Hotelier

eSHa
Chapter #2

PE-LA-YAN

Untuk sebagian orang mungkin mudah saja mengarungi perjalanan karier sebagai hotelier bila kesempatan dan keberuntungan datang bersamaan kepada mereka. Namun tidak untuk Sachi, betapapun banyak kesempatan yang datang, keberuntungan tidak pernah ada dipihaknya dalam hal karier.

Sachi tidak pernah bercita-cita menjadi seorang pelayan, tapi takdir membawanya untuk menjalani hari-hari dengan predikat pelayan, pelayan restoran hotel, waitress. Demi gaji setiap bulan yang dia gunakan untuk membayar sewa kost dan biaya hidup selama 30 hari selanjutnya, sachi tidak pernah mengeluhkan pekerjaan yang bukan cita-citanya itu. Sachi menyadari, berkat pekerjaan itu dia bisa melanjutkan hidup dengan lebih baik.

Pagi ini seperti biasa dengan riang sachi menyapa semua orang yang ia temui sejak di depan hotel. Security pos 1 atau gerbang utama tanpa pagar yang bertugas menjaga ketertiban keluar masuknya kendaraan, dia sapa dengan sangat ramah 'pagiiii paaaak', bersama tubuh gagahnya mereka menjawab salam sachi dengan senyum lebar 'pagi bu'. Sampai di basement sachi menyapa petugas tiket parkir didalam kotak ajaibnya 'pagi pak', 'selamat pagi ibu' jawab petugas yang sachi tidak tahu namanya itu. Di staff entrance dia menyapa beberapa orang yang sedang mengantri untuk body checking, termasuk security yang yang sedang bertugas 'morning gengs', mereka menjawab salam sachi dengan ceria juga. Memang, berbeda dengan hotel kebanyakan yang hanya melakukan prosedur body checking di jam pulang saja, hotel dwara menetapkan double checking yaitu saat datang dan saat pulang bagi para karyawan.

Setelah melalui staff entrance sachi turun menuju loker yang berada di B-3. Karena sudah jam 06.30 loker sudah cukup ramai, 'mooniiing moniiiing', lagi-lagi dengan riang sachi menyapa semua orang. Berbeda dengan beberapa orang yang menjawab salam sachi dengan mengucapkan 'morniing', vinny, salah seorang FDA merespon dengan kata 'heii' lengkap bersama nada genit khas yang dimilikinya. Lain vinny lain juga sera, seorang pastry cook yang kebetulan akrab dengan sachi tidak hanya sebagai rekan kerja tapi juga teman menjawab dengan sapaan sarkas, 'tumben jam segini !?!'. Memang jadwal kerja pagi sachi biasanya jam 10.00, atau jam 06.00. 'biaasaaa support PR' jawab sachi santai.

Di Hotel Dwara Bandung yang memiliki predikat ***** itu, sachi bertugas sebagai daily worker greeter di chinese restaurant, dengan nama Guilinggao yang biasa disebut GG oleh para pekerja disana. GG sendiri berada dibawah kepemimpinan dua orang captain, yaitu Ubay dan Rhadi. Sekilas tugas greeter terlihat sederhana, berdiri dibalik podium yang berada di depan pintu masuk restoran, menyambut setiap tamu yang datang dan mengantarkan mereka sampai ke tempat duduk yang membuat mereka nyaman. Padahal sebenarnya lebih dari itu, mereka bertanggung jawab atas pengolahan guest database, dimana fungsinya adalah untuk telemarketing, mempromosikan setiap produk baru yang dikeluarkan restorannya. Greeter juga bergabung dengan S&M tim untuk melakukan sales blitz. Selain itu, maintain relation with customer juga menjadi tugas seorang greeter, salah satu caranya melalui guest comment. Sachi memiliki seorang partner bernama silva, meski sachi hanya satu tahun lebih tua darinya, silva tetap memanggil sachi teteh (kakak dalam bahasa sunda).

Selain dua orang captain dan dua orang greeter, GG memiliki seorang waitress bernama Iren dan seorang waiter bernama Gale. Kecuali rhadi dan ubay keempat orang lainnya adalah daily worker. Sachi sebenarnya memiliki keterampilan dan semangat kerja yang cukup besar, bersama dengan harga diri yang juga dia junjung sangat tinggi, idealis katanya. Tapi hal itu malah membuatnya sulit bertemu dengan kata yang dimaknai 'beruntung' itu, membutanya hampir tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi staff di hotel seperti yang dia bayangkan saat masih sekolah dulu, seperti yang dia tahu saat dia mulai menjalani job training. Pikirnya dari pekerjaan ini dia akan mendapat hak yang seimbang atas kewajiban yang sudah dia lakukan, maksudnya bekerja sesuai S.O.P, bertanggung jawab atas jobdesk dan semua hal lain yang dia lakukan sesuai jalur. Sekali lagi, keberuntungan tidak mau berpihak padanya di industri ini. Tentu Saja sachi hanya salah seorang yang kemampuannya kalah oleh keberuntungan, namun ada banyak dari mereka juga yang kerja keras dan kemampuannya terdukung oleh waktu, situasi dan kondisi.

Sudah beberapa bulan terakhir operasional GG mengalami penurunan dalam penjualan, terbilang cukup sepi dibanding outlet F&B yang lain. Biasanya hanya saat weekend table bisa terisi lebih dari 20 pax yang kebanyakan tamunya itu-itu saja. Terkadang, hari apa, jam berapa, sudah bisa mereka tebak siapa yang akan datang, Rhadi bahkan sudah sangat tepat bila menebak uang tips yang diberikan masing-masing tamu. Di GG sangat jarang tamu memanggil 'pelayan' 'mbak' atau 'mas', mereka sudah terbiasa memanggil nama ubay dan semua rekanya. Karena sering datang, secara alami mereka merasa saling mengenal dan juga perasaan nyaman atas pelayanan maksimal yang diberikan tim GG. Misalnya bu zio dan keluarganya. Restoran ini rasanya sudah seperti rumah mereka, dalam satu minggu mereka bisa berkunjung hingga tiga kali bahkan lebih.

Beberapa kali bu zio juga mengadakan acara yang cukup besar di GG, perayaan ulang tahun ibunda bu zio, anniversary pernikahan bu zio, lalu resepsi pernikahan tertutup untuk putri bungsu bu zio. Kesemua acara itu dirayakan dengan chinese style atau cia-ciu dinner. Service jenis ini lebih melelahkan daripada service buffet yang lebih umum pada sebuah acara.

Keluarga ini mengenal semua personil GG, jika salah seorang tidak terlihat, mereka pasti menanyakan keberadaannya, seperti ini 'kamana si sachi, dipecat ?'. Sedikit informasi, meskipun keluarga bu zio chinese, bu zio lebih sering bicara menggunakan bahasa sunda dengan tim GG. Dan staf favorit bu zio adalah rhadi, yang setiap sebelum mulai acara besarnya akan mendapat mandat 'radhi nanti tulang-tulangnya pisahin yaa buat anjing saya'.

Selain rhadi, ubay juga menjadi salah satu staf favorit tamu, bu siska namanya. Bu siska sering menghabiskan waktu untuk makan dan arisan bersama teman-temannya di GG, pernah juga mengadakan private birthday party dengan skala yang sangat kecil hanya karena bualan ubay.

Ubay memiliki jarak usia yang cukup banyak diantara yang lain, rhadi dan sachi lahir di tahun yang sama sementara iren, gale dan silva setahun lebih muda, lalu ubay enam sampai tujuh tahun lebih dulu lahir daripada mereka. Karena itulah mereka memanggil ubay aa. Ubay dan rhadi memiliki kepribadian yang berbanding terbalik meski keduanya sama-sama captain. Rhadi yang cerewet dan selengean diimbangi ubay yang bijak dan tidak banyak bicara tapi selalu akurat untuk banyak hal. Bukan berarti rhadi tidak lebih baik, hanya saja rhadi lebih berisik. Perbedaan besar mereka tidak menjadikan komunikasi keduanya sebagai leader berantakan, sebaliknya mereka berkomunikasi dengan sangat baik hingga membuat anak-anak yang mereka pimpin merasa aman dan bekerja dengan bahagia bersama mereka.

***

Saking eratnya hubungan antar personil GG, terkadang mereka menjadikan tempat ini seperti taman bermain, saat restoran kosong dan semua pekerjaan sudah selesai. Mereka yang baru memasuki usia 20, masih terikat dengan kebiasaan lama seorang pelajar, tentu saja ubay menjadi orang yang dikecualikan.

Dan ini adalah salah satu rahasia yang tidak diketahui pihak manapun selain mereka berenam. Hari itu sejak pagi restoran sepi sekali, tidak ada satupun pelanggan hingga iren, sachi dan rhadi yang kebetulan incharge di morning shift menyelesaikan pekerjaan mereka dan berbagai kegiatan cleaning dengan cepat. Saat gale dan silva yang terjadwal middle shift datang, dengan konyol rhadi mengajak keempat stafnya bermain petak umpet di area restoran. Restoran ini cukup besar atau bahkan sangat besar ketika sepi dan hanya dihuni oleh enam manusia tengil itu. Ada dua VIP rooms disana, dimana satu ruangan benar tertutup dan satu lainnya hanya disekat partisi dengan lantai lebih tinggi dari meja lainnya.

Terjadilah petak umpet yang diinginkan rhadi, silva berturut-turut jaga karena terus menerus kalah sejak awal permainan, hingga akhirnya gale mengalah dan memberi kesempatan silva untuk bermain. Dalam permainan pertamanya ini, silva bersembunyi di drawer besar tempat mereka menyimpan guest napkin karena kebetulan stock napkin sedang sedikit, tentu saja dia tidak bisa duduk tegak apalagi berdiri di dalam drawer itu, mungkin dia duduk terbongkok atau tidur meringkuk. Drawer tersebut berada tepat disebelah staff entrance antara restoran dan back area, sementara di hadapannya table kecil dengan seating untuk dua orang. Rhadi, sachi dan iren tertawa sampai mengeluarkan air mata melihat tingkah konyol silva itu sebelum mereka bertiga akhirnya menemukan tempat persembunyian juga.

Ketika gale sedang melakukan pencarian dua orang tamu datang, yang disambut ramah oleh gale seolah tidak ada kebodohan yang sedang terjadi. Sachi yang mendengar jelas sambutan gale pada tamu seketika beranjak dari tempat persembunyiannya untuk membantu gale. Tamu tersebut duduk di area depan restoran sehingga area tempat silva bersembunyi menjadi tidak ada pergerakan. Sementara gale taking order, sachi bergegas menuju kitchen untuk mengambil pickles, disana ada iren dan rhadi sedang bersembunyi sambil mengobrol. Sachi memberi tahu mereka bahwa ada tamu yang datang. Mereka kemudian keluar dari pantry dan kedatangan tamu lain berjumlah 5 pax. Belum selesai handling dua table, tamu terus berdatangan pada jam makan siang yang hampir selesai itu. Terisi sekitar lima table dengan jumlah tamu kurang lebih 20 pax. Kedatangan ubay pada jadwal afternoon shift langsung membantu. Mereka semua tidak sengaja melupakan silva, entah kenapa silva juga tidak kunjung muncul pada situasi yang cukup ramai dalam restoran siang itu. Meja dengan dua seat dihadapan drawer tempat silva bersembunyi sudah terisi oleh sepasang pria dan wanita yang kata ubay adalah pengantin baru, karena kebetulan ubay yang handle. Tidak ada reaksi apapun sebab ubay tidak tahu silva ada didalam drawer.

Saat tersadar, silva keluar begitu saja dari dalam drawer tanpa peduli situasinya, meski dihadapannya ada tamu. Salah satu tamu tersebut terheran melihat silva yang cukup berantakan muncul dari dalam drawer itu. Lagi-lagi tanpa peduli, silva melangkah menuju pintu kitchen yang berada lurus tepat didepan drawer tadi, butuh kira-kira sepuluh langkah untuk sampai ke pintu pantry. Di pantry ada ubay dan sachi sedang menyiapkan pesanan tamu ketika silva masuk dan berteriak pada sachi, 'teeteeeeeeh iiih, kenapa sil gak dicari?', datangnya silva baru menyadarkan semua orang bahwa dia hilang untuk beberapa saat, sementara ubay santai menjawab 'sil dari mana kamu?, berantakan banget, kirain off', sachi tertawa tanpa suara sampai kembali mengeluarkan air matanya. Ubay yang tidak mengerti situasi, melihat sachi dengan heran dan tetap bertanya 'kenapa?', kemudian rhadi dan iren berturut-turut masuk untuk memberikan pesanan baru ke kitchen, karena kebetulan sistem di GG masih manual untuk taking order. Mereka tertawa seperti sachi dan bertanya silva dari mana, silva yang merajuk sedikit kesal kepada mereka, tapi karena kondisi restoran cukup ramai, tidak banyak kesempatan untuk bercerita. Setelah merapikan rambutnya, silva kemudian keluar dan bergabung untuk melayani tamu. Begitu keluar, tamu yang sebelumnya memergoki silva keluar seperti jin memanggilnya dan meminta bill, tanpa rasa canggung ataupun kaku silva menghampiri mereka dengan bill itu secara profesional sementara tamu tersebut masih terus melihat silva dengan tatapan bingung.

Setelah selesai dan tamu berangsur keluar, mereka baru membahas hilangnya silva tadi. Dalam daily afternoon briefing yang dipimpin ubay mereka semua tertawa mendengar alasan silva,

'gak tahu gak sengaja gitu sil ketiduran, karena gak denger suara apa-apa.tapi terus pas kebangun kaya berisik banget, mau keluar tapi di meja depan itu ada orang, sil nunggu orang itu lengah, eh pas sil keluar dia malah ngeuh, terus ngeliatin sil kayak yang bingung gitu, sil PD aja jalan ke kitchen gak liatin dia',

'tapi pertanyaan ubay kenapa sil bisa ada di dalem drawer, ngapain?'

tanya ubay yang masih tidak mengerti keadaannya.

'teuing tah si rhadi a !'

Silva merespon masih dengan sedikit kesal, ubay melirik rhadi seolah meminta penjelasan, namun rhadi yang masih diliputi suasana komedi meledek silva sebelum kemudian memberi penjelasan pada ubay sebagai bentuk tanggung jawab atas ide gilanya itu,

'silva, gak boleh nyalahin orang lain ai kamu'

'da emang bener kan gara-gara rhadi'

silva tidak mau mengalah,

'gini a ubay, tadi tuh kan sepi banget, rhadi, iren sama sachi udah general cleaning dari pagi, udah beres semua, terus rhadi bosen, jadi rhadi ajak mereka petak umpet deh, eeh pas lagi sembunyi tamunya tiba-tiba banyak, terus kita lupa sama silva, jadi dia gak dicariin, eeh dia malah molor dan keluar ya pas itu tadi yang dia cerita'

beber rhadi dengan sedikit malu dihadapan ubay.

'astagfirullah rhadiiii. kalo kerjaan disini abis kan bisa bantu outlet lain yang mungkin lagi sibuk. malah petak umpet'

Ubay bicara sambil menggelengkan kepalanya dengan sedikit tawa kesal yang dia tahan,

'iya maaf yaa a bay, gak akan rhadi ulangi',

Mereka masih menertawakan kejadian itu sampai briefing ditutup.

***

Tidak ada yang pernah tahu kejadian apa yang akan menimpa mereka dalam pekerjaannya, termasuk juga sebagai hotelier. Naik dan turun semangat kerja sudah menjadi hal yang biasa, bahkan setumpuk pekerjaan melelahkan yang dimiliki seakan sudah menjadi sahabat terbaik dalam mengisi hari.

Janur yang hari itu mendapat tiga kamar check-out dan sepuluh MUR (Make Up Room) memulai harinya dengan semangat penuh seperti biasanya. Dia memang masih seorang daily worker, tapi kinerjanya yang mumpuni menjadikan dia salah seorang yang mendapat pertimbangan untuk diangkat menjadi staff. Siapa sangka hari ini akan menjadi begitu kacau untuknya. Dari tiga belas kamar yang dia tangani hari ini, sudah dia selesaikan dua kamar check-out dan enam kamar make up sebelum break. Ketika sedang shalat dzuhur janur dicari banyak orang, security, FO, juga para atasannya, padahal belum habis waktu satu jam istirahatnya. Setelah menerima telepon dari aram sebagai supervisor incharge, janur segera merapat ke salah satu ruang meeting yang disampaikan aram sebelumnya. Sudah ada cheif security, pak Khar sebagai HRM, pak Asep, bu Nane, juga Aram disana, tidak mungkin janur tidak terkejut dan gugup melihat pemandangan menegangkan itu, tentu dia merasa gelisah dan bingung. Setelah dipersilakan duduk, janur diberi tahu tentang situasinya bahwa salah seorang tamu yang kebetulan kamarnya dibersihkan janur mengklaim kehilangan satu unit ponsel dan amplop berisi sejumlah uang. Tidak ada tuduhan pasti dari pihak hotel kepada janur meski tamu sangat yakin tentang kehilangannya, namun prosedur tetap harus dijalankan untuk memeriksa keterangan janur karena hanya dia yang memasuki kamar selain keluarga tamu tersebut. Mengingat janur adalah anak yang jujur dan tidak bertingkah, membuat suasana dalam ruangan itu terasa semakin menyedihkan. Kalimat pertama dari janur setelah mendengar penjelasan dari cheif security ditujukan kepada aram 'bapak tega ka saya ?', aram-pun tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah dari wajahnya, namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengikuti prosedur tanpa perasaan menduga sedikitpun bahwa janur melakukan hal yang tidak seharusnya itu. Sambil menahan diri untuk tidak emosional, aram menjawab janur dengan hati-hati 

Aram : saya percaya sama kamu, karena itu saya yakin menghadirkan kamu untuk meminta keterangan

Janur : apa yang bisa saya lakukan untuk bertanggung jawab pak, bu ?

Pak Khar : kenapa kamu harus bertanggung jawab ? kamu benar melakukan kesalahan ?

Janur : bagaimana saya bisa meyakinkan ibu dan bapak kalau bukan saya, melihat barangnya saja tidak, bagaimana bisa saya mengambilnya?

Bu Nane : makanya kami disini, kita harus tetap profesional, kita butuh keterangan kamu untuk buktikan bahwa kamu tidak melakukan itu

Setelah berbagai pernyataan dan penjelasan juga diskusi yang cukup panjang mereka meninggalkan ruangan. Cheif security, bu nane, aram dan janur menuju TKP, sementara yang lain kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing. Di kamar terebut, seorang wanita paruh baya yang melaporkan kehilangannya sudah menanti masih dengan penuh amarah, meyakini bahwa janur adalah orang yang mengantongi barang-barangnya yang hilang itu, dengan otomatis janur disambut kata-kata yang sedikit kasar padahal belum menjelaskan apa-apa. Security dan aram sudah berusaha maksimal menahannya dan bu nane memberi penjelasan, namun ibu tersebut tetap membuat keributan. Janur menjelaskan urutan pekerjaan yang dia laukan pagi tadi di kamar ini, sekeras mungkin dia mengingat berbagai detail kecil tentang tata letak dan apa saja yang ia pindahkan. Meski janur sudah mengatakan berulang kali bahwa dia tidak melihat ataupun memindahkan ponsel serta amplop yang diklaim hilang, tamu tersebut tetap tidak menerima penjelasan janur dan bersikeras ingin melapor pada polisi. Pada situasi yang semakin kacau itu, bu nane selaku atasan tertingg janur mengambil tidakan sendiri tanpa berdiskusi ketika kemudian mengatakan pada tamu itu berapa nilai kerugian yang harus dikembalikan,

Bu Nane : baik ibu, kalau ini benar kesalahan dari pihak kami, berapa banyak ganti rugi yang ibu ajukan, nominal uang dalam amplop yang ibu sebutkan juga ponselnya, agar bisa segera kami proses

Guset : saya mau hp saya saja, saya juga tidak menghitung jumlah uang saya berapa, yang pasti itu diatas 10 juta. belum kamu apa-apain kan? kamu belum keluar dari hotel ini kan? atau kamu punya komplotan lain?kembaliin hp saya !!!

Lagi-lagi tamu tersebut melempari janur dengan kalimat tidak menyenangkan, namun janur tidak mengeluarkan sepatah katapun selain penjelasannya tadi. Ketika masih berusaha menenangkan ibu tersebut dan mencoba mencari solusi, datang dua orang anak perempuan yang masih remaja dengan pakaian renang, seorang perempuan yang lebih dewasa dan menggendong balita, satu orang laki-laki dewasa serta seorang pria paruh baya yang terlihat sebagai suami ibu tersebut. Heran melihat banyak orang di kamarnya mereka langsung menghampiri si ibu sambil bertanya 'kenapa ma ?', si ibu yang merasa prajurit-nya datang seakan mendapatkan kekuatan lebih untuk membuktikan bahwa janur mencuri barang-barang yang disebutkannya.

Guest (ibu) : ini kita kehilangan barang, cuma karyawanya yang itu kan yang masuk beresin kamar kita

Guest (bapak) : apa yang hilang ?

Guest (ibu) : hp mama sama amplop kuning

remaja 1 : hiiiiilaaang ??? hp mama kaan aku bawa ke kolam, tadi mama yang suruh tapi mamanya malah naik duluan. amplop kuningnya aku pindahin ke tas aku karena geletak sembarangan

Ekspresi lega bercampur malu dan kaget tergambar di wajah si ibu merespon anaknya,

Ibu : kamu yang simpenin ?

Anak : iya ada di aku semua, ini hp mama

Kemudian bu nane memberi penjelasan singkat kepada keluarga yang baru datang itu. Setelah clear bu nane dan yang lain pamit, si bapak dan anak yang mengamankan barang itu mengikuti mereka sampai ke depan pintu kamar sambil meminta maaf terutama kepada janur. 'maaf ya mas, mama saya panikan orangnya, ditambah juga udah umur', sambil tersenyum janur menjawab 'gak apa-apa ka, alhamdulillah barangnya tidak benar-benar hilang' 'maaf ya mas' tambah si bapak.

Menyusuri koridor meningggalkan kamar 520 itu, aram tidak melepaskan rangkulannya dari pundak janur sementara bu nane beberapa kali menepuk-nepuk pundaknya untuk menyemangati. Tanpa bicara sepatah katapun mereka meninggalkan lantai 5 untuk kembali ke pekerjaan masing-masing, namun 5 kamar tersisa yang dimiliki janur sudah diambil alih oleh beberapa rekannya yang lain, dia berkeliling untuk membantu rekannya yang belum selesai karena waktu sudah semakin sore.

Sebagai teman yang baik, nadi dan beberapa roomboy lain menghibur janur atas kekacauan yang dia alami hari ini, juga mengisi ulang semangatnya agar tidak membuat kinerjanya menurun dengan mengajaknya karaoke sepulang kerja. Dintara anak-anak roomboy yang pergi ke tempat karaoke, sachi tentu ada diantaranya. Mereka semua membiarkan janur melepaskan segala emosi yang ditahannya sejak siang tadi, janur menyanyi sekuat tenaga walaupun benar-benar terdengar tidak merdu. Tampak di wajahnya perasaan marah yang berubah menjadi tangis karena tidak bisa dia luapkan, teman-temannya yang baik itu tidak membahas sedikitpun tentang apa yang dia alami, mereka hanya terus membicarakan hal-hal menyenangkan dan membuat lelucon-lelucon agar tawa diantara mereka tidak habis hingga waktu mengatakan mereka harus pulang.

***

Di departemen F&B hotel dwara setiap outlet pasti saling membantu dalam event-event besar yang tidak cukup ditangani hanya outlet terkait, itu berlaku baik di service maupun product. F&B product adalah nama lain dari kitchen, sebetulnya kitchen sendiri terlalu sempit untuk disamakan dengan F&B product, karena F&B product meliputi hot kitchen, cold kitchen dan pastry. Hot kitchen sendiri terbagi lagi menjadi main kitchen yang menangani a'la carte juga meal buffet dan kitchen banquet yang menangani meal untuk acara-acara di banquet. Di hotel dwara ini hot kitchen sampai ada empat, hot kitchen untuk breakfast, room service dan a'la carte western ada di PR, hot kitchen chinese, hot kitchen MC dan hot kitchen banquet.

Sudah empat hari ada grup besar yang mengadakan pertemuan dengan peserta yang cukup banyak di hotel. Kapasitas PR tidak bisa menampung total grup tersebut pada jam makan, sehingga GG dijadikan alternatif untuk restoran tambahan selama empat hari ini. Berbeda dengan PR yang memiliki buffet permanen dengan segala perlengkapannya yang sudah tersedia, GG harus set up buffet secara manual. Mereka harus break down beberapa table dengan kursinya, memindahkan semua barang tersingkir itu ke pantry, sementara sebelum itu mereka harus take out table top set-up lebih dulu. Ada sepasang chop stick, 1 b&b plate, napkin, tea cup lengkap dengan saucer dan lid-nya pada setiap seat. Satu round table di GG bisa berisi enam seat, delapan dan sepuluh, sementara squre table mereka ada dengan empat dan dua seat. Bisa dibayangkan bagaimana melelahkannya untuk membongkar dan memasang kembali peralatan itu diatas meja, terlebih semuanya barang pecah kecuali napkin, walau chopstick berbahan melamin tapi kemungkinan untuk patah juga tinggi bila tidak hati-hati. Jadi setelah tim GG take out seluruh table set-up lalu akan break down table dan mengubah layout untuk memasang buffet, buffet yang mereka gunakan juga dari beberapa table IBM. Akan ada tim banquet yang diturunkan untuk mebantu operasional satu atau dua orang.

Hal seperti ini biasanya dibicarakan leader to leader, tapi karena GG hanya memiliki captain yang masih satu level dibawah supervisor maka mereka hanya bisa setuju. Tentu tidak semua orang memiliki sikap yang sama meski berada di tingkat yang sama, ada banyak supervisor dengan karakter berbeda yang dimiliki hotel dwara. Ada mereka dengan pribadi yang ramah dan bijak, ada yang bossy, ada juga yang bahkan terkesan cuek. Salah satu supervisor yang terkenal dengan karakter bossy di hotel dwara ini adalah buqay, seorang supervisor banquet.

Pada hari kelima atau hari terakhir event itu berlangsung ada berita yang cukup simpang siur tentang para peserta yang sebagian besar sudah meninggalkan hotel dan makan siang mereka pun di take away. Untuk memastikan kabar tersebut iren dan sachi mengkonfirmasi pada pihak banquet melalui telepon dengan seizin rhadi sebagai leader incharge pagi itu. Iren yang menghubungi bqt dan kebetulan diterima oleh buqay.

'iya pak mau pastiin aja ini beneran di box atau enggak, biar bisa set-up normal karena kalau weekend lumayan banyak ala carte juga'

'ren kasih saya 10 menit yaa, saya confirm dulu sama PIC'

'oke pak'

Saat itu kira-kira jam 09.30 pagi, waktu breakfast-pun belum selesai. Kurang lebih sepuluh menit kemudian buqay kembali menelpon dan mengatakan bahwa tidak ada makan siang di GG sehingga bisa dikembalikan pada layout biasanya.

'oke rhadi take out buffet sama pasang round table, kalian table top yah'

seru rhadi sebagai leader incharge dan satu-satunya laki-laki di GG pagi itu. Sekitar jam 10.45 iren dan sachi sudah menyelesaikan hampir seluruh table dengan set-up lengkapnya. Setelah selesai break down buffet dan memasang round table rhadi meninggalkan outlet dengan alasan membantu di PR yang masih hectic. Pada jam itu iren kembali menerima telepon dari buqay yang bertanya bagaimana set-up table GG,

Buqay : udah berapa banyak ren?

Iren : udah hampir selesai pak, ini tinggal tiga table lagi

Buqay : take out lagi yaa ren, ini PIC nya miscomm. jadinya tetep lunch di GG

Iren : serius pak ?!!, ini udah jam sebelas kurang sepuluh, mana sempet break down terus set-up lagi

Buqay : kok lu nyolot siih ?!, saya kan minta tolong baik-baik

Iren : nyolot gimana pak, ini waktunya aja gak akan cukup, nanti kalo telat kita lagi yang kena

Buqay : mana kapten kamu

Iren : gak ada, lagi support PR

Buqay : nanti saya lapor sama leader kamu. saya kesitu sama anak buah saya, sekarang take out dulu aja sama kalian yang disitu

Dengan wajah sangat kesal iren memberi tahu sachi untuk kembali membereskan set-up table yang hampir mereka selesaikan itu.

Sachi : yang bener aja, jam berapa ini?

Iren : iyaaa kaaan?!!, udahlah ikutin aja!

Tidak lama, rhadi datang dengan terburu-buru

Radhi : ren, chi take out dulu yah, rhadi mau ambil IBM sama fa'i bqt

Iren : gak liat ini lagi take out ? (dengan nada kesal)

Radhi : santaii boss

Setelah rhadi menginggalkan restoran, buqay datang bersama dua orang casual worker.

Buqay : mana si rhadi ? (dengan angkuh)

Iren yang kesal mengacuhkannya, sachi menjawab pertanyaan buqay dengan mencoba bersikap biasa,

Sachi : lagi ambil IBM pak sama fa'i

Buqay : ini saya bawa dua orang buat bantuin, apa aja yang belum?

Iren : yaa belum apa-apa lah pak, take out set-up aja ini belum beres

Buqay : lu bisa gak pake nyolot gak ren ?, ngerjain ginian aja ribet banget lu!

Iren : bukan giniannya pak, waktunya liat. tadikan saya udah tanya, bener-bener mastiin

Iren menjawab buqay sambil terus membereskan meja

Buqay : saya juga info dari PIC-nya begitu ren, masa saya harus salahin PIC-nya. ayo bantuin beresin ini (lanjut buqay pada dua orang pekerja casual itu)

Dua orang yang asing itu kebingungan meletakan setiap detail item yang ada pada set-up table, mereka terus bertanya

'ini kemanain?' 'ini dimana?' 'ini gimana?'

yang akhirnya membuat kekesalan iren semakin memuncak,

'udahlah gak usah bantuin, nanti aja set-up buffet',

Buqay yang masih ada disana sambil fokus menatap layar ponselnya kembali terpancing untuk bernada tinggi saat bicara dengan iren,

Buqay : lu gue biarin dari tadi malah makin jadi yaa ren, ini gue udah dateng loh, gue bawa bantuan juga, capek banget yah emang ngerjain gini doang? liat anak bqt set-up, break down, back to back gak ada tuuh yang ngeluh-ngeluh kayak lo

Iren : itu kan waktunya udah terkoordinir, ini kan last minute. lagian bukannya ngebantu malah ngehambat terus-terusan nanya, udah saya sama sachi aja yang kerjain. (di bqt laki semua, malu kalo ngedumel kayak gue)

gumam iren di samping sachi

Belum sempat buqay menjawab argumen iren, rhadi dan fa'i datang dengan IBM yang siap disulap sebagai buffet sementara round table belum di break down

Rhadi : kenapa pak ? (santai)

Buqay : dii elu bisa ngajarin anak buah gak sih, kerja segini doang ngeluh mulu

Rhadi : Siapa paak yang ngeluh?! bikin malu!

Buqay : ini si iren dari tadi nyolot mulu

Iren : nyolot apa sih pak, ini takut gak kekejar aja waktunya

Rhadi : bisaaa iren, kita mah mampu. siapa yang ngajarin kerja sambil ngeluh gitu?, udah ayo gerak gerak

Buqay : yaa kan! elu aja santai tinggal ngerjain koq, ini anak buah lu dari tadi emosi terus sama gue

Rhadi : maklum laah pak, namanya juga DW, banyak event, gak ada event gajinya segitu-gitu aja, padahal capeknya sama. kalo kita semakin banyak event, gaji semakin gede, yaah jadi wajar kalo sekarang mereka pada naik tensi ( rhadi menjawab dengan senyum yang menyindir )

Buqay : oh lu gitu yah, kerja lu patokannya duit

Rhadi : laaah emang bapak enggak ?

Buqay : kacau nih GG nih, bisa marah kalo pak catur tau kayak gini pada

Rhadi : gak apa-apa pak, kalo bapak mau lapor ke pak catur, sekarang daripada bapak disni gak bantuin apa-apa mending bapak di bqt aja bantuin anak-anak bapak, biar disini saya yang tanggung jawab. ini dua anak casual-nya dibawa lagi aja, saya sama fa'i aja cukup.

Buqay : kita ketemu yaa dii yaah beres event, parah nih kacau

Rhadi : mangga pak silahkan. bapak kalau mau nyerang ke saya aja, anak-anak saya gak pernah melakukan apapun tanpa izin saya ataupun ubay. bapak tahu beres aja, pokonya lunch, lancar rapi tanpa komplain.

Dengan kemarahan yang tampak nyata pada wajahnya, buqay meninggalkan GG tanpa berkata-kata lagi.

Iren : sok keren maneh !! (meledek)

(sok kerek kamu !!)

Radhi : urang ge deg-degan anjir

(aku juga gugup anjir)

all : hahahahaha

Lihat selengkapnya