Semakin hari, Ayra dan El semakin dekat. Mereka sering terlihat belajar dan sesekali berjalan bersama. Ayra sangat senang jika bersama dengan El karena El adalah orang yang asyik dan menyenangkan meskipun sesekali bersikap menyebalkan namun Ayra tidak mempermasalahkannya karena kehadiran El memberi warna tersendiri baginya.
El sangat pintar dalam hal berhitung dan caranya membantu Ayra belajar cukup efektif, penjelasan dari El singkat namun sangat jelas bahkan mudah dimengerti. Biasanya, Ayra sulit mengingat rumus-rumus namun sejak kehadiran El, Ayra lebih mudah menghapal rumus dan angka.
"Kita nonton aja yuk?" El berseru menutup bukunya.
"Nonton? Terus belajarnya gimana? Lusa aku ada ulangan matematika."
"Yaudah besok aja belajarnya. Apa kamu gak jenuh dan bosan?"
"Gak usah di tanya itu mah, aku dari kemarin-kemarin juga udah jenuh cuma aku menghargai kak El aja makanya masih mau belajar dan gak ngeluh sama sekali karena cara kak El mengajar membuatku cepat mengerti."
"Oke, hari ini kita libur dulu. Ada film baru yang mau aku tonton, jadi aku ajak kamu aja sekalian."
"Boleh sih kak, tapi bayarin ya? Hehehe."
"Maunya gratisan aja, yaudah yuk berangkat," ajak El bangkit dari tempat duduknya yang mendapat respon girang dari Ayra karena hari ini ia dapat tiket nonton film gratis.
Ayra melihat jam tangannya, pukul 12:45, lima belas menit lagi filmnya akan segera dimulai. Ayra menyandarkan diri dengan bosan melihat kerumunan orang yang berlalu lalang. El terlihat anteng saja duduk tanpa melakukan apapun sedangkan Ayra sudah merasa bosan setengah mati, baginya lima belas menit sama dengan lima belas jam.
Ia paling tidak suka menunggu, namun apa boleh buat, tanggung jika Ayra pergi dari sini toh sebentar lagi filmnya akan segera dimulai. Ayra mencoba sabar menunggu dan mengalihkan pandangannya pada ponselnya, bermain game untuk mengisi kebosanan.
"Main apa, kayaknya seru," El berseru mendekat pada Ayra, melihat layar ponselnya.
Ayra mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Ayra berlonjak kaget mendapati wajah El yang tiba-tiba mendekat ke arahnya, sangat dekat malah.
"Kenapa dekat-dekat sih kak, minggir," seru Ayra mendorong El menjauh.
Ayra merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia menghela napas panjang, entah apa yang terjadi padanya sehingga jantungnya berdetak dalam irama yang berantakan, tidak teratur seperti biasanya.
"Haduuhh....ini kenapa deg-degan aneh itu muncul lagi, apa aku sakit ya? Kayanya iya deh, besok aku harus ke dokter untuk mengecek apakah jantungku baik-baik saja atau tidak," batin Ayra memegangi dadanya, melirik pada El yang kini menyunggingkan senyum. Entah mengapa Ayra merasa kesal melihat wajah El.
****