HOW I AM

Ziierin25
Chapter #2

NAMA

Nama ku Nauren putri Zahra nama yang di berikan oleh ke dua orang tuaku sangat indah. Iya.. aku menyukai nama itu. Banyak orang yang mengatakan nama itu cocok dengan paras ku yang kecil, cantik, manis dan putih seakan-akan aku seperti boneka hidup itu yang mereka selalu katakan. Tapi aku? Aku hanya bisa diam tersenyum mendengarkan mereka membicarakanku. Apa lagi tentang membahas kelahiranku. Aku lahir prematur dengan berat badanku 1,5 kg dengan ukuran ku sebesar botol sirup marjan tutur mereka dan saat lahir aku sudah dimasukan ke dalam inkubator selama 20 hari. Aku harus dirawat di sana, untuk membantu proses pertumbuhan badanku dan orang tuaku pastinya sudah pulang ke rumah. Itu sebabnya aku lahir di rumah sakit karena saat aku akan lahir bidan yang menangani ku angkat tangan dan berkata "babynya harus di rujuk ke rumah sakit di Garut."

Aku tidak tau pasti rumah sakit mana karena kata ibu "Itu sudah berlalu lama jadi tidak ingat rumah sakit mana". Aku tidak terlalu memusingkan hal itu dan pada tanggal 12 Januari 1998. Aku lahir di rumah sakit itu, awalnya dokter berkata "baby ini tidak akan bertahan lama" karena kondisiku yang prematur dan kecil berbeda dengan baby lainnya. Awalnya dokter-dokter di sana sudah memvonis ku gagal jantung, paru-paru basah dll, emangnya mereka tuhan gitu? Sampai memvonisku begitu banyak?. Namun keajaiban menghampiriku. Seiringnya waktu aku mulai membaik selama 20 hari itu aku mulai menujukkan tanda-tanda perubahan. Dokter-dokter yang menanganiku berkata"Baru pertama kali melihat mukjizat seperti ini. Bayi ini menunjuk kan hal yang luar biasa. Semangat hidupnya tinggi" itu yang mereka katakan setelah 20 hari di inkubator. Aku bisa pulang ke rumahku dan ada hal yang mungkin kalian tidak akan percaya saat usiaku baru menginjak 3 bulan dan saat itu aku di asuh kakak laki-laki ku.

Suasana sudah magrib ibu ku sedang melaksanakan sembahyang dan aku di tidurkan di kursi dengan kakakku yang sedang menonton tv. Saat itu aku sudah ada yang mengincar sosok merah,mata bulat dan bergigi runcing tajam kakak ku yang melihat langsung histeris menangis. Ibu yang mendengarnya langsung berlari ke ruang keluarga dan bertanya apa yang terjadi saat kakakku menunjuk ke arah jendela ternyata ibuku pun melihatnya dengan sigap ibu memelukku dengan erat sambil membaca ayat-ayat suci al quran. Karena rumah ku berisik dan ayam yang tidak mau berhenti berkoko membuat para tetangga yang mendengar keluar dan mengecek rumahku dan salah satu tetanggaku melihat sosok itu dan langsung meneriaki sosok itu dengan sangat kencang. Lantas sosok itu pun pergi menghilang karena di kejar oleh warga yang mendengar dan melihat sosok menyeramkan itu. Disinilah awal kenapa aku bisa melihat dan merasakan hal-hal yang mungkin orang normal tidak rasakan. Jika bertanya kemana bapakku? Dia sedang kerja lembur dan tidak pulang saat kejadian itu. Jadi itu yang membuat ku special lagi kata ibu ku. Di usia ku 7 bulan berat badan ku cuman 4 kg berat badan yang tidak normal bagi balita di usia segitu, bahkan di usiaku yang sangat muda aku sudah harus berobat pulang-pergi ke Garut tiap bulannya.

Aku sangat rentang akan sakit, jadi sudah tidak aneh. Aku sering sakit-sakitan sampai usiaku masuk TK aku masih harus berobat jalan dengan berbagai macam obat-obatan yang pahit. Di usia ku yang belum besar aku sudah mempunyai adik yang selisih umurnya tidak jauh dengan ku hingga perhatian ibu harus di bagi tiga antara aku,kakak,dan adik kecilku. Sebenarnya saat kecil kami bertiga sudah di asuh oleh tante-tante kami karena kesibukan pekerjaan orang tua kami jadi mau bagai mana lagi jika bukan menitipkan kami bertiga. Aku di titip kan pada mamah dan adik serta kakak ku kepada tante satu lagi. Awalnya tidak ada yang aneh dari sini semuanya berjalan dengan semestinya. Aku selalu di bawa pergi ke pasar saat di titipkan ke mamah dan adik serta kaka ku di titipkan ke tante satu lagi,mereka sangat suka kepada tanteku satu lagi mungkin karena sering di beri permen dan es crem tapi aku tidak iri dengan apa yang mereka dapatkan? Jika berpikir lagi harusnya aku menangis dan meronta-ronta layaknya pada usia anak-anak yang tidak diberi, namun aku sebaliknya. Aku hanya diam dan berpikir itu bukan menjadi hak ku. Dan disinilah awal mula kehidupanku mulai seperti di dalam neraka saat tanteku yang satu lagi mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya patah hingga emosinya selalu tidak terkontrol saat melihatku, aneh bukan? Dan disini pun sebutan Nenek sihir muncul.

Lihat selengkapnya