Ayra menatap dirinya di depan cermin, ia sudah siap untuk pergi. Ia merapikan jilbabnya yang terlihat sedikit berantakan dan tak lupa pula menyemprotkan parfum. Ayra menuruni anak tangga dengan girang, di punggungnya terdapat tas yang lebih kecil dari tas sekolahnya. Hari ini, Ayra berencana belajar bersama El. Sedari tadi senyum yang merekah di bibirnya tak pernah hilang. Ayra menepuk-nepuk pipinya, mencoba menyadarkan diri dari sikap anehnya.
"Hah...kenapa aku jadi senyum-senyum kaya gini coba? Apa karena mau ketemu sama El?" batin Ayra dalam hati.
"Enggak, enggak, pasti aku senyum karena senang ada orang yang mau bantuin aku mengerjakan tugas. Iya, pasti itu alasannya. Sekarang sebaiknya aku berangkat, nanti El protes lagi."
Ayra memarkirkan motornya di sebuah cafe yang terlihat asri dan sejuk, sangat cocok dijadikan sebagai tempat untuk belajar. Lebih cocok lagi dijadikan sebagai tempat merenung atau mengevaluasi diri. Ayra berjalan melihat sekeliling, mencari El yang keberadaannya entah dimana. Ayra memutuskan untuk menelpon El tetapi hpnya berdering terlebih dahulu dikarenakan sebuah panggilan masuk, tertulis nama El di sana.
"Panjang umur nih anak," batin Ayra menggeser tombol hijau di layar.
"Mana El? Katanya udah sampek. Kau dimana coba?" cetus Ayra tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Ka...kak, panggil aku kakak," El berujar yang membuat Ayra memutar malas kedua bola matanya.
"Iya, iya! Kak, kau dimana sekarang? Udah sampek atau belum? Jadi gak kita belajar barengnya? Kalau gak aku pulang nih," Ayra melontarkan banyak pertanyaan yang membuat El tidak sempat untuk menjawab pertanyaannya satu persatu.
"Haduuhh...nanyanya satu-satunya napa, aku sudah sampai. Kamu mendongak dikit, aku ada di sana," jelas El membuat Ayra memiringkan kepalanya bingung namun Ayra menuruti perkataan El tanpa membantah sama sekali.
Ayra mendongak, ia melihat El di sebuah rumah pohon. El melambaikan tangan dan menyunggingkan senyum terbaik yang dia punya. Tanpa basa-basi, Ayra langsung menutup telponnya secara sepihak dan berjalan menuju rumah pohon yang ditempati El. Ayra menaiki tangga satu persatu, sedangkan El terus saja tersenyum yang membuat Ayra merasa jengkel dan kesal.
"Kenapa gak bilang kalau di sini? Aku udah muter-muter nyariin kau tau gak kak!" cetus Ayra kesal sesaat setelah sampai di rumah pohon itu.