

“Heh! Kalo nguap tuh di tutup, setan masuk aja lu.” Tegur Khori.

“Omong – omong ini kita nginap di hotel mana mak?” Tanya Caca.

Lihat selengkapnya