Ayra mengamati Galih lamat-lamat yang tengah menonton TV. Dia sudah mengamati Galih hampir 20 menit. Galih yang dari tadi diamati hanya diam saja, pura-pura tidak tahu jika Kakaknya itu melihatnya dengan tatapan aneh. Galih melanjutkan aktivitasnya menonton film di TV, mengacuhkan Ayra yang masih saja melihatnya. Galih sadar bahwa Kakaknya itu kadang bersikap aneh sehingga ia membiarkan Kakaknya berbuat sesuka hatinya. Namun Galih akhinya merasa tidak nyaman juga, ia berbalik melihat Ayra yang tiduran di sofa. Ayra yang sadar akan Galih yang sudah tidak nyaman dengan aktivitasnya mengalihkan pandangan pada ponselnya.
"Kenapa sih kak? Dari tadi ngeliatin aku mulu," cetus Galih kesal.
"Mana ada aku ngeliatin kau Lih, geer!" balas Ayra tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
"Gak udah bohong kak, aku tau kalau kakak dari tadi mengamati aku terus sampai 20 menit lamanya."
"Kenapa memangnya gak boleh?"
"Enggak lah, kakak itu aneh. Aku ada salah makanya di amati terus kaya gitu?"
"Gak ada kok. Kau gak ada salah apa-apa sama kakak Lih."
"Terus?"
"Terus masuk jurang!"
"Serius kak! Aku pengen tau kenapa kakak bersikap kaya gitu. Kakak gak mungkin melakukan hal itu tanpa ada alasannya."
"Kakak cuma berpikir kalau Adik Kakak yang satu ini udah gede," jawab Ayra dimana Galih membalasnya dengan tatapan bingung.
"Emang udah gede kali kak. Kakak kemana aja selama ini? Atau kak Ay mendadak amnesia?"
"Enak aja bilangin aku amnesia. Kakak lihat loh kau tadi di cafe bareng teman-temanmu."
"Terus kenapa? Emang gak boleh? Aku kan udah bilang sama Mak dan Kak Ay juga udah tahu kalau aku kerja kelompok sama teman."
"Iya tau! Kakak juga tau kalau adik kakak yang satu ini tengah jatuh cinta," cetus Ayra bangkit dari posisi tidurannya. Galih yang mendengar hal itu menyemburkan air yang baru diteguknya.
"Maksudnya apa? Siapa yang jatuh cinta coba? Kakak kali!" cetus Galih dengan nada tinggi, ia kaget mendengar pernyataan Kakaknya itu.