Cordelia dan Eleanor ikut keluar, lalu berseru mendahului Brendan yang belum pulih dari keterkejutan. Brendan sedang mengangkat isi paketnya ketika—
“Ransel?” tanya Cordelia.
“Bukan sekadar ransel,” kata Brendan. “Melainkan, ransel Mastermind, dari Jepang. Kalian lihat logo tengkorak di bagian belakangnya? Itu berlian asli.”
“Seperti tengkorak kristal dalam film Indiana Jones?” tanya Eleanor.
“Tidak! Lebih keren lagi! Ini adalah salah satu ransel paling eksklusif sedunia! Produsennya hanya membuat lima puluh!”
“Dari mana kau mendapatkannya?” tanya Cordelia.
“Dari sebuah situs ...,” kata Brendan.
Mrs. Walker mendekat. Brendan menelan ludah. Dia sudah berlatih untuk saat-saat seperti ini.
“Brendan! Apa itu?”
“Ya, Bu, ini—”
“Ransel tengkorak berlian dari Jepang yang mungkin harganya seribu dolar,” sela Eleanor.
“Nell!”
Brendan mencoba ranselnya. Mungkin jika Mrs. Walker melihat betapa keren putranya saat memakai tas itu, dia akan membiarkan Brendan memilikinya. “Ibu, dengar ... Bay Academy adalah tempat yang keren .... Maksudku, itu adalah sekolah terbaik di San Francisco. Semua orang mengetahuinya.”
Mrs. Walker menyipitkan mata penuh kecurigaan, tetapi dia tetap mendengarkan. Cordelia dan Eleanor sama-sama menatap Brendan dengan kesal. Brendan melanjutkan.
“Itu juga tempat yang sangat kompetitif. Dan, maksudku bukan dalam bidang pelajaran. Maksudku, kita akan bersekolah dengan anak-anak kelas atas. Anak-anak yang orangtuanya adalah bankir, CEO, dan pemain bisbol. Dan, pakaianku, aku hanya ... membutuhkan sebuah penanda status.”
“Sebuah penanda status,” ulang Mrs. Walker.
“Apakah Ibu pernah mendengarku mengeluh tentang pakaian yang Ibu pesan dari L.L. Bean? Tidak. Tapi itu, ‘kan, pakaian biasa. Aku memerlukan sesuatu yang bisa kupakai saat berjalan di koridor sekolah dan membuat semua orang berkata, ‘Wow, siapa dia?’ Karena, jika tidak begitu, aku akan dianggap tidak ada. Atau dianggap ada, tapi dengan cara yang buruk. Seperti noda.”
“Ibu!” sergah Cordelia. “Ibu tidak akan memercayainya, ‘kan? Dia mengarang kisah menyedihkan untuk ransel seharga seribu dolar!”
“Berhenti mengungkit-ungkit seribu dolar! Harganya tidak semahal itu,” kata Brendan.
“Kalau begitu, berapa harganya?” tanya Mrs. Walker.
“Tujuh ratus.”
Dahi Mrs. Walker berkerut membentuk panah terbalik. “Kau menghabiskan tujuh ratus dolar untuk membeli ransel?”
“Termasuk biaya kirim.”
“Bagaimana kau membayarnya?”
“Kartu kredit Ibu.”
“Kau sudah gila, ya?”
“Tenang saja,” kata Brendan. “Aku sudah menulis cek untuk membayar kartu kredit Ibu.”
Brendan mengeluarkan selembar cek dari sakunya. Cek itu berasal dari buku cek milik Mrs. Walker, bertuliskan nominal yang sama dengan harga ranselnya, tetapi Brendan menyilang nama Mrs. Walker di pojok kiri atas dan menuliskan namanya sendiri.