Keanu berguling tidak jelas diatas ranjangnya. Perasaan khawatir menyelimuti dirinya tatkala pesan beruntun yang ia kirimkan ke Rissa tak kunjung mendapat balasan. Terhitung sudah lebih dari 80 pesan terkirim, dan semuanya hanya ceklis dua abu abu. Keanu berpikir, mungkinkah Rissa tengah menangis sekarang? Atau mungkin Rissa tengah berada di sebuah tempat untuk menenangkan diri setelah bertengkar dengan Zivhan?
Ah, dengan memikirkannya saja membuat kepala Keanu pening.
Keanu menelungkupkan kepalanya di atas bantal ketika suara dering ponsel membuatnya terdistraksi. Keanu mengernyit ketika melihat nama si penelepon.
Nadia.
Itulah yang tertera di ponsel Keanu sebelum ia menggeser tombol hijau untuk mengangkat.
"Halo"
"Halo Nu, lo dimana? "
"Kenapa? Gue gak bisa jemput lo, gue lagi gak mood"
"Ish, dengerin gue dulu bocah! Gue gak mau minta jemput!"
"Lah terus ngapain? "
"Itu, Rissa lagi ada di... "
"HAH? RISSA DIMANA?! KASIH TAHU GUE KAK! "
"Yeeee, sabar dong! Rissa lagi ada di Cafe dekat kampus gue. Sendirian, dan sekarang udah mau hujan, gue rasa dia lagi sedih. Gue mau samperin dia, tapi 15 menit lagi gue ada kelas, harus buru buru"
Keanu segera bangkit dan melemparkan ponselnya begitu saja. Dia bergegas mencari kunci mobil miliknya, dan berganti baju seadanya tanpa mempedulikan ponselnya yang masih terhubung ke Nadia—Kakaknya.
"Eh bocah!! Lo dengar gue gak?! Gue gak mau tahu, lo harus jemput dia sekarang! "
Tut tut
Nadia memutuskan sambungan. Keanu pun tak peduli jika Kakaknya nanti akan memarahinya akibat mengabaikan dirinya. Yang Keanu pentingkan saat ini adalah keadaan Rissa, karena Rissa dan Hujan tak dapat disatukan dalam satu kesempatan.
Setelah berpamitan pada Bundanya, Keanu segera bergegas menuju Cafe dimana Rissa berada.
...