Kevin berjalan menyusuri koridor SMA dengan langkah tenang, tetapi pandangan matanya kosong. Dia baru saja selesai latihan basket yang melelahkan dan menuju ruang kelas tambahan untuk mengikuti kegiatan klub ekstrakurikuler gabungan. Setiap kali dia melewati dinding-dinding sekolah ini, ingatan tentang Naira selalu datang menghantui. Masa-masa indah mereka di pesantren, penuh canda tawa dan kehangatan, kini hanya tinggal kenangan yang menyakitkan.
Sementara itu, Alya dengan ceria memasuki ruang kelas tambahan. Gadis kelas 11 ini memang terkenal dengan semangatnya yang selalu tinggi. Dia tidak sabar untuk memulai kegiatan klub sastra gabungan dengan klub basket, meskipun dia tidak tahu bagaimana kegiatan sastra bisa digabungkan dengan olahraga. Dia hanya tahu bahwa di sana akan ada Kevin, senior yang diam-diam dia kagumi sejak lama.
"Hey, Alya!" sapa Diana, sahabat baiknya yang juga anggota klub sastra, sambil melambai dari sudut ruangan. "Kamu semangat banget hari ini, ya?"
Alya tersenyum lebar. "Tentu saja! Ini kesempatan kita untuk menunjukkan karya sastra kita ke lebih banyak orang. Dan, siapa tahu, kita bisa belajar sesuatu dari mereka juga."
Diana mengangguk setuju, meski dalam hatinya dia tahu bahwa antusiasme Alya bukan hanya karena itu. Tatapan Alya seringkali mencari-cari sosok Kevin, bahkan ketika mereka sedang berada di luar kegiatan klub.
Kevin memasuki ruangan dengan sedikit ragu. Dia melihat sekeliling, mencari tempat duduk yang tidak terlalu mencolok. Tapi ketika dia melihat Alya dan Diana, dia memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Mungkin, pikirnya, berbicara dengan orang-orang baru bisa membantu mengalihkan pikirannya dari bayang-bayang Naira.
"Hey, boleh gabung?" tanya Kevin dengan suara yang rendah namun jelas, sambil menarik kursi di sebelah Alya.
Alya tersentak sedikit, merasa jantungnya berdegup kencang. "Tentu, Kevin. Silakan duduk."
Diana memberi isyarat kepada Alya dengan mata, seolah berkata "Ini kesempatanmu". Alya hanya bisa tersenyum kaku, merasa canggung tapi juga bersemangat.
Di pojok ruangan, terdapat sekelompok anggota klub lainnya yang sedang berbincang. Ada Budi, yang terkenal dengan kepintarannya dalam menulis puisi; Nina, yang selalu ceria dan suka membantu teman-temannya; serta Andi, ketua klub basket yang juga ikut terlibat dalam kegiatan gabungan ini.
"Aku penasaran bagaimana cara mereka menggabungkan sastra dengan basket," gumam Budi kepada Nina.
Nina tertawa kecil. "Mungkin kita akan membuat puisi tentang permainan atau cerita pendek tentang semangat tim. Pasti menarik!"
Andi menghampiri Kevin, Alya, dan Diana. "Hey, kalian semua! Bagaimana kalau kita mulai dengan sesi perkenalan singkat dulu? Biar lebih akrab."
Pertemuan pertama mereka di klub gabungan itu berlangsung cukup menyenangkan. Mereka membahas berbagai ide tentang bagaimana menggabungkan sastra dengan basket, dari membuat puisi tentang permainan hingga menulis cerita pendek tentang semangat tim. Kevin, yang awalnya tampak pendiam, mulai terbuka sedikit demi sedikit. Dia memberikan beberapa ide brilian yang membuat Alya dan Diana terkesan.
Di tengah-tengah diskusi, Ravi masuk dengan terburu-buru. "Maaf telat, tadi ada urusan dengan pelatih," katanya sambil mencari tempat duduk. Dia melihat Kevin dan melambaikan tangan. "Hey, Kevin! Udah mulai ya?"
Kevin tersenyum tipis. "Iya, baru mulai. Duduk sini aja."