Seorang pemuda menjejalkan kantong sampah ke tong yang sudah penuh. Belum puas, ia menginjak kantong itu hingga akhirnya sobek dan pecah. Lidahnya berdecak kesal sebelum berlalu meninggalkan tempat itu. Di saat yang bersamaan, seorang gadis yang membawa dua tas besar tidak sengaja menabraknya. Jangankan menabrak, bahu mereka hanya bersentuhan pelan, itu saja. Tapi si pemuda membesar-besarkannya, "Mata dipake!"
"Maaf..." gadis itu mencicit pelan setelah digertak pemuda berjaket denim.
"Cewek aneh-aneh aja. Sok imut, cih."
Si gadis hanya menghela napas sambil membatin, dibilang imut, syukurin aja.
Setelah pemuda kasar tadi pergi, si gadis melihat ke depan. Sebuah mansion besar berdiri dengan gaya modern tapi masih menyisakan sedikit rasa klasik. Di gerbang, gadis ini berbicara pada satpam yang menjaga. "Permisi Pak, saya Yuna Esteria, penghuni baru di sini."
"Oh, saya udah denger dari Pak Jaka kemarin. Kamu bawa surat undangannya?"
"Ah iya, ini."
Bapak satpam itu membaca dengan seksama. Setelah yakin bahwa undangan itu asli, dia berkata, "Saya gak nyangka aja kamu mau nerima."
Yuna memiringkan kepala karena bingung. Pak satpam melanjutkan, "Semua penghuni rumah ini laki-laki."
Detik itu juga, Yuna merasa lututnya lemas. Dia jatuh terduduk di antara barang-barangnya. "S-saya gatau..."
"Tapi jangan khawatir, Mbak. Rumahnya ditata ulang, jadi Mbak Yuna punya tempat sendiri yang jauh dari mereka."
"Gitu ya..."
Pak satpam membantu Yuna bangun dan membawakan barang-barangnya. Halaman rumah lumayan luas. Melangkah dari gerbang ke pintu depannya saja sudah bikin capek. Yuna mempertimbangkan apakah dia perlu membawa sepeda kayuh yang ada di rumah.
"Pak satpam! Barang-barangnya siapa?" tanya sebuah suara yang datang dari balkon lantai pertama. Yuna segera mendongak dan memperkenalkan diri, "Nama saya Yuna. Mulai hari ini saya akan tinggal bersama kalian."
Tampak pemuda berambut coklat mengangkat alisnya. Dia sangat terkejut melihat sosok dan mendengar suara wanita. Saking tidak percayanya, dia sampai mengucek mata beberapa kali. "Kamu cewek!?"
"Iya," jawab Yuna.
"Bukannya udah jelas ya, Mas Niko gak percaya?" sahut pak satpam. Niko tertawa terbahak-bahak kemudian menghilang dari balkon. Tapi sesaat kemudian, pintu rumah terbuka. Menampakkan sosok tadi yang kini tersenyum gembira.
"Penghuni cewek pertama ya? Salam kenal, namaku Nikola Yapradinata. Kamu masih sekolah? SMA mungkin?"
Yuna mengulum senyum sebelum menjawab, "Aku udah mahasiswa semester 3. Kalo Niko?"
"Uwah seumuran! Kamu keliatan masih unyu banget sih."
Mereka lanjut mengobrol sambil mengikuti pak satpam ke kamar Yuna. Niko meneruskan, "Aku trainee di sebuah agensi. Udah 3 tahun ini."
"Waah keren! Udah ada planning buat debut?"
Niko menggeleng dengan ekspresi masam. "Tau grup idol Springtea?"
"Yang kemarin showcase album?"
"Iya. Aku gagal debut bareng mereka tahun lalu. Sekarang aku ditempa lebih untuk jadi aktor," jawab Niko dengan senyum merekah.
"Kamu suka jadi aktor?"
"Ya! Passionku yang asli ada di dunia akting. Sebenernya aku malah seneng gak jadi debut grup idol. Hahaha!"
Yuna mengangkat alisnya, lumayan terkejut. Dia tidak menyangka ada manusia sepositif ini. Kalau itu Yuna, dia sudah mental breakdown dan mempertanyakan apa yang selama ini telah dia perjuangkan.
"Aku tunggu serial pertamamu!" dukung Yuna. Niko hanya melihat dengan mata terbelalak. Kemudian senyum manis terukir di wajahnya.
"Mas Niko, mulai pintu tadi, koridor, sampai kamar tidur dan kamar mandi adalah wilayah Mbak Yuna. Tolong kasih tahu yang lain juga ya. Saya sering dikacangin sama mereka, jadi gak berani," ujar pak satpam.
"Siap pak!"
Yuna mengambil alih kopernya dan berterima kasih pada pak satpam. "Biar saya tata sendiri, Pak."
"Nanti jam 7 malam jadwal rutin makan malam, Mbak Yuna. Jangan sampe telat, nanti Mas Vincent marah-marah."
"Hush, jangan ngobrolin dia kenceng-kenceng, Pak!" cicit Niko. Pak satpam langsung menutup mulutnya. "Kita gak pernah tahu kapan dia—"