Hujan dan Cerita yang Hilang

Wardah sawitri polem
Chapter #5

Bab 5: Petualangan Baru

"Raina, malam itu gelap.

Dua puluh hari setelah hari kebahagian itu datang.

Aku tak bisa melihat apa-apa. Bukan. Sungguh bukan karena malam, tapi sebab kain yang menutupi mataku, juga wajahku. Hanya menyisakan lubang untuk bernapas seadanya.

Perlahan, tangan dingin menyentuh kulitku. Mulanya lembut, lalu berakhir beringas. Satu per satu pakaian ku mereka culuti.

Dingin.

Desir angin menyapa lembut kulitku secara perlahan.

Diiringi tangan dingin yang perlahan meraba tubuhku. Deru nafasnya terasa hingga bulu kudukku berdiri.

Aku sungguh ingin melawan. Tapi, seluruh tenaga dan kekuatanku lenyap direbut sang pemilik tangan dingin yang kejam.

Sayup-sayup teriakan juga terdengar di sekitarku. Kami berteriak dengan tubuh yang kaku ingin melawan puluhan pasang tangan dingin yang merenggut kebebasan yang kami miliki.

Apa daya kami hanya bisa terus berteriak. Berontak. Sambil menangis."

(Halaman keempat buku).

Aku melompat terkejut. Sungguh terkejut.

Apa yang terjadi pada tokoh di buku aneh ini?

Apa yang sedang dialami olehnya?

Lantas kemana Lintang, sang pahlawannya?

Aku sungguh kebingungan. Jantungku berdetak begitu kencang. Sambil menarik napas panjang aku mencoba untuk tenang. Tapi sungguh cerita itu begitu mengusikku hingga tak bisa terlelap semalaman.

Aku mencoba memulai percakapan dengan sang pemilik buku aneh itu dengan menuliskan beberapa pertanyaan. Apa yang terjadi padamu? Dimana lokasimu? Apa yang bisa kubantu? Aku terus menulis banyak kalimat pertanyaan tapi nihil. Ia tetap diam membisu. Kulempar buku itu ke lantai dan menarik selimut untuk kabur dari semua kegilaan ini.   

Lihat selengkapnya