Situasi aula khusus di kapal itu masih terasa tegang. Beberapa tamu, yang mana mereka adalah teman-teman dekat Cindy mulai menggosipkan gadis itu. Hingar-bingar tak dapat dihindari dan Cindy tak kuasa menahan emosinya.
Mustahil bagi Cindy untuk tidak panik, karena saat ini reputasi keluarga dan harga dirinya pun sedang dipertaruhkan. Tidak akan ada pesta pernikahan kalau tidak ada Damien.
“Sayang—” Denis menggigit bibirnya sendiri dengan rasa sesal saat Cindy memelototinya. Dia keceplosan memanggil gadis itu dengan panggilan kesayangan. “Cindy, dengarkan aku dulu. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.”
“Aku tidak butuh penjelasanmu! Aku tanya, di mana Damien?!” teriak Cindy lagi dengan lantang. Kepalanya celingak-celinguk mencari mempelainya. Dia bahkan sampai turun dari altar dan mencari di sisi aula.
Tak peduli dengan pandangan iba bercampur heran para tamu, Cindy meneriakkan nama calon suaminya. “Damien?! Ini tidak lucu. Kenapa Denis yang ada di altar?”
Namun, sosok yang dicarinya tidak terlihat di mana pun. Denis menyusul. Dia terlihat merasa bersalah, tetapi di satu sisi juga dia seperti orang yang sedang ketakutan.
“Cindy, kau tidak akan menemukan Damien di sini.” Denis memberitahu.
Hanya saja, Cindy tampak tidak peduli dengan lelaki itu. Dia menjinjing gaun pengantinnya dan terus mencari. Sudah cukup dia diperlakukan bak orang bodoh di depan kamar Damien, kali ini dia tidak akan membiarkan dirinya dipermalukan di hadapan puluhan tamu undangan. Cindy harus menemukan Damien bagaimanapun caranya.
Jengah dengan sikap keras kepala Cindy, Denis mengambil langkah dan menarik paksa tangan gadis itu. “Aku bilang dengarkan aku dulu!”
Sontak saja Cindy berhenti melangkah. Napasnya yang memburu penuh dengan amarah itu tidak kunjung surut.
“Damien tidak akan datang, dia tidak ada di sini.” Denis menjelaskan dengan tegesah-gesah.
“Bagaimana bisa?! Dia harusnya di sini, bukan kamu! Apa kamu sengaja mau mempermalukan aku?”
“Bukan begitu. Terjadi sesuatu tadi malam. A-aku tidak tahu kalau mereka merencanakan semua itu dan mengancamku.”
Jelas saja Cindy tidak tahu apa yang sedang dibicarakan lelaki itu. Dia tidak punya waktu untuk meladeni ocehan Denis. Dia harus bertemu dengan Damien dan meminta penjelasan.
“Aku tanya, sekarang di mana pamanmu itu?” Cindy menekankan di setiap kata.
Denis mendesah frustrasi. “Dia ada di aula lain.” Saat melihat dahi Cindy berkerut bingung, dia kembali berkata dengan ekspresi terpaksa, “Dia tetap melangsungkan pernikahan, tapi bukan denganmu.”