Ayra bergeming tanpa kata. Detak jantungnya bagaikan riak ombak yang menghempas pantai. Ayra terhimpit di antara kerumunan orang yang berteduh. Kali ini hujan menyapa bumi lagi, mempertemukan orang-orang baru dalam satu tempat. Kali ini hujan datang tanpa memberi isyarat, turun dengan derasnya menghujam bumi. Semua orang berlarian mencari tempat berteduh tak terkecuali Ayra dan El. Sebuah pondok kecil sudah dipadati banyak orang, Ayra berteduh di bawah cucuran atap, sesekali ia terkena percikan air hujan. El tidak seberuntung Ayra, separuh badannya malah sudah basah terkena air hujan. Sejatinya El tidak perlu berteduh lagi karena percuma, badan El hampir sepenuhnya basah.
"Kak, ngapain sih?" tanya Ayra lelah berkutat dengan detak jantungnya yang bergemuruh.
"Apa? Aku melindungimu loh," jawab El santai meski badannya terkena air hujan.
"Percuma kak, aku juga basah."
"Setidaknya agar kamu tidak sakit Ray."
"Aku gak selemah itu kak. Lagipula mana bisa tangan Kakak itu menutupi seluruh kepalaku!" cetus Ayra melipat tangannya di dada.
"Setidaknya aku berusaha, tidak sepertimu yang hanya pasrah!"
"Ngaca dong kak! Ngomongnya kaya gitu tapi dia sendiri udah basah kuyup!"
"Aku juga gak lemah kali Ray. Hujan doang mah gak masalah, aku gak akan sakit!"
"Yakin?" Ayra menatap El seakan meremehkan. Ia meraih kedua tangan El yang menutupi kepalanya, menariknya ke tengah taman yang mana hujan masih mengguyur dengan deras.
"Ngapain sih Ray? Ini hujan loh!" protes El dengan tindakan Ayra.
"Katanya gak takut hujan. Kita lomba ya Kak, kita hujan-hujanan sampai hujan reda! Besok kita lihat siapa yang menang, siapa diantara kita yang bakal sakit," cetus Ayra yakin menantang El.
"Oke, siapa takut," jawab El menerima tantangan Ayra.