How to Sell Your Art Online

Bentang Pustaka
Chapter #3

Dua - Pola Pikir Seniman Sukses [1]

“As a man thinketh in his heart, so is he1.”

—James Allen, As a Man Thinketh

Banyak seniman muda bilang tak ingin menjual karya seninya. Mereka ingin berkarya semata-mata karena mencintai seni, tak tertarik untuk menjadi komersial. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana budaya kita mendewakan Mozart dan Van Gogh. Kedua seniman ini kemudian menjadi panutan bagi seniman-seniman muda yang mendambakan pengakuan dan puja-puji yang sama.

Seniman yang menganut pola pikir “seniman harus melarat” menganggap bahwa memang beginilah kehidupan yang mereka jalani. Mereka mendengar kisah tentang seniman yang mengonsumsi obat terlarang dan memandang apabila mereka melakukan hal serupa, kesuksesan akan menghampiri mereka juga. Seniman-seniman seperti ini tak paham bahwa hal-hal itu tak ada hubungannya.

Fenomena lainnya adalah budaya yang diciptakan oleh para seniman muda yang baru saja lulus dari sekolah seni. Mereka merasa ilmu dan praktik yang mereka pelajari di kampus membuat mereka lebih spesial dibandingkan dengan seniman autodidak. Kepada seniman macam itu, saya akan mengutip ucapan William Grant Turnbull: “Anda memiliki cara unik dan menakjubkan untuk berkontribusi pada dunia. Tugas Anda adalah menemukan apa itu dan siapa yang membutuhkannya. Kalau tidak, Anda tak akan lebih dari sekadar memiliki hobi keren. Nikmatilah sesuka Anda dan menikahlah dengan seseorang yang kaya raya.”

Pola pikir alias mindset adalah elemen vital bagi kesuksesan Anda. Sama pentingnya dengan keterampilan berbisnis.

Di situs saya, saya menyediakan pelatihan gratis mengenai cara memulai menjual karya seni secara online. Materinya terbagi ke dalam sepuluh bagian. Setiap orang yang bergabung dan berlangganan milis (mailing list), akan mendapatkan e-mail dari saya yang bertanya apa kesulitan utama mereka dalam menjual karya seni. Dengan demikian saya dapat memberikan informasi paling sesuai yang dapat membantu mereka.

Salah satu respons terbanyak atas e-mail ini adalah ketakutan.

Banyak seniman takut kalau karya seninya tak layak jual, atau takut penjualan karya seni tak bisa menopang hidup—sama sekali. Ketakutan ini adalah hasil cara berpikir tentang hidup dan seni—ini adalah mindset.

Adanya rasa takut sangatlah bisa dipahami. Persepsi umum memandang bahwa hampir mustahil kita bisa hidup layak sebagai seniman—pasti ada seseorang atau kelompok yang bisa menghancurkan karier si seniman. Gagasan ini begitu kuat tertanam di masyarakat kita sehingga sering kali didapati orangtua yang menolak anaknya menggeluti dunia seni murni. Alih-alih mendukung bakat anaknya, orangtua cenderung mengarahkan anak kepada profesi-profesi praktis yang dianggap “lebih jelas”.

Akan tetapi, ada faktor kunci yang ada di balik kesuksesan seniman profesional. Sama seperti bisnis lainnya, yakni memahami bagaimana bisnis di dunia seni berjalan.

Agar dapat menjual karya seni Anda dengan baik, Anda harus paham:

* arti pertukaran nilai (exchange of value) bagi seniman;

* orang-orang mau membeli karya seni;

* ragam cara menjual karya; dan

* cara Anda menjual karya. 

***

Lihat selengkapnya