HTS

Muhammad Ahnaf Putranto
Chapter #3

Kunjungan ke Pesantren

Kevin merasa mantap dengan keputusannya untuk mengunjungi pesantren. Selama ini, dia menghindari tempat itu karena takut menghadapi kenangan yang akan muncul. Namun, dengan dukungan Alya, dia merasa lebih kuat dan siap untuk menghadapinya.

"Alya, aku sudah memutuskan untuk pergi ke pesantren minggu ini," kata Kevin saat mereka duduk di kafe kecil dekat sekolah, menikmati minuman dingin di sore hari yang panas.

Alya mengangguk sambil menyesap minumannya. "Kapan kamu akan berangkat? Apa aku bisa ikut?" tanyanya dengan penuh perhatian.

Kevin tersenyum, merasa terharu dengan perhatian Alya. "Aku rencana berangkat hari Sabtu pagi. Aku ingin pergi sendirian dulu, Alya. Ini sesuatu yang harus aku hadapi sendiri," jawabnya dengan suara lembut.

Alya menatap Kevin dengan penuh pengertian. "Aku mengerti, Kevin. Tapi kalau kamu butuh aku, kamu tahu aku selalu siap untukmu," katanya sambil menggenggam tangan Kevin dengan hangat.

Kevin merasakan ketenangan dari sentuhan Alya. "Terima kasih, Alya. Aku sangat menghargai itu. Aku janji akan menghubungimu setelah aku kembali," kata Kevin sambil menatap mata Alya yang penuh ketulusan.

Hari Sabtu pun tiba. Kevin berangkat pagi-pagi sekali menuju pesantren yang terletak di pinggiran kota. Selama perjalanan, pikirannya dipenuhi dengan berbagai kenangan indah bersama Naira. Ia teringat bagaimana mereka berdua sering duduk di bawah pohon besar di halaman pesantren, berbicara tentang masa depan dan mimpi-mimpi mereka.

Ketika tiba di pesantren, Kevin merasa hatinya berdebar-debar. Langkahnya terasa berat saat memasuki gerbang utama. Dia berdiri sejenak, memandangi bangunan yang pernah menjadi tempat tinggalnya selama bertahun-tahun. "Ini dia," pikir Kevin sambil menarik napas dalam-dalam.

Kevin berjalan perlahan menyusuri halaman pesantren, merasakan campuran antara nostalgia dan kesedihan. Dia melihat sekeliling, mengingat setiap sudut yang pernah menjadi saksi kebersamaannya dengan Naira. Langkahnya membawanya ke pohon besar di tengah halaman, tempat favorit mereka berdua.

Dia duduk di bawah pohon itu, mengingat percakapan terakhirnya dengan Naira sebelum dia pergi. "Aku akan selalu mengingatmu, Kevin. Tapi kita harus berpisah," suara Naira terngiang di telinganya, membuat hatinya terasa perih.

Lihat selengkapnya