Hourglass

wildasukma
Chapter #1

Semu

Sosok itu duduk sambil tersenyum dan mengenggam tangannya dengan hangat seolah menandakan semua akan baik-baik saja. Sang wanita melihat pakaian yang ia kenakan, bewarna abu pastel dengan make up natural yang tapi menimbulkan kesan ceria. Tiba-tiba dia diberikan kertas kecil berisi tulisan singkat namun memiliki makna mendalam.

"Kesuksesan dan Cinta, adalah dua problematika yanga akan kamu hadapi."

 Dengan perlahan dia mulai raib namun, masih menyisakan kertas yang tersimpan di atas meja. Hal itu membuat wanita, berlari dengan cepat. Rasanya takut dan ingin segera pulang ke rumah. Lebih mengherankan lagi ketika ia melihat detikan jarum yang mundur pada jam tangan miliknya.

Lari yang begitu cepat membuat nafas mejadi tersengal-sengal. Dia merasa kakinya menjadi lemas. Diwaktu yang bersamaan wanita itu terperosok  kedalam lubang gelap nan pengap meronta karena badannya terasa sukar untuk digerakan. Teriakan yang bersifat percuma telah dia lakukan, sampai akhirnya wanita itu tidak berdaya dengan nafas yang berhenti keluar dari rongga hidungnya.

***

 Mimpi buruk tengah membuat seseorang membuka matanya dengan paksa. Dia meneguk segelas air yang berada di samping tempat tidur dengan nafas yang tidak teratur. Dengan perlahan ia bangkit dari tempat tidur menuju jendela balkon kamar.

“Alhamdulillah, aku masih diberikan kesempatan,” katanya itu dengan perlahan menghirup udara yang sejuk. Ia merasakan seperintil semangat untuk melakukan aktivitas baru. Memejamkan mata dan menghadap jedela sambil menunggu anurika yang menari-nari di ufuk timur adalah hobi untuk melupakan sekelumit masalah yang dihadapi. Selain itu, dia merasa waktu pagi adalah kesempatan dari Allah yang selalu mengampuni dosanya di malam hari dan begitulah seterusnya sampai matahari terbit di sebelah barat. Oleh karenanya, wanita itu selalu berusaha tidak membuang apa yang Illahi berikan yakni melakukan proses yang lebih baik dari hari sebelumnya sampai dia tidak bisa bernafas lagi. Itu sekedar prinsip hidup tapi bermakna bagi setiap insan yang menyukai tantangan setiap hari termasuk sang wanita jelita itu.

“Iklil!”

“Astagfirullah,“ kata wanita itu dengan mata membelalak menoleh ke arah suara yang memekik telinga dan membuatnya terkejut.

Asma menertawakan adik sepupunya, sedangkan Iklil langsung mengambil guling  lalu dipukulkan kepada wanita dihadapannya.

“Ampun, sory,sory" Ungkap Asma tidak dapat menghetikan tawa dan meringis kesakitan.

“Kali ini tidak ada kata ampun,” kata Iklil tetap memukul dengan agak keras. Namun kali ini Asma sigap menangkap guling yang dihempaskan kepada wanita itu.

 “Wait ... wait, aku ada sesuatu untukmu.”

 “Apa? Jangan-jangan, kakak berbohong lagi padaku.”

Asma memberikan coklat cadbury black forest berukuran besar kegemaran Iklil. Wanita itu tahu adik sepupunya sangat mencintai coklat baik dari segi makanan, minuman dan warna, tidak heran bahwa Umminya selalu memanggil iklil dengan  anak cokpis. Awalnya, Asma dan yang lain mengira satu kata itu adalah singkatan  pisang coklat namun dibalikan menjadi coklat pisang tapi semuanya salah, chocolate princess  itu singkatan kata cokpis yang benar bagi uminya Iklil. Agak lucu dan terkesan kekanakan tapi sudahlah mungkin itu panggilan kesayangan bibinya. Dengan mata yang berbinar-binar Iklil menerima coklat itu dan langsung membukanya. Mula-mula Iklil menghisap aroma coklat sehingga muncul sensasi ketenangan beberapa detik setelah itu dia melahapnya.

“Apakah kau merasa lebih baik?”

Iklil menganggukan kepala, karena ketidakmungkinannya untuk pulang kerumah, ia mencoba mencari Asma sebagai sandaran ketika gundah gulana. Asma selalu menerima dengan tangan terbuka., dia selalu memotivasi Iklil agar menjadi wanita yang kuat. Melihat adik sepupunya yang sudah mulai tenang, dengan hati-hati Asma menyodorkan ponsel milik Iklil.

"Kamu dengan sengaja meletakkan, hp ini di meja makan?”

“Kenapa kakak bisa tahu?”

“Lil, sudah dari semalam hp ini berbunyi dan sepertinya suamimu tampak khawatir,” kata Asma mengelus kepala adiknya.

Iklil terdiam dan melihat layar ponselnya, beberarapa panggilan tak terjawab dari Anas tertera dilayar.

“Apa sebaiknya kamu kembali menghubungi dia? ”

"Sepertinya tidak kak, semuanya sudah jelas bagiku, dia hanya berpura-pura menarik simpatik agar aku pulang, toh setelahnya kita bertengkar dan pasti aku akan kembali lagi kesini.”

 “Lil, bahaya jika paman dan bibi mengetahui kondisi hubungan rumah tanggamu dengan Anas.”

Lihat selengkapnya