Hujan dan Kenangan

Kaia Sari
Chapter #1

Di Sebuah Halte

Zrashhh....!

Hujan turun semakin deras, rintiknya menutup pandangan, suaranya memekakkan telinga. Ayra terpaksa memarkirkan motornya di sebuah halte bus yang kosong, ia menepuk-nepuk seragamnya yang sudah basah kuyup terguyur hujan. Sialnya, ia tidak memakai mantel hujan ataupun jaket. Alhasil, Ayra hanya bisa menunggu hujan reda sebelum melanjutkan perjalanan.

Ayra melihat sekeliling; kosong. Tidak ada siapapun padahal saat ini adalah jam anak-anak pulang sekolah namun tidak ada yang melintas mungkin mereka sedang berteduh juga, pikir Ayra. Ayra merogoh tasnya, mengambil ponsel pintar dan menyalakannya, terpampang 3% di sana dan terdapat perintah untuk melakukan pengisian daya. Ayra menghela napas panjang, mengamati rintik air hujan dengan bosan. Ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan menyantap makanan hangat. 

Ckiit

Ayra menoleh, seseorang tengah memarkirkan sepeda motornya dan berhambur ke halte bus sebelum hujan mengguyurnya lebih. Cowok tersebut duduk di samping Ayra, jaraknya hanya beberapa cm karena tempat duduknya yang kecil dan tempat duduk satunya lagi yang kotor. Ayra menoleh kesana kemari melihat entah apa, ia merasa canggung dengan kehadiran cowok itu dan Ayra merasa lebih tidak enak jika dia hanya diam saja. 

Dalam hati, Ayra berharap agar hujan segera reda dan ia dapat bebas dari situasi yang tidak mengenakkan ini. Namun semesta tidak mengabulkan harapannya karena hujan turun semakin deras dan angin berhembus kencang, membuat Ayra memeluk tubuhnya sendiri erat setelah terkena angin dingin yang menusuk kulit. Ayra menggosokkan telapak tangannya, mencoba mencari kehangatan. 

"Nih, pake aja."

Ayra menoleh, cowok yang ada disampingnya memberi jaket yang tadi dikenakannya. Ayra ragu menyambut niat baiknya karena cowok yang ada disampingnya adalah orang asing. 

"Tidak usah, terima kasih atas tawarannya. Saya telah basah kuyup, sebaiknya Anda saja yang memakainya," tolak Ayra sopan. 

"Justru itu, kamu sudah basah kuyup dan kedinginan tidak sepertiku. Setidaknya, kamu akan merasa lebih hangat jika memakai jaket," cowok itu berkomentar sembari menyodorkan jaketnya lagi pada Ayra. 

Merasa tidak enak dan dengan keadaan yang tidak menyetujui untuk menolak, akhirnya Ayra menerima niat baik cowok yang ada di sampingnya dan memakai jaket cokelat itu segera karena Ayra benar-benar kedinginan sekarang. Setelah selesai memakai jaket tersebut, menik hitam kecoklatan milik Ayra membulat. Ia seakan terkejut pada apa yang dilihatnya.

"Kenapa? Menyeramkan?" cowok itu berkomentar saat menyadari Ayra membelalakkan matanya kaget. 

"Ohh...enggak...enggak....," Ayra kembali duduk pada posisi semula. 

Hening, Ayra dan cowok itu masih membisu satu sama lain dan Ayra semakin tidak enak pada cowok disebelahnya padahal ia telah berbaik hati meminjamkan jaket untuknya dan Ayra membuat suasana semakin canggung.

Lihat selengkapnya