How to Sell Your Art Online

Bentang Pustaka
Chapter #2

Satu - Mitos "Jadi Seniman Harus Melarat" [2]

Sebelum saya membahas terlalu dalam mengenai bagaimana pengaruh perubahan teknologi terhadap dunia seni, mari menelisik industri yang mirip: dunia musik.

Pada 1999 Napster lahir sebagai situs pertama yang memungkinkan orang saling berbagi dokumen. Jika seseorang ingin membagi file lagu-lagu dari komputernya, Napster membuatnya mungkin dengan menyatukan para penikmat musik dari seluruh dunia. Meski bukan yang pertama, Napster berhasil mencetak kesuksesan dan menjadi situs berbagi file papan atas.

Pada masa itu, industri musik dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan konglomerat. Mereka memandang Napster sebagai ancaman. Bagi mereka, berbagi file lagu sama saja dengan pembajakan dan pencurian. Mereka tak siap dengan kehadiran internet, dan Napster menjadi simbol ancaman internet bagi bisnis yang mereka geluti. Musisi-musisi papan atas seperti Metallica bergabung dengan para konglomerat untuk mengajukan gugatan terhadap Napster dan berusaha menyingkirkannya dari industri musik. Major label mengejar siapa pun yang dicurigai telah berbagi file, termasuk menggugat seorang nenek berusia 83 tahun—yang meninggal beberapa saat sebelum gugatan itu masuk ke pengadilan.

Pada sisi yang berlawanan, musisi-musisi lain tampak sangat diuntungkan oleh tren dan kemudahan file sharing. Radiohead, misalnya. Band asal Inggris ini terbilang cukup sukses, tetapi tak pernah berhasil mencapai Top 20 di tangga lagu Amerika Serikat. Suatu hari, album mereka Kid A bocor ke internet sebelum rilis dan diunduh jutaan kali. Dunia industri rekaman langsung heboh dan mencemaskan nasib penjualan album tersebut. Namun ketika diluncurkan ke pasar secara resmi, album itu justru langsung melesat ke tangga lagu Billboard 200. Jika melihat fakta bahwa album itu tidak terlalu banyak diputar di radio, konsep berbagi file tampaknya menjadi salah satu kontributor dalam mengantarkan Kid A menuju kesuksesan. Sejak itu, file sharing kemudian diakui secara luas sebagai cara yang cukup tepercaya bagi musisi untuk menjaring pasar.

Radiohead menjadi pelopor dalam menyediakan materi lagu yang bisa diunduh langsung oleh para penggemar. Pada 2007 band tersebut merilis album In Rainbow dalam bentuk digital melalui situs resmi mereka. Album ini dapat diunduh dan penggemar boleh membayar berapa pun yang mereka pikir cukup layak, atau bahkan tidak sama sekali. Hasilnya, Radiohead berhasil menjual 1,2 juta unduhan pada hari pertama rilis, dengan pemberitahuan hanya 10 hari sebelumnya. Ed O’Brien, gitaris Radiohead, kelak mengatakan kepada Stephen Colbert, “Kami menjual lebih sedikit rekaman, tetapi kami menghasilkan lebih banyak uang.” Dengan berjualan langsung alias direct selling kepada penggemar, alih-alih terikat dengan bendera label rekaman, Radiohead bisa memotong proses penjualan dan mendapat porsi keuntungan yang lebih banyak.

Perubahan besar yang dilakukan oleh band seterkenal Radiohead mendorong band-band lain mengambil keputusan serupa. Mereka meninggalkan label rekaman dan menjadi indie. Band kenamaan OK Go menentang label rekaman mereka yang ingin menggunakan perangkat lunak untuk menghindari plagiarisme. Band ini naik daun pada 2002 berkat video klip “A Million Ways” yang menjadi viral. Namun label mereka, EMI, terlalu ketat mengontrol cara video ini dibagi di dunia online. OK Go akhirnya meninggalkan EMI dan membentuk label rekaman sendiri.

Tidak hanya band terkenal yang diuntungkan oleh perubahan dunia musik digital. Musisi indie Amanda Palmer menjadi bintang di bawah lampu sorot berkat sistem berbagi file dan penampilan live yang dahsyat. Setelah bertahun-tahun berjuang sendiri, akhirnya ia mendapatkan payung label rekaman. Namun, Palmer kemudian berseteru dengan Roadrunner Records setelah label tersebut mencoba memotong gambar perut Palmer di video klip lagu “Leeds United”. Palmer yang tak asing dengan kontroversi ini mengklaim bahwa alasan label melakukannya karena Palmer “kelihatan gendut”. Setelah proses perseteruan yang panjang, Palmer berhasil melepaskan diri dari label. Ia lalu menggalang kampanye dana urunan (crowdfunding) untuk membiayai album barunya. Ia berhasil mengumpulkan lebih dari satu juta dolar dalam kampanye itu. Di blognya, Palmer bicara blakblakan mengenai senja kala korporasi label musik. Ia menjadi lentera bagi para seniman yang berusaha mencapai kesuksesan secara mandiri sekaligus mendapatkan kendali atas ekspresi berkesenian. Kini, ada ratusan musisi mencontoh perjuangan yang telah ia lakukan.

Saya percaya industri musik adalah model bagi apa yang kini sedang terjadi di dunia seni murni. Bermula saat krisis ekonomi Amerika Serikat pada 2008, banyak galeri seni level menengah terpaksa gulung tikar. Kolektor kemudian mulai berpikir untuk berkoneksi langsung dengan para seniman dan para pekerja seni pun mulai tertarik menjaring kolektornya sendiri.

Salah satu contoh yang bagus adalah Hazel Dooney. Pada 2001 Hazel membuat gebrakan saat ia dan beberapa seniman Australia lain diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah proyek dokumenter tentang perjalanan ke Australia Tengah. Hazel menginginkan hasil karyanya dipajang di galeri-galeri bergengsi di Australia. Namun setelah beberapa pengalaman pahit dengan pemilik-pemilik galeri, Hazel mendeklarasikan tak akan lagi memajang karyanya di galeri. Ia menuding beberapa pemilik galeri telah bersikap seksis dan ia pun memilih untuk menjadi seniman independen. Dalam kesempatan TEDx Talk Australia pada 2011, ia menghujat para pemilik galeri. Ia mengkritik mereka karena menghalang-halanginya bertemu para kolektornya, memperlakukannya seperti gadis kecil yang lemah dan tak bisa menangani kerasnya dunia bisnis, serta memotong pendapatannya hingga 50 persen. Hazel juga menunjukkan dukungannya terhadap cita-cita internet atas kebebasan dan pertukaran informasi; bahwa atensi adalah mata uang; kehadiran karyalah yang bernilai, bukannya kelangkaan; dan masyarakat berjaringan harusnya terbuka dan tak dikungkung oleh batasan.

Hazel melanjutkan pidatonya dengan mencontohkan seniman Andy Warhol yang menurutnya sudah memahami ide keterbukaan, pertukaran, dan kehadiran ini. Warhol terkenal akan ungkapannya, “15 menit ketenaran2”. Warhol memproduksi karya seninya—baik seni murni maupun populer—secara massal. Perhatian dunia meningkat drastis terhadapnya dan membawa aliran uang yang deras ke kantongnya. Nilai serta harga atas karya-karyanya pun meroket.

Mengenai pemilik galeri-galeri baru, Hazel bilang mereka sama saja. “Seolah internet tak pernah ada,” ujarnya. “Mereka seperti mengingkari apa yang terjadi di hadapan mata, sementara seluruh dunia sudah berubah secara radikal dan tak bisa kembali seperti dulu.”

Lihat selengkapnya