Ini menjadi hari pertama aku dan Lintang menjadi pasangan. Kamu bisa menobatkan ku menjadi orang paling bahagia di bumi hari ini.
Matahari bersinar terang seterang hatiku hari ini. Aku terus bernyanyi dan menari sembari berpakaian walau sebenarnya suaraku sangat tidak enak di dengar. Kau tahu, hari ini aku juga berdandan.
Berulang kali aku memoles pipiku.
Tak lupa juga memoles bibirku.
Hari ini aku memoles apa saja yang bisa dipoles. Aku juga berulang kali memandang wajahku di cermin sampai rasanya cermin itu sudah muak dengan bayangan wajahku yang berulang kali tampak. Rambutku ku ikat dengan model kepangan terbaik yang kubisa.
Setelah merasa cukup untuk memoles seluruh bagian di wajahku dan memastikan bahwa penampilanku terlihat sempurna hari ini, aku berjalan menuju gerbang kos. Tak lama berselang, sebuah motor jenis Yamaha RX King berwarna hitam dan merah ini terparkir sempurna di gerbang kos.
Lintang datang.
Kekasihku datang.
“Ayo, Bi," ujar Lintang sambil tersenyum.
Tapi ada kilatan kekhawatiran di matanya seolah menyuruhku untuk bergegas menaiki motor. Benar saja, Lintang dengan cepat memacu motornya untuk segera sampai di markas. Aku masih belum berani untuk melingkarkan tanganku di pinggang Lintang.
Aku hanya menggenggam erat bagian tas dari tas ransel yang dikenakan Lintang sambil terus berdoa agar tak terjatuh. Ribuan pertanyaan hinggap di kepalaku, tapi melihat Lintang yang tampak khawatir, aku memutuskan untuk menelan pertanyaan itu dan menyimpannya dalam hati. Mungkin nanti Lintang akan bercerita, tapi tidak saat ini.
Akhirnya kami tiba di markas. Suasana markas tampak lebih ramai dibanding biasanya.
“Aku gabung ke mereka dulu ya, Bi." kata Lintang sambil berlalu dengan setengah berlari.
Aku menemui Sinta, salah satu mahasiswa yang cukup akrab denganku di markas ini. Terdengar desas-desus keributan tak berujung dengan topik pembicaraan yang belum kuketahui.
“Katanya bakal ada rencana untuk turun ke lapangan. Lanjutan dari rapat sebelumnya soal permintaan lengser itu lho.” Sinta menjelaskan padaku seolah menangkap kebingungan yang terpancar dari raut wajahku.