Hujan dan Cerita yang Hilang

Wardah sawitri polem
Chapter #9

Bab 9: Lintang dan Bintang

Malam itu kami berkumpul di markas.

Setelah mengikuti berbagai kegiatan selama kurang lebih dua minggu, aku mulai akrab dengan seluruh anggota markas. Sayup-sayup mulai terdengar berbagai rencana yang menjadi misi dari komunitas kami. Seperti dugaanmu, Lintang menjadi pemimpin dari komunitas mahasiswa ini. Vanguard Revolusi juga tercetus sebagai nama dari komunitas kami.

Sungguh nama yang keren!

Belakangan aku tahu jika nama Vanguard ini berasal dari bahasa perancis “avant-garde” yang berarti garda depan atau di depan garis pertempuran. Ada yang berkobar dalam jiwaku tiap kali nama itu terucap.

Setelah tengah malam, pertemuan dari komunitas kami berakhir. Lintang memutuskan untuk mengantarkanku ke kos. Kaki kami melangkah pelan melalui gang sempit menuju kos ku.

Secara perlahan Lintang memegang tanganku.

Aku membalas genggamannya.

Di ujung gang, terlihat bangunan berwarna hijau yang tampak mencolok dibanding bangunan lain. Bangunan hijau itu yang menjadi tempat tinggalku. Dengan perlahan Lintang membantuku membuka pagar. Belum sempat aku berbalik, Lintang menarik tanganku dan mengeluarkan sebuah buku.

Ku lirik sampul buku itu. Putih. Sepertinya ia sudah membungkusnya dengan kertas kalender.

Ku buka lembar pertama buku itu. Terselip sebuah kertas disana.

"Aku ingin menua denganmu. Hidup bersamaku selamanya, ya?"

Rupanya ini semacam pernyataan cinta darinya. Sungguh ia selalu memakai cara yang tak terduga.

Aku memandang Lintang. Ia menatapku seolah menunggu jawaban dariku. A

ku mengangguk mantap.

Apalagi yang perlu kuragukan dari Lintang. Baru mengenalnya sebentar saja, duniaku sudah begitu berwarna. Kemudian Ia mendekapku dalam. Sungguh aku sangat tak sabar dengan banyak petualangan seru yang menunggu untuk kami lewati bersama. 

(Lembar kesembilan buku).

Senyumku terkembang hangat. Sungguh aku bahagia membaca cerita dari buku aneh itu. Bintang sungguh beruntung memiliki Lintang. Segera kumasukkan kembali buku aneh itu ke dalam tas sambil memastikan Lian masih terlelap dan sama sekali tak mengintip.

Dari balik jendela kilauan bintang menyapaku, ia ikut membalas senyumku. Seolah Bintang tokoh dari buku aneh itu datang menghampiriku. Aku berjalan menuju tempat tidur dan mengucapkan selamat tinggal pada bintang yang bersinar terang di langit malam. 

Lihat selengkapnya